Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ragu Theodolfi
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Melihat Perjalanan Orkes Melayu dari Pulau Timor lewat "Merekam Kota"

Kompas.com - 11/12/2022, 16:51 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Faktanya, musik orkes Melayu pernah sangat berkembang di Pulau Timor pada era 50-an. Di atas tanah yang didominasi umat non muslim.

Namun, tidaklah mengherankan. Bila ditilik kembali ke belakang, kehadiran agama Islam di Kota Kupang sudah terjadi sejak tahun 1653, ketika terjadi peperangan antara Belanda dengan Portugis pada abad yang lalu.

Belanda mendatangkan orang Solor, Flores Timur, yang umumnya beragama Islam untuk membantu mereka dalam perang tersebut.

Sebagai hadiah atas keberhasilan dalam perang melawan Portugis, Belanda kemudian memberikan wilayah bernama Merdeka, tepatnya di Kupang, Pulau Timor, kepada Atu Laganama sebagai tokoh berpengaruh dan pasukannya.

Namun, karena sebagian dari mereka adalah nelayan, Laganama dan pasukannya memilih wilayah dekat pantai yang kemudian dinamakan Kampung Solor.

Pengaruh Islam di dalamnya terlihat sangat kuat pada aliran musik yang berkembang saat itu. Irama Melayu pun jadi favorit di tengah beragam pilihan musik lainnya seperti keroncong dan folk yang juga merebak pada masa itu.

Orkes Melayu Setanggi TimorDokumentasi Merekam Kota Orkes Melayu Setanggi Timor
Tiga grup Orkes Melayu di Kupang yang malang melintang saat itu adalah grup musik orkes Cempaka dari daerah Airmata, Sedap Malam di Bonipoi yang lebih condong pada musik keroncong, dan yang paling terkenal, Setanggi Timor dari Kampung Solor.

Setanggi Timor, memiliki makna wewangian yang harum dari Pulau Timor. Grup musik ini memiliki anggota yang sangat banyak. Tidak hanya penyanyi dan pemain musik, namun juga penari dan pemain drama.

Persaingan Ketat Grup Musik

Perjalanan ketiga grup musik ini diwarnai persaingan yang ketat. Di tengah maraknya musik keroncong dan folk di Kupang pada masa itu, grup musik ini berusaha memberikan penampilan terbaik mereka. Berusaha menarik penonton yang berjubel.

Tak urung, cara-cara yang dipakainya pun beragam. Memata-matai grup musik lainnya sudah lazim dilakukan. Bila mata-mata kedapatan menjelek-jelekkan grup yang sedang tampil saat itu, akan dihajar saat itu dan diusir dari sana.

Pertunjukan pun akan dihentikan untuk menghindari pergolakan massa yang lebih besar.

Membawakan lagu-lagu yang sedang populer di zamannya seperti Yale-yale, Kudaku Lari Kencang, Hatiku Merasa Senang dan lainnya, grup musik ini sering tampil di acara religi, ulang tahun, sunatan, pernikahan atau acara lainnya.

Alunan musik yang mengalir indah dari petikan gitar, strum bass, biola, gambus, dan rebana, mengiringi tarian Serampang Duabelas dan Tari Piring yang dihadirkan oleh para penari-penari gemulai nan lincah di setiap pertunjukkan mereka.

"Musik tetaplah musik, yang tidak terpenjara oleh apapun. Dia akan hidup ke mana pun hati membawanya" (Theodolfi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau