Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ariana Maharani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ariana Maharani adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apakah Ayah Perokok Bisa Meminta Anaknya untuk Tidak Merokok?

Kompas.com - 28/06/2023, 17:44 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Jumlah perokok di Indonesia, khususnya anak-anak cukup banyak. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017, sekitar 9.1% anak-anak berusia 10-14 tahun dilaporkan sebagai perokok aktif.

Selain itu, menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014, sekitar 18,8% anak-anak berusia 13-15 tahun di Indonesia mengaku pernah mencoba rokok dan 9,1% dari mereka merupakan perokok aktif.

Tentu saja angka perokok anak di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya merupakan permasalahan kesehatan yang serius. Hal ini karena merokok pada usia muda dapat meningkatkan risiko penyakit kronis yang akan diderita di masa depan, seperti penyakit jantung, kanker, dan gangguan pernapasan.

Banyak faktor yang menyebabkan angka perokok anak di Indonesia meningkat, seperti faktor sosial-ekonomi, iklan atau promosi rokok/tembakau, ketersediaan dan akses anak terhadap rokok, serta pengetahuan anak mengenai kesehatan. Faktor-faktor tadi juga berkontribusi terhadap prevalensi perokok anak di Indonesia.

Lingkungan sosial di tempat anak tinggal memiliki peran signifikan dalam memengaruhi keputusan mereka untuk mencoba rokok.

Apalagi jika anak tersebut tumbuh dalam keluarga yang salah satu anggota keluarganya ada yang merokok atau bila teman-teman sebayanya juga merokok, kemungkinan mereka untuk mencoba rokok akan semakin besar.

Paparan iklan rokok atau tembakau juga memiliki pengaruh terhadap keinginan anak mencoba rokok. Iklan rokok itu akan membuat persepsi anak terhadap rokok menjadi positif, sehingga akan memunculkan rasa penasaran anak untuk mencoba rokok.

Di samping itu kampanye pamasaran rokok yang ditargetkan pada anak-anak dan remaja melalui media sosial atau acara musik juga dapat berkontribusi pada prevalensi perokok anak.

Selanjutnya, faktor seperti ketersediaan dan akses yang relatif mudah terhadap rokok juga dapat memengeruhi keputusan anak-anak untuk mencoba dan mulai merokok.

Ketika anak-anak dengan mudah mendapat rokok di toko-toko atau jika undang-undang yang mengatur soal penjualan rokok tidak ditegakkan dengan baik, maka tidak menjadi hal yang aneh bila banyak anak di Indonesia yang mengaku menjadi perokok aktif.

Di samping itu, anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan rendah atau tinggal di daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, juga memungkinkan mereka lebih rentan terhadap rokok.

Harga rokok yang terjangkau serta kurangnya kesadaran akan dampak buruk yang dapat diakibatkan oleh merokok juga berperan dalam prevalensi perokok anak.

Anak-anak yang tidak mendapat informasi yang memadai tentang risiko dan bahaya merokok, tentu mereka tidak akan mampu membuat keputusan yang tepat mengenai kondisi kesehatan mereka.

Hal ini juga termasuk kurangnya pendidikan kesehatan yang mereka dapat di sekolah maupun di keluarga juga menjadi pemicu terhadap banyaknya jumlah perokok anak di Indonesia.

Suatu hari, di klinik tempat saya bekerja ada orangtua yang membawa anaknya berusia 15 tahun dan mengeluhkan mengenai kondisi anaknya yang telah 5 bulan terakhir merokok.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau