Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Keberhasilan tujuan pendidikan sangat bergantung terhadap efektivitas komunikasi yang terjadi antara pihak sekolah dan wali murid.
Terlebih lagi, komunikasi yang baik akan memberi kesan bahwa sekolah dekat dengan wali muridnya. Sehingga, tidak terkesan sekolah cuek dan enggan menerima masukan dari wali murid.
Kini, banyak cara yang dapat dilakukan pihak sekolah dan wali murid dalam menjaga komunikasi yang baik dan efektif, seperti merespon pesan di grup WhatsApp sekolah dengan cepat, mengundang wali murid ke dalam acara rapat kelas maupun sekolah, mengembangkan jaringan sosial media sekolah, hingga melakukan kunjungan rumah (home visit).
Menjaga Komunikasi antar Pihak Sekolah dan Wali Murid
Pada suatu ketika tidak seperti biasanya grup WhatsApp salah satu kelas ramai. Ternyata ada salah satu wali murid yang melaporkan bahwa baju anaknya telah dicoret-coret dengan pulpen oleh temannya.
Dan sayangnya, sudah dicoba dicuci berulang kali, coretan itu tidak juga hilang.
Si wali murid mengeluh karena baju yang dicoret-coret tersebut adalah baju pramuka yang masih baru.
Sontak keluhan wali murid itu direspon dengan komentar penghuni grup lainnya, yang mengatakan bahwa kejadian coret-coret tersebut juga dialami anaknya. Ia mendapati baju dan buku tulis anaknya penuh dengan coretan-coretan pulpen.
Grup WhatsApp seketika menjadi ramai dan menyebabkan wali murid lain untuk berkomentar dan mengeluh dengan kejadian yang dialami anaknya di sekolah itu.
Pada peristiwa lain, pernah suatu ketika grup WhatsApp di kelas lainnya juga ramai. Tapi kali ini kejadiannya berbeda. Ada salah satu wali murid yang mengeluh anaknya sering kehilangan uang di sekolah. Meskipun jumlahnya tidak seberapa, tetapi kejadian ini sudah sering dialami.
Si wali murid menyatakan kecurigaan bahwa ada "Si Panjang Tangan" di kelas anaknya itu. Keluhan wali murid ini juga ditanggapi dengan komentar beragam dari penghuni grup lainnya, dan membuat grup semakin riuh.
Begitulah suasana yang kerap ditemui di grup WhatsApp sekolah. Bukan hanya menjadi media berbagi informasi antara pihak sekolah dan wali murid, namun juga telah jauh berkembang menjadi media untuk menyampaikan saran, pendapat, kritikan bahkan keluhan dari wali murid kepada pihak sekolah.
Situasi ini wajar saja adanya sebagai bentuk dari konsekuensi berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Hanya memang terkadang pola komunikasi secara tidak langsung seperti ini jika tidak cermat dan hati-hati bisa menimbulkan salah tafsir atau miskonsepsi antara si pemberi pesan dan penerima pesan. Apalagi dalam konteks masalah yang krusial dan sensitif, maka harus dilrespon dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Berkembangnya grup WhatsApp dan berbagai sosial media lain memang membuat wali murid semakin dinamis dan kritis. Tetapi semua itu juga harus diimbangi dengan peningkatan pemahaman dan literasi yang baik, agar bisa tetap bijak dan jernih di dalam menggunakan berbagai platform sosial media.
Tentu kita sepakat bahwa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Semua pihak harus mengedepankan pikiran jernih dan akal sehat serta pandai menempatkan diri di mana ia berada.