Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rini Wulandari
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Rini Wulandari adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengapa Jomlo Tidak Selalu Berarti Kesepian?

Kompas.com - 23/02/2025, 17:26 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Teman saya yang jomlo bilang, salah satu pengalaman seru menjadi jomlo saat jalan bareng teman, makan-makan.

Sambil ngobrol tentang kisah-kisah cinta yang seru, menurutnya malah jadi lebih seru karena semua merasa bebas tanpa drama! Jadi, sebenarnya jadi jomlo itu tak selalu buruk, malah bisa jadi pengalaman yang menyenangkan dengan cara yang berbeda.

Bahkan ada seorang teman yang mempertahankan status jomlonya karena suatu keadaan. Ia tidak mau jika orang yang kelak disayangi atau menyayanginya justru akan "direpotkan" dengan kondisinya.

Meski pada akhirnya justru "rahasia jomlonya" itu yang membuat pasangannya memilihnya tanpa keterpaksaan. Dan memaksa ia harus kehilangan status jomlonya.

Mengapa seseorang memilih berstatus masih sendiri, alias jomlo selain masih ingin menyendiri, tentu banyak alasan lain di belakangnya.

Teman saya yang masih jomlo bilang, alasannya karena susah mendapat pasangan yang tepat. Kriterianya mungkin terlalu sempurna. Lainnya, karena memang tidak ada yang mau.

Memilih untuk tetap jomlo memang bisa punya banyak alasan yang berbeda-beda, tergantung pengalaman hidup dan cara pandang masing-masing orang. Kadang kita merasa nyaman dengan status kita, meski kadang hati tetap ada rasa sepi atau ingin ada yang menemani. 

Apalagi di bulan Februari yang dirayakan sebagian orang sebagai  hari Valentine. Hari ditandai dengan kebiasaan memberikan perhatian, kasih sayang, dan hadiah.

Para jomlo meski sendirian tanpa pasangan juga menikmati saat-saat merayakannya. Dengan berbaur bersama teman atau merayakan sendirian. Seperti teman saya yang belum mendapat pasangan yang sesuai hatinya, akhirnya memilih untuk tak buru-buru menjalin hubungan.

Tetapi, tak sedikit juga karena pengalaman buruk, seperti, kehilangan pasangan di saat-saat penting, atau bahkan patah hati yang dalam. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi lebih hati-hati, dan takut kembali jatuh cinta.

Lainnya memilih untuk menjaga jarak dulu, tak mau terjebak dalam rasa yang bisa jadi menyakitkan lagi.

Bisa jadi juga, dia memilih untuk sendiri dulu karena merasa lebih aman. Kadang, "keamanan" itu lebih berharga daripada membuka hati untuk kemungkinan baru yang belum tentu membawa kebahagiaan. Daripada memiliki pasangan tapi justru sering galau.

Teman yang punya pengalaman jomlo dari kuliah sampai akhirnya menikah entah dengan siapa, itu juga bisa jadi refleksi dari rasa bosan terhadap hubungan yang terasa sementara.

Ada kalanya, seseorang merasa lebih nyaman dengan kebebasan dan kesendirian, apalagi kalau sebelumnya banyak pengalaman yang nggak memuaskan. Hati yang sudah "kebal" itu bisa jadi ia merasa hubungan yang dijalani tak memberikan kenyamanan dan rasa aman.

Tapi ada juga yang memilih untuk tetap men-jomlo bukan karena trauma atau takut terluka, melainkan karena mereka sadar betapa pentingnya untuk bisa berdiri sendiri, mandiri, dan menyayangi diri sendiri terlebih dahulu.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau