Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ayo Cerdas Memilih dan Mengkonsumsi Obat Flu!"Mengalami flu ataupun pilek di tengah masa pandemi memang bikin serba salah. Masalahnya gejalanya yang hampir sama dengan Covid-19, kerap kali membuat cemas dan paranoid.
Perlu diketahui, bahwa sebenarnya flu dan pilek itu berbeda. Meski keduanya menyerang saluran pernafasan, namun keduanya berasal dari virus yang berbeda.
Dikutip dari cdc.gov, jika flu disebabkan oleh virus Influenza (Influenza A dan Influenza B), maka pilek biasanya disebabkan oleh vrius jenis Rhinovirus.
Cara penularan flu maupun pilek biasanya melalui udara atau percikan ludah saat penderita berbicara atau bersin.
Namun demikian, gejala yang dialami penderita flu biasanya lebih berat dibandingkan pilek.
Penderita flu biasanya mengalami demam hingga beberapa hari, merasa lemah, menggigil, nafsu makan menurun, bersin, dan sakit kepala. Beberapa penderita flu bahkan bisa saja mengalami komplikasi seperti pneumonia (radang paru).
Sementara, penderita pilek biasanya jarang mengalami demam dan akan segera pulih setelah minum obat dan beristirahat dalam waktu 1 sampai 3 hari.
Perlu diketahui, baik flu maupun pilek disebabkan oleh virus. Sehingga, terapi obat yang digunakan seharusnya adalah antivirus, bukan antibiotik.
Antibiotik bisa diberikan jika memang ada indikasi infeksi bakteri sebagai penyakit penyerta.
Penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat berpotensi menimbulkan resistensi antibiotik.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.