Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bedanya, semua itu tidak dilakukan secara gratis dan tetap perlu membayar sejumlah harga sesuai dengan jasa yang ditawarkan.
Namun menariknya, penulis bisa bebas menentukan harga jual (karena penulis juga berperan sebagai penjual).
Nah, bagi penulis yang ingin menerbitkan buku di penerbit indie, berikut 3 skill yang perlu ditingkatkan. Apa sajakah itu?
Editing adalah skill yang wajib dimiliki penulis selain menulis.
Bisa menulis tapi tidak bisa mengedit, ibarat bisa memasak tapi tidak tahu bumbu yang pas! Alhasil rasa masakan jadi terasa hambar dan kurang sedap.
Sering kali ketika menulis, penulis terlanjur terbawa alur sehingga tidak begitu memperhatikan tanda pembaca, kata sambung, dan juga ejaan.
Maka dari itu perlu dilakukan proses editing guna memperhalus serta memperbaiki kemungkinan kesalahan dalam tulisan.
Dengan editing, pembaca juga akan merasa lebih nyaman karena mata tidak terganggu oleh typo.
Berbeda dengan penerbit mayor yang menangani proses editing lengkap (dari teknis hingga isi).
Editor di penerbit indie biasanya hanya menangani perbaikan sederhana seperti typo, ejaan, tanda baca, spasi, dan lain-lain.
Mereka tidak bertanggung jawab mengubah isi atau memperelok alur tulisan demi penyempurnaan naskah. Maka dari itu, sebagai penulis mau tidak mau juga harus berperan sebagai editor.
Cara editing mandiri sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan membaca ulang naskah hingga 3 kali.
Dengan membaca ulang, maka akan mudah mengetahui letak typo, kesalahan tanda baca, juga keserasian antar kata dan kalimat.
Penulis juga perlu mengetahui ejaan yang disempurnakan, kata baku dan tidak baku, hingga penulisan kata penghubung yang benar.
Skill editing yang mumpuni bukan hanya dibutuhkan ketika menerbitkan secara indie. Di penerbit mayor, skill editing tetap diperlukan untuk memperbesar peluang naskah tembus meja redaksi.