Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teguh Ari Prianto
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Teguh Ari Prianto adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Asa TV Digital sebagai Sarana Pendidikan Modern

Kompas.com - 24/11/2022, 17:16 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mendulang Asa TV menjadi Partner Pendidikan Era Digital"

Di akhir tahun 1980-an hingga tahun 1990-an awal, pemandangan yang kerap ditemui adalah banyaknya masyarakat yang berkumpul di satu rumah hanya untuk menyaksikan tayangan televisi (TV).

Hal itu kerap dan banyak ditemui, khususnya di pedesaan, karena yang bisa memiliki TV pada masa itu tidak semua orang.

Saluran TV yang bisa ditonton dan dinikmati pada masa itu juga terbatas, yakni hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Baru sekitar tahun 1991 muncul siaran TV lain dari Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

TPI merupakan saluran TV yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga Cendana yang terbilang sukses memulai debut di bidang pertelevisian swasta era Presiden Soeharto.

Biasanya masyarakat di pedesaan sebelum menonton TV, akan ada satu orang yang bersedia membantu tuan rumah mengatur antena TV yang terpasang di luar rumah.

Pada masa ini alat tangkap sinyal TV baru bisa mengandalkan antena TV luar. Baru saat munculnya saluran TV lain seperti RCTI baru ada penangkap sinyal lain seperti antena booster.

Antena booster ini merupakan alat yang cukup sederhana, alat ini dipasang bersama dengan antena luar. Fungsinya adalah sebagai penguat penerimaan sinyal TV UHF.

Pada masa itu sebenarnya juga ada penangkap sinyal siaran TV lain yang biasa disebut antena parabola. Biasanya siaran TV yang ditangkap oleh parabola ini adalah siaran TV luar negeri, namun memang harga parabola ini cukup tinggi.

Bagi banyak orang, TV menjadi hiburan yang menarik, karena dianggap sebagai hasil inovasi alat komunikasi setelah radio, telepon, dan lainnya.

Keunggulan dari TV ini dibandingkan dengan radio dan yang lainnya adalah TV bisa menyajikan gambar dan suara secara bersamaan. Tayangannya juga lebih variatif dan sifatnya menghibur.

Kehadiran TV memang tujuannya digunakan sebagai alat komunikasi dan propaganda di dalam negeri, terutama pemerintah.

Sayangnya memang pada masa itu jumlah saluran TV dalam negeri relatif sedikit dan sepenuhnya dikuasai pemerintah.

Oleh karenanya, hal ini membuat masyarakat tidak memiliki pilihan saluran dan tayangan lain selain apa yang saluran TV pemerintah sajikan. Jam tayangnya pun terbatas, hanya beberapa kali saja dalam satu hari.

Hal ini terus berjalan sampai akhirnya tiba masa lengsernya Pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998. Pada saat ini Indonesia memiliki peluang besar untuk mengubah tatanan di segala bidang termasuk reformasi di pemerintahan yang meliputi kebijakan penyiaran TV.

Peralihan pemerintahan dari Soeharto ke BJ. Habibi, menghadirkan suasana baru pertelevisian Indonesia terlihat dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pokok Pers.

Dengan terbitnya UU tersebut yang di dalamnya mencakup kebijakan tayang TV, menimbulkan semangat untuk membuat stasiun TV sendiri. Bahkan hingga saat ini, semangat seperti ini masih terlihat dengan terus bertambahnya stasiun TV baru.

Siaran TV sebagai Sarana Pendidikan

Seiring kehadiran siaran-siaran TV baru dan penerapan perubahan kebijakan pasca orde baru, berimbas pada kemunculan fungsi-funsi baru TV sebagai saluran pendidikan.

Sebenarnya, ide awal TV sebagai media pendidikan sudah dimulai dari awal TVRI mengudara, lalu disusul oleh TPI.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau