Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wida Reza Hardiyanti
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Wida Reza Hardiyanti adalah seorang yang berprofesi sebagai Ilmuwan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Problematika Ibu Pekerja, Antara Karier atau Mengurus Anak

Kompas.com, 5 Desember 2022, 16:02 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Hingga saat ini aturan tersebut masih terus dikaji dan dipertimbangkan oleh pemerintah mengingat adanya potensi diskriminasi yang akan timbul terhadap perempuan yang akan atau telah masuk ke dunia kerja.

Bagi penyusun kebijakan, aturan ini seakan menimbulkan dilema. Di satu sisi dikhawatirkan akan ada potensi bahwa sebuah perusahaan lebih mengutamakan merekrut tenaga kerja laki-laki dibandingkan perempuan.

Di sisi lain, dengan adanya cuti selama 6 bulan bagi perempuan yang baru melahirkan, mereka akan bisa memberi ASI eksklusif yang berperan penting bagi tumbuh kembang anak dan bisa menghasilkan generasi emas di masa mendatang.

Selain itu juga belum banyak perusahaan yang menyediakan tempat dan waktu bagi ibu pekerja untuk melakukan pumping ASI di sela-sela waktu bekerja. Padahal ibu perlu mengeluarkan ASI secara kontinu setiap dua jam sekali.

Jika seorang ibu tidak mengeluarkan ASI-nya akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti memicu tubuh menurunkan kadar produksi ASI, menyebabkan payudara bengkak karena adanya sumbatan pada saluran ASI, meningkatkan risiko mastitis (infeksi saluran payudara), hingga radang payudara.

Namun sayangnya, dunia kerja saat ini masih belum bisa menyediakan solusi bagi para ibu pekerja yang ingin merawat dan menyusui anak sekaligus bekerja di kantor dengan optimal.

Sejauh ini solusi instan yang banyak ditempuh ibu pekerja terkait permasalahan ASI ini adalah dengan memberikan susu formula.

Sementara solusi terkait perawatan anak ketika ibu bekerja adalah dengan menitipkan anak pada anggota keluarga, mempekerjaan pengasuh anak, atau menitpkan anak di tempat penitipan anak (daycare).

Permasalahan ASI Eklusif dan Perawatan Anak

Dari permasalahan ASI eksklusif ini sebenarnya banyak orang yang memberikan saran, seperti para ibu pekerja bisa melakukan pompa ASI (pumping) lalu menyimpannya di dalam lemari es.

Namun, perlu diingat bahwa tidak semua perempuan dapat melakukan pumping. Beberapa perempuan tidak dapat mengeluarkan ASI meskipun telah diupayakan dengan pumping.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti jumlah ASI yang terlampau sedikit, faktor genetik, konsumsi makanan, dll.

Selain masalah ASI, permasalahan lain yang juga perlu dipikirkan oleh ibu pekerja adalah soal pengasuhan anak.

Dengan tak adanya ruang khusus untuk merawat anak di kantor menyebabkan ibu pekerja tak mampu memberikan pengasuhan optimal di masa emas (golden age) tumbuh kembang anak.

Hal ini akan berisiko menyebabkan kurang optimalnya perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak.

Jika ingin ditelusuri lebih dalam lagi, kompetensi pengasuh anak (baby sitter) di Indonesia masih minim. Sebagian besar dari mereka hanya berpendidikan SD, SMP, atau SMA.

Hal itu masih ditambah dengan banyak dari mereka yang tidak memiliki sertifikasi pengasuhan anak. Faktor-faktor itulah yang juga menjadi penyebab pengasuhan anak tidak optimal dan kurang sesuai dengan yang diharapkan.

Belum lagi adanya risiko anak rentan mengalami kekerasan karena diasuh oleh pengasuh anak. Sebagaimana laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2021 yang menyebutkan bahwa terdapat 2.281 pengaduan kasus kekerasan anak, termasuk di dalamnya adalah laporan kekerasan yang dilakukan oleh pengasuh anak.

Tahun lalu, terdapat berita yang mengabarkan bahwa telah terjadi kasus kekerasan terhadap bayi berusia 9 bulan yang dilakukan oleh pengasuh dan terekam CCTV.

Dari rekaman CCTV diketahui pelaku memukul bayi majikannya setiap pagi karena menangis saat hendak diberikan susu formula.

Melansir kompas.com, kasus serupa juga terjadi di Cengkareng pada bulan Maret lalu. Dua orang pengasuh tega melakukan kekerasan terhadap tiga balita.

Menjadi Ibu Rumah Tangga agar Fokus Mendidik dan Merawat Anak

Banyak kaum ibu pekerja di Indonesia yang memilih untuk berhenti bekerja demi mengurus anak dan keluarga di rumah.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau