Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Suasana tahun baru yang sudah lewat beberapa waktu lalu masih begitu terasa, apalagi dengan kehadiran si Kelinci Air yang menurut penanggalan Imlek, penguasa tahun 2023 ini adalah si Kelinci. Tahun 2023 adalah tahun Kelinci Air.
Para peramal takdir dan pengadu nasib ramai mengelu-elukan kehadiran Sang Kelinci ini. Mereka berharap ada perbaikan, ada kabar baik yang bersiap menghampiri.
Kehadiran si Kelinci Air ini pun lantas diasosiasikan dengan hal-hal baik dan kebajikan. Lembut, agar hidup tak terlalu keras. Imut, agar semakin banyak cinta. Dan, lincah agar semangat tetap terjaga.
Namun, sesuatu belum tentu berjalan semudah itu. Anggapan itu hanya andai-andai manusia semata. Ilusi di tengah delusi untuk menjadikannya motivasi dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti.
Alasannya, kelinci itu merupakan hewan yang jorok. Ia memakan kotorannya sendiri. Meski Cecotropes yang dikeluarkan kelinci sekaligus dimakannya juga ini dinilai bernutrisi.
Selain itu kelinci sebenarnya hewan yang mudah stres, mereka bukanlah hewan yang bisa hidup sendiri.
Akan tetapi, di sisi lain jika mereka sudah menemukan pasangannya malah akan menimbulkan masalah baru: kawin melulu! Faktanya, sepasang kelinci bisa melahirkan 2040 anak setiap tahunnya.
Terlepas dari itu semua, setiap orang tahu jika pemilihan hewan dalam 12 shio bukanlah berdasarkan logika.
Dunia orang Tionghoa kuno adalah dunia yang berbeda. Merupakan tempat tinggal bersama dari manusia, dewa, malaikat, dan para siluman. Termasuk di dalamnya adalah hewan-hewan mitologi. Nah, kelinci adalah salah satunya.
Kelinci dianggap sebagai salah satu hewan tertua, karena kelinci pertama kali ditemukan manusia pada masa Pleistosen atau 1,8 juta tahun yang lalu.
Hewan bertelinga panjang ini pertama kali ditemukan oleh bangsa Phunesia yang hidup di Eropa. Bangsa Phunesia memberikannya nama Shaphan. Artinya adalah licin atau nakal.
Setelahnya, kehadiran kelinci pun menjadi bagian yang erat dengan kehidupan manusia. Bangsa Romawi menempatkan hewan ini pada salah satu posisi yang terhormat. Berada pada uang logam mereka.
Nenek moyang kita menjadikannya sebagai sumber makanan. Bulu mereka pun digunakan sebagai penghangat tubuh.
Dalam mitologi Cina Kuno, kelinci juga mendapatkan tempat yang terhormat. Diwakili oleh Kelinci Bulan atau lebih dikenal dengan sebutan Kelinci Giok.
Disebut Kelinci Bulan karena jika kita melihat ke arah bulan purnama, kita akan melihat sebuah bayangan yang menyerupai Kelinci.
Jika kamu belum juga bisa melihat dan menemukan bayangan kelinci di bulan, mungkin alasannya adalah batin kamu kurang bersih. Sebab, menurut kepercayaan Tionghoa bulan adalah rumah bagi si Kelinci Giok ini.
Alkisah dahulu kala ada 10 matahari, sehingga Bumi menjadi terlalu panas untuk ditempati. Lalu, suatu hari muncullah seorang ksatria bernama Hou Yi yang datang untuk membenahi kondisi Bumi.
Ia kemudian mengambil panahnya dan membunuh 9 matahari dan menyisakan 1 matahari agar Bumi bisa jadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Berkat jasanya itu, Kaisar Langit kemudian menghadiahkannya ramuan keabadian.
Suatu waktu, salah satu murid dari Hou Yi ingin menjadi dewa dan berniat mengkhianati gurunya itu.
Ia ingin merebut ramuan keabadian yang disimpan di rumah Hou Yi. Kemudian ia menyelinap ke dalam rumah dan justru bertemu dengan Chang E, istri Hou Yi.
Mengetahui kehadian orang asing di dalam rumahnya untuk mencuri ramuan milik suaminya, Chang E tanpa pikir panjang langsung meminum ramuan itu.
Sesaat setelah ia meminumnya, tubuhnya terasa ringan dan tubuhnya berpindah ke alam dewata. Ketika menyadari tubuhnya tak lagi berada di Bumi, ia jadi sangat sedih.
Mendengar kisah istrinya yang terbang ke alam dewata, Hou Yi pun turut merasa sedih. Akhirnya ia dengan ditemani Kelinci Giok menempatkan Chang E di bulan agar ia tetap bisa bertemu dengan istrinya.
Namun ada satu cara yang mesti ia lakukan, yakni dengan membuat kue bulan setiap penanggalan 1 dan 15 lunar.
Jauh sebelum kisah tentang kue bulan, ada juga kisah tentang seorang Kaisar Langit/Kaisar Giok yang menyamar menjadi seorang jompo yang miskin.
Ia kelaparan, mengemis makanan dari kera, anjing hutan, berang-berang, dan kelinci. Hewan-hewan ini dengan senang hati membantu. Kera mengumpulkan buah-buahan, berang-berang mempersembahkan ikan, dan anjing hutan membawakan seekor kadal.
Tapi, Si Kelinci tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa memberikan rumput yang bukan makanan manusia.
Dalam kebingungan, Si Kelinci berkata, "Aku tidak bisa memberikanmu apa-apa. Jadi, santaplah diriku." Tak lama setelah mengatakan hal itu, Si Kelinci langsung melompat ke dalam panci berisi air panas yang mendidih.
Namun secara ajaib, kelinci itu tidak merasa kesakitan, tubuhnya pun tidak ditemukan luka. Ternyata ini karena sang Ksatria Langit/Kaisar Giok.
Setelah melihat Sang Kelinci, ia kemudian menampakkan wujud aslinya. Ia tersentuh dengan pengorbanan si kelinci. Maka setelahnya ia meminta kelinci tersebut pergi ke bulan untuk meremu ramuan abadi.
Dengan begitu, kelinci tersebut lantas mendapat gelar terhormat, Giok yang berasal dari nama Kaisar Langit, "Yi Huan Da Die." Terjemahannya: Kaisar Giok.
Dari berbagai kisah mitologi Tiongkok Kuno diketahui bahwa kelinci bukan hanya hewan yang imut dan lembut, melainkan juga lambang dari ketulusan, bakti, dan rela berkorban.
Mungkin karena itulah kelinci itu tinggal di bulan. Sebab ia tak lagi peduli dengan keadaan Bumi yang masih dipenuhi dengan keserakahan, kebencian, dan kemunafikan.
Lihatlah ke atas sana. Saat bulan bersinar di malam hari. Kelinci Giok senantiasa berada di sana untuk memberikan kita pelajaran. Mengingatkan kita bahwa budi baik akan selalu mendapatkan tempat yang terhormat.
Marilah kita sambut kehadiran tahun Kelinci Air dengan mengambil hikmah dari kisah legenda si Kelinci Giok.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Kehadiran Kelinci Giok di Tahun Kelinci Air"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.