Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagi para orangtua, persoalan baca-tulis bagi anak menjadi hal yang penting dan krusial. Apalagi para orangtua dituntut untuk ekstra sabar dalam mendampingi proses belajar anak.
Untuk para orangtua yang sudah berhasil membuat anak mereka bisa membaca dan menulis, bahkan di usia dini, tentu menjadi prestasi dan kebanggaan tersendiri.
Sementara bagi mereka yang belum berhasil, tentu akan menjadi sebuah proses tersendiri yang sangat menantang.
Orangtua akan dihadapkan pada pilihan antara mengajar anak baca-tulis sendiri atau mendaftarkan anak ke guru les baca-tulis.
Hal tersebut akan menjadi dilema tersendiri bagi orangtua, namun apapun pilihan yang diambil nantinya, tidak sepatutnya dihakimi benar-salahnya.
Sampai saat ini mungkin masih terdapat sebagian orangtua yang beranggapan bahwa anak harus bisa membaca dan menulis maksimal di usia enam tahun agar tidak buta huruf.
Anggapan ini dipicu oleh anak yang dengan usia tersebut tengah disiapkan untuk masuk ke jenjang sekolah dasar (SD) dan wajib memiliki kemampuan baca-tulis.
Padahal bagi saya, kegiatan belajar membaca dan menulis adalah sebuah proses yang panjang dan membutuhkan waktu yang tak sebentar.
Pada proses tumbuh kembangnya, seorang anak memerlukan stimulasi. Dia sangat menyukai berbagai rangsangan, entah itu penglihatan, pendengaran, maupun sentuhan.
Anak terutama ketika mereka masih bayi, akan sangat tertarik ketika melihat benda dan warna yang baru bagi mereka. Ketika mereka melihat itu, perhatiannya pasti akan tertuju ke arah benda dan warna itu.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.