Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ketika mulai belajar menulis, anak tidak akan serta-merta langsung memegang pensil, melainkan ia akan terlebih dahulu belajar untuk menguatkan otot-otot di jari dan tangannya.
Inilah sebabnya mengapa kita kerap menemukan beragam permainan untuk melatih sensorik anak, bahkan seperti sesederhana slime. Semakin sering anak memainkan permainan ini (baca: dilatih), maka akan semakin kuat pula otot-otot jari dan tangannya.
Di sisi lain, untuk kemampuan membaca pun demikian, perlu proses yang panjang. Sebenarnya, orangtua dapat mulai mengenalkan soal membaca ini kepada anak sejak anak masih ada di dalam kandungan.
American Academy of Pediatrics (AAP) menjelaskan pentingnya mulai membacakan buku pada bayi sejak ia lahir.
Hasil riset AAP mengatakan bahwa anak yang sudah mulai dibacarakan cerita sejak ia lahir akan memiliki kosakata lebih banyak dan keterampilan penguasaan matematika yang lebih baik daripada anak-anak lain di kemudian hari.
Hal lain yang tak kalah penting terkait membacakan buku untuk anak sejak masih bayi adalah kegiatan ini bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan ikatan antara orangtua dan anak serta merangsang perkembangan kognitifnya.
Dengan melakukan hal ini secara rutin, anak akan belajar membangun keterampilan bahasa, sosial, emosional, dan literasinya.
Hal penting yang juga perlu diingat bagi semua orangtua yaitu anak adalah seorang peniru yang ulung. Jadi, jika orangtua sudah menunjukkan kebiasaan membaca pada anak sejak ia masih kecil, anak secara otomatis akan mempelajari kebiasaan orangtuanya dan akan secara perlahan menirunya di kemudian hari.
Maka dari itu, apabila orangtua di rumah jarang atau bahkan tidak pernah membaca di rumah, bagaimana mungkin anak mampu melihat buku dan kegiatan membaca sebagai hal yang baik?
Terkait hal ini, saya sudah melakukan dan membuktikannya sendiri pada anak saya. Sejak ia kecil, saya kerap membacakan cerita untuknya.
Akan tetapi, saat anak saya sudah mulai mengerti dan bisa berbicara, dia mulai menyebutkan nama-nama hewan, tokoh, warna, hingga menceritakan isi suatu buku berdasarkan ingatannya.
Ketika ia menceritakan ulang suatu buku cerita, ia bisa meniru cara saya membacakannya dengan urutan cerita yang benar.
Agar kebiasaan membaca buku anak terbentuk sejak dini, di rumah saya membuat agenda membaca bersama. Dalam agenda tersebut, saya dan anak duduk bersama, lalu membaca buku masing-masing.
Meski ada anak yang masih belum bisa membaca dan ia hanya membolak-balikkan buku, saya tetap mengajaknya. Saya anggap hal itu sebagai bagian dari proses belajar membacanya.