Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Akibat dampak mengerikan yang ditimbulkan dari industri garmen ini, banyak negara maju yang membuat kampanye untuk tidak lagi membuang pakaian bekas, tapi mengedarkannya atau biasa dikenal zero waste.
Seperti misalnya di Selandia Baru, ada tempat sampah khusus untuk pakaian yang tersedia di banyak tempat.
Orang-rang yang tinggal di sana diimbau untuk tidak membuat pakaian bekas, melainkan untuk mendonasikannya. Ada slogan yang terkenal di sana, yakni reduce waste and help others" atau "keep your clothes and shoes out of landfill".
Selain akan membantu mengurangi jumlah emisi yang bisa merusak lingkungan, mengedarkan ulang pakaian bekas juga bermanfaat dari sisi sosioekonomi.
Akan banyak orang yang terbantu dari perputaran pakaian bekas yang didonasikan atau yang dijual dengan harga yang murah.
Mematikan Industri Lokal
Hal lain yang dikhawatirkan dengan adanya bisnis impor pakaian bekas adalah akan mematikan industri lokal. Apakah hal tersebut bisa terjadi?
Untuk menjawab pertanyaan ini memang diperlukan banyak data dan hasil penilitian yang perlu dilakukan. Sayangnya, belum ada data dan hasil penelitian soal hal ini.
Meski begitu, pemerintah dan pelaku usaha umumnya menyebut harga pakaian bekas yang lebih murah menjadi faktor yang merugikan industri garmen lokal.
Ali Charisma, National Chairman Indonesia Fashion Chamber( IFC) berpendapat ketika pakaian bekas dengan harga murah membanjiri pasar, akan sulit bagi desainer lokal untuk bersaing dalam hal harga.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.