Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saya berharap, pihak sekolah maupun para orangtua siswa juga dapat berlaku bijak dalam menanggapi isu-isu terkait dunia pendidikan ini. Pasti akan ada jalan tengah yang bersifat win win solution jika keduanya saling bersinergi, tidak mengedepankan kepentingan pribadi apalagi kepentingan bisnis (mencari keuntungan) semata.
Berikut ada beberapa pandangan terhadap polemik yang sedang hangat saat ini agar tidak terus berlanjut dan menjadi pembelajaran sekaligus perbaikan di tahun mendatang.
Pertama, bagi orangtua sebaiknya bijak dalam memilih sekolah untuk anak-anaknya. Jangan sampai hanya gara-gara termakan gengsi lantas memaksakan diri menyekolahkan anak di sekolah yang berstandar biaya tinggi. Percayalah, masih banyak sekolah yang biayanya rendah namun berkualitas baik.
Kedua, belajar dari pengalaman saya, sebaiknya pihak sekolah sudah mengagendakan acara perpisahan jauh-jauh hari agar para orangtua dapat mencicil biayanya sehingga dapat meringankan mereka.
Ketiga, utamakan musyawarah mufakat. Harus diakui, musyawarah mufakat adalah salah satu karakter bangsa Indonesia yang memang mampu mengakomodir segala kebutuhan.
Keempat, budayakan menabung sejak dini pada siswa. Ya, disiplinkan pada siswa untuk menabung di sekolah sejak awal, tentu saja dengan nominal yang bebas.
Menabung di sekolah adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan siswa. Beda jika menabung di bank atau celengan di rumah, tentu fokus tujuannya bukan hanya pendidikan tapi bisa tujuan-tujuan lainnya.
Kelima, jalin komunikasi yang baik antara guru, siswa dan orangtua. Komunikasi yang baik akan meminimalkan tingkat konflik diantara mereka, sehingga akan lebih mudah untuk menyepakati suatu keputusan bersama.
Itulah kelima pandangan tips diatas adalah cara yang dapat dilakukan secara teknis, namun cara yang paling utama adalah adanya ketulusan dari berbagai pihak dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah.
Jiwa yang tulus akan menghindarkan sifat-sifat tamak, mencari keuntungan pribadi, ataupun perbuatan kejahatan lainnya.
Acara kelulusan atau perpisahan dengan berbagai versi, baik wisuda, rekreasi maupun pensi harus ditujukan untuk kebersamaan dan kepentingan siswa. Orangtua hanya mendanai, guru mengakomodasi, sedangkan siswa yang akan mendapat makna serta kenangan dari acara tersebut.
Jika demikian, maka sejatinya orangtua dan guru harus sama-sama saling bijak mendukung agar siswa bisa mendapat kenangan manis di momen kelulusannya tersebut.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tidak Akan Menjadi Polemik jika Guru dan Orangtua Saling Bijak, Tulus dan Bersinergi"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.