Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Tindakan transplantasi atau pemindahan organ dari satu tubuh ke tubuh lain merupakan salah satu tindakan medis yang paling rumit, baik secara teknis pelaksanaannya mapun prosedur yang mengiringinya.
Terkait transplantasi ini, saya pribadi pernah mengalami betapa panjang, ruwet, serta mahalnya proses sebelum, saat pelaksanaan, hingga sesudah tindakan medis yang dilakukan.
Pasalnya, beberapa tahun lalu saya pernah mengurus prosedur transplantasi organ tubuh, yakni ginjal ayah mertua di RSCM.
Alasan mengapa ayah mertua saya harus terpaksa menjalani transplantasi ginjal adalah karena dokter menyebutkan bahwa kedua ginjalnya sudah mengkerut dan fungsi kedua ginjalnya berjalan 15% saja.
Penyebab utama gagal ginjal tersebut adalah penyakit darah tinggi yang sudah diderita mertua saya lebih dari 20 tahun.
Dokter yang menangani langsung mertua saya juga mengungkapkan bahwa di Indonesia, kasus gagal ginjal rata-rata berawal dari penyakit darah tinggi dan diabetes.
Mertua saya sendiri sudah menjalani prosedur medis hemodialisis atau cuci darah sebanyak tiga kali setiap minggunya.
Proses cuci darah ini dilakukan untuk menggantikan salah satu fungsi ginjal, yakni membersihkan darah dari senyawa beracun pada tubuh sebelum akhirnya dialirkan kembali ke seluruh tubuh, semacam filter bagi tubuh.
Jika proses cuci darah ini tak dilakukan, padahal ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik, maka bisa menyebabkan keracunan dan akan memberikan dampak fatal.
Gejala awal gagal ginjal yang dialami mertua saya adalah sesak napas hebat, sehingga ia perlu dipasangi alat bantu pernapasan agar tetap bisa bernapas.
Mertua saya juga menuturkan bahwa punggungnya juga sering merasa gatal yang berasal dari bawah kulit.
Proses cuci darah ini juga diakui sangat “menyiksa”, apalagi Sang Pasien harus menjalani prosedur tertentu, seperti mengatur kadar hemoglobin yang ada dalam tubuh agar sesuai standar yang telah ditentukan.
Ketika sudah menjalani proses cuci darah yang cukup lama, mertua saya mengaku tak kuat sehingga akhirnya diputuskan untuk melakukan transplantasi ginjal.
Demi melancarkan proses transplantasi ginjal mertua saya, saya lalu mengumpulkan segala informasi terkait prosedur transplantasi ginjal.
Dari berbagai informasi yang dikumpulkan, akhirnya diketahui bahwa proses tranplantasi ginjal ini bisa dilakukan di RSCM Kencana.
Ketika sudah memutuskan melakukan transplantasi gjnjal untuk mertua saya, saya lantas menemui Profesor Endang, dokter spesialis bedah urologi, ahli cangkong ginjal terbaik di Indonesia yang bertugas di RSCM Kencana.
Profesor Endang kemudian memeriksa kondisi mertua saya secara komprehensif. Hasil dari pemeriksaan itu, ia menyatakan bahwa kondisi mertua saya memungkinkan untuk dilakukan transplantasi ginjal.
Ia pun menjelaskan soal prosedur panjang yang harus dijalani sebelum proses transplantasi dilakukan, baik oleh mertua saya sebagai penerima donor maupun calon pendonor.
Setelah mendengar semua hal yang mesti dijalani dijalani tersebut, saya dan pihak keluarga lain lantas mencari pihak yang bersedia mendonorkan ginjalnya.
Proses pencarian calon pendonor di Indonesia ini ternyata cukup sulit, apalagi calon pendonor tersebut harus memenuhi kualifikasi tertentu yang sudah ditetapkan, seperti golongan serta resus darah antara pendonor dan penerima harus sama.
Maka dari itu, Prof. Endang menyarankan pendonor ini lebih baik merupakan keluarga dekat. Bersyukur ada dua anggota keluarga saya yang bersedia untuk menjadi pendonor.
Prosedur yang mesti dilakukan untuk menjadi pendonor juga ternyata tak mudah. Sebelum dinyatakan orang tersebut layak menjadi pendonor, ia harus memenuhi prosedur compliance, etik, dan administrasi yang sudah ditetapkan RSCM.
Sang calon pendonor terlebih dahulu harus mengisi formulir yang menyatakan bahwa keputusannya menjadi pendonor ginjal dilakukan secara sadar dan tanpa paksaan siapa pun serta tak ada juga transaksi jual-beli di dalamnya. Formulir pernyataan itu ditandatangani di atas materai.
Setelah mengisi formulir tersebut, pihak rumah sakit akan melakukan verifikasi. Selanjutnya ketika sudah berhasil terverifikasi ia akan diwawancara oleh komisi etik RSCM untuk melanjutkan proses selanjutnya.
Selanjutnya, ketika sang calon pendonor dinyatakan lolos secara administrasi dan hukum, ia akan melanjutkan ke proses pengujian dan pemeriksaan medis.
Porses pengujian dan pemeriksaan medis ini meliputi 3 tahapan.
Pertama, pemeriksaan untuk memastikan bahwa golongan darah pendonor dan pasien yang akan menerima donor ginjal adalah sama dan cocok.
Kedua, pengujian terhadap tipe jaringan atau human leukocyte antigen (HLA) untuk mengetahui marker antigen antar pendonor dan penerima donor.
Semakin tinggi kesamaan marker antigen-nya, makin baik.
Ketiga, pengujian silang antibodi antara pendonor dan penerima donor. Hal ini dilakukan untuk memastikan tubuh penerima donor dapat menerima ginjal dari pendonor dengan baik.
Dari tes ini, apabila hasilnya positif itu artinya penerima donor memiliki antibodi terhadap pendonor yang menyebabkan ia tak bisa menerima ginjal dari pendonor.
Sebaliknya, apabila hasilnya negatif maka tubuh penerima donor berarti dapat menerima organ baru dari pendonor.
Prosedur awal yang dijalani oleh mertua saya dan pendonor ini dilakukan dalam dua putaran dan berjalan selama kurang lebih satu bulan.
Ketika bagian awal dari prosedur transplantasi ini selesai dilakukan, hal ini tidak berarti proses transplantasi organ bisa langsung dilakukan.
Dalam hal ini pendonor dan sang penerima donor harus melakukan proses-proses pemeriksaan lain dan tindakan medis lanjutan untuk memastikan transplantasi organ bisa berhasil.
Baik penerima dan pendonor harus diperiksa kondisi kesehatan jantung, paru-paru, dan berbagai uji laboratorium lain untuk memastkan tak ada sumber infeksi di dalam tubuhnya.
Selain proses uji laboratorium, kedua belah pihak ini juga harus menjalani serangkaian tes psikologi.
Jika pada semua proses pengujian dan pemeriksaan ini ditemukan masalah medis dan kondisinya masih bisa diperbaiki, maka harus dilakukan koreksi hingga semua hasilnya dinyatakan bagus dan bisa dilanjutkan ke tahapan selanjutnya.
Sayangnya, pada saat itu ditemukan sedikit luka di dalam lambung dan lubang di gigi mertua saya. Padahal hasil uji jantung, paru-paru, dan psikologinya semua bagus dan baik.
Tentu kondisi ini harus dipulihkan terlebih dahulu hingga kondisi lambung dan gigi mertua saya pulih.
Hal ini perlu dan penting untuk dilakukan karena jika ditemukan sumber infeksi di dalam tubuh sang penerima donor pasca menerima organ baru, akan ada potensi bakteri atau virus masuk yang akhirnya bisa menyerang organ baru tadi.
Hal yang sama juga mesti dilakukan oleh pendonor, meski memang pemeriksaannya tak seketat seperti apa yang dilakukan ke penerima donor.
Seluruh proses pra transplantasi ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan tentu melelahkan. Tak jarang saya dan keluarga juga harus berpindah dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya karena alat-alat medis tertentu hanya dimiliki di rumah sakit tertentu saja.
Hal ini juga meliputi biaya yang dikeluarkan, baru menjalani proses pemeriksaan dan pengujian sebelum transplantasi dilangsungkan saja biaya yang dikeluarkan sudah sangat besar.
Ketika seluruh proses pemeriksaan dan pengujian selesai dan hasilnya dinyatakan baik dan bagus, maka dokter akan memberikan jadwal kapan operasi transplantasi akan dilakukan.
Lima hari sebelum pelaksanaan operasi transplantasi dilakukan, pasien penerima donor harus sudah masuk perawatan di rumah sakit. Sementara bagi pendonor, ia harus masuk perawatan rumah sakit paling tidak tiga hari sebelum hari operasi transplantasi dilakukan.
Pada masa ini, sebagian pemeriksaan dan pengujian yang telah dilakukan sebelum operasi diulang kembali untuk memastikan bahwa kedua belah pihak berada pada kondisi yang sehat untuk dilakukan operasi.
Proses tata laksana operasi sudah dilakukan sejak 18 jam sebelum transplantasi dilakukan. Pada saat-saat seperti ini adalah masa-masa yang begitu menegangkan bagi kami pihak keluarga.
Pagi harinya sekitar pukul 08.00 operasi transplantasi akhirnya dilakukan. Operasi transplantasi ini berlangsung kurang lebih 6,5 jam.
Pada pukul 17.00 setelah proses operasi transplantasi selesai dilakukan, pendonor dibawa kembali ke ruang perawatan. Sementara sang penerima donor dibawa ke ruangan ICCU untuk dilakukan pengawasan oleh dokter.
Pasalnya dalam tubuh pasien tersebut sekarang ada benda baru dan harus dipastikan bisa diterima oleh tubuh pasien tersebut. Ke depannya pun pasien butuh mendapat perlakuan khusus untuk jangka waktu tertentu.
Pasca menjalani operasi transplantasi ginjal, mertua saya perlu mendapat perhatian dan perawatan khusus dari dokter. Pasalnya daya tahan tubuhnya sedang berada di kondisi yang lemah akibat obat yang diberikan sengaja untuk menurunkan daya tahan tubuhnya agar organ baru yang dimasukkan dalam tubuhnya bisa beradaptasi dengan baik di tubuhnya.
Selain itu, menurut dokter juga ada beberapa kemungkinan munculnya komplikasi pasca transplantasi ginjal, seperti infeksi, penolakan tubuh terhadap ginjal baru, dan penggumpalan darah.
Maka dari itu untuk menghindari terjadinya infeksi, mertua saya harus berada di ruangan yang sangat bersih selama satu bulan penuh dan harus dipastikan seluruh orang yang ada di sekitarnya harus menggunakan masker serta selalu menjaga kebersihan tubuhnya.
Setelah melewati satu bulan itu, tiga bulan berikutnya pasien harus melakukan kontrol ke rumah sakit setiap dua minggu sekali.
Kemudian tiga bulan berikutnya hingga satu tahun, pasien harus melakukan kontrol ke rumah sakit setiap bulannya.
Tingkat keberhasilan transplantasi ginjal ditentukan oleh perawatan keluarga terhadap pasien, kebersihan dan makanan pasien harus benar-benar dijaga. Pasien tidak dibolehkan terlalu sering berhubungan atau menerima tamu lebih dulu.
Proses perawatannya persis seperti penanganan pada saat pandemi COVID-19, harus jaga jarak, menggunakan masker, menghindari keramaian, dan makan makanan sehat.
Apalagi kondisi imun pasien sedang lemah, kuman atau virus akan bisa dengan cepat masuk ke dalam tubuhnya. Jika pasien terinfeksi kuman atau virus maka hal itu akan langsung menyerang organ tubuh yang belum sepenuhnya menyatu dalam tubuh pasien.
Akhirnya akan terjadi infeksi di ginjal yang baru terpasang tersebut. Risiko terburuknya adalah akan ada potensi gagal ginjal lagi.
Sementara bagi pendonor, ketika luka operasinya sudah pulih ia sudah bisa diizinkan untuk keluar dari rumah sakit dan bisa melanjutkan aktivitas sehari-harinya lagi secara normal. Sebab pada dasarnya manusia dapat bertahan hidup hanya dengan satu ginjal.
Berbicara soal pendonor organ, sepertinya untuk menjadi pendonor sekarang ini terdapat perubahan aturan yang cukup signifikan jika dibandingkan pada pengalaman di tahun 2016 lalu.
Sekarang calon pendonor organ harus terlebih dahulu terdaftar dalam Komite Transplantasi Nasional (KTN) yang berada di Jakarta atau perwakilan KTN yang ada di setiap provinsi.
Untuk menjadi calon pendonor di KTN pun persyaratannya cukup banyak dan memerlukan proses panjang.
Tentu saja, perubahan ini sangat baik untuk menghindari terjadinya transaksi jual-beli organ atau kejahatan penjualan organ manusia yang kini mulai santer terdengar.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pendonor dan Prosedur Transplantasi Ginjal, Sebuab Pengalaman Pribadi"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.