Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Salah satu alasan utama mengapa seseorang memutuskan berinvestasi, umumnya mereka ingin menumbuhkan nilai modal yang sudah diinvestasikan. Atau istilah kerennya zaman sekarang untuk dapat “cuan”.
Target cuan yang ingin didapat tentu beragam. Ada orang yang cukup ambisius dan agresif sehingga menargetkan bisa mendapat keuntungan puluhan hingga ratusan persen per tahun.
Ada pula yang realistis bahkan cenderung konservatif dengan mematok target pertumbuhan yang sederhana; cukup di atas nilai inflasi.
Dengan adanya harapan dan target keuntungan yang ingin dicapai itulah yang membuat pilihan instrumen investasi setiap orang bisa berbeda-beda.
Bagi orang yang konservatif mungkin akan cenderung memilih berinvestasi obligasi atau reksadana sebagai kendaraan investasinya. Pilihan investasi yang dianggap nyaris tanpa risiko meskipun potensi keuntungan yang ditawarkan juga cukup rendah.
Lalu, bagaimana dengan menyimpan/menabung uang di bank atau deposito yang sudah pasti terjamin keamanannya? Sebab, imbal hasil yang ditawarkan sangat kecil bahkan di bawah angka inflasi.
Beberapa bank daerah dan bank digital belakangan memang ada yang menawarkan imbal hasil bunga deposito yang lebih menarik. Namun sekali lagi, pada umumnya imbal hasil yang diberikan sangat kecil.
Di sisi lain, bagi para investor yang agresif tentu akan lebih fokus dan memilih berinvestasi di aset-aset yang memiliki risiko lebih tinggi, namun memiliki potensi keuntungan yang tinggi pula, seperti reksadana saham, saham, atau cryptocurrency.
Ketika seseorang memutuskan berinvestasi saham pun sebenarnya ada beberapa tipikal investor, ada yang senang dan memilih membeli saham perusahaan besar dengan bisnis yang sudah bisa bertahan serta teruji oleh berbagai kondisi termasuk krisis.
Ada juga tipe investor yang hanya gemar mencari saham-saham perusahaan kecil yang dinilai memiliki potensi besar untuk bertumbuh secara signifikan di masa depan.
Berangkat dari pengalaman pribadi selama tiga tahun berkecimpung di pasar saham, ternyata ketika belajar dan melakoni dunia investasi ada beberapa prinsip hidup yang didapat.
Beberapa prinsip itu antara lain, adalah sebagai berikut.
Pertama, kesabaran.
Seorang tokoh investasi saham legendaris dunia, Warren Buffett, pernah mengatakan bahwa bursa saham adalah perangkat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar.
Memiliki prinsip untuk selalu sabar dalam berinvestasi saham ini adalah hal yang sangat penting. Mulai dari kita belajar, mencari, hingga menemukan saham yang berkualitas kita harus sabar.