Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
"Kalau saya terpilih jadi pemimpin, maka saya akan menurunkan harga minyak dan sembako. Saya akan menggratiskan sekolah dari SD hingga SMA. Saya akan membangun infrastruktur di wilayah 3T." ... dan sebagainya.
Sudah menjadi semacam tradisi, setiap mendekati masa pemilu, setiap calon pemimpin biasanya akan memberi janji-janji manis agar dipilih oleh masyarakat. Kutipan di atas adalah sedikit contoh dari banyak lagi janji-janji lain yang mungkin akan atau bahkan sudah dilontarkan oleh setiap calon.
Akan tetapi, dari banyaknya hal yang dijanjikan, mungkinkah ada cawapres yang berpikir mengenai penyelamatan gajah sumatera yang jumlahnya kian menurun?
Di bulan September lalu, ada kabar bahagia, yakni seekor gajah sumatera berjenis kelamin betina telah lahir di Taman Nasional Tesso Nilo, yang terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Bayi gajah betina yang lucu tersebut berasal dari indukan bernama Lisa.
Saat pertama kali bayi gajah itu diperkenalkan melalui media sosial instagram oleh pengelola BTN Tesso Nilo, banyak orang memberi selamat dan mengucap syukur tanda bahagia. Masyarakat semringah karena ada anggota baru gajah sumatera yang lahir ke dunia.
Kelahiran bayi gajah sumatera seolah memberi harapan baru bahwa mereka bisa terus hidup di tengah gempuran zaman yang penuh isu-isu kerusakan lingkungan dan hutan.
Pasalnya, data KLHK 2021 menyebutkan bahwa populasi gajah sumatera turun hampir 50% sejak tahun 2014. Ditambah lagi data terbaru KLHK mengatakan, dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, terdapat 28 gajah sumatera yang mati karena berbagai sebab. Setiap tahun, rata-rata ditemukan 2 hingga 3 kasus kematian gajah sumatera.
Tentu, informasi tersebut memberi kita semua pecutan mengenai kehidupan mereka, terlebih gajah merupakan salah satu hewan yang waktu berkembangbiaknya lambat. Seekor gajah betina membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk mengandung dan melahirkan anaknya.
Mendekati masa pemilu 2024, banyak dari kita mungkin sudah bosan mendengar janji-janji dari para sosok capres yang seakan terlalu muluk dan jauh panggang dari api.
Salah satu masalah serius yang mestinya sudah jadi agenda wajib dan rutin yang harus segera dibahas dan ditemukan solusinya adalah masalah konservasi dan keselamatan satwa langka yang ada di Indonesia akibat perburuan liar atau deforestasi yang marak terjadi.
Indonesia memiliki banyak sekali satwa langka yang statusnya terancam punah, misalnya gajah, harimau, elang, macan, dan masih banyak lagi. Semua satwa langka ini sejatinya merupakan aset berharga bangsa Indonesia.
Mereka merupakan satwa endemik yang harus dilestarikan keberadaannya. Namun, keberadaan kantong-kantong habitat gajah sumatera kian hari kian menyusut.
Apabila suatu hari nanti akan diadakan debat atau diskusi capres, ada baiknya mereka juga membahas serta mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan konservasi hewan atau hutan alam, seperti berikut ini.
Pertama, sanksi apa yang bisa diberikan kepada para pemburu atau pembunuh gajah sehingga mereka bisa jera dan tak akan mengulangi perbuatan kejam tersebut.
Kedua, perlu memikirkan inovasi program terkait deforestasi agar tak mengganggu alam sehingga kehidupan gajah serta satwa lainnya bisa terjamin dan tak terancam.
Ketiga, segala aturan mengenai wilayah konservasi serta implementasinya perlu diperketat sehingga para pemburu dan perusak tak akan lagi berani masuk ke wilayah konservasi.
Keempat, mengenai pendanaan terkait perawatan, pengembangbiakkan, serta perlindungan para satwa, termasuk gajah sumatera di wilayah konservasi.
Kelima, menemukan jalan tengan atau solusi terbaik penanganan konflik antara gajah maupun satwa langka lainnya dengan manusia.
Tentu dalam implementasinya nanti KLHK lah yang memegang peran kunci terkait konservasi ini. Akan tetapi, sebagai calon kepala negara, mengetahui langkah-langkah konkret apa yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian satwa itu penting.
Bagaimanapun, para satwa itu merupakan makhluk hidup. Mereka juga layak dihargai kelestariannya oleh manusia.
Selama ini Indonesia sudah memiliki total 7 pemimpin, namun belum pernah sekalipun saya mendengar para pemimpin atau bahkan mereka yang menyalonkan diri membahas soal keselamatan dan kehidupan satwa-satwa Indonesia yang ada di wilayah konservasi.
Di samping itu, pembahasan mengenai solusi terkait konflik antara satwa dengan manusia yang kerap terjadi juga rasanya belum pernah diangkat.
Padahal, kabar mengenai konflik tersebut sudah sering terdengar baik di media sosial maupun mainstream. Seringnya konflik antara satwa dengan manusia disebabkan oleh manusia yang merasa terancam ketika ada satwa liar, seperti gajah maupun harimau yang masuk ke wilayah perkampungan.
Pada banyak kesempatan justru kenyataannya adalah banyak satwa yang masuk ke wilayah perkampungan warga karena wilayah dan habitatnya telah hilang akibat perusakan atau deforestasi.
Saat manusia hadir, gajah-gajah mulai tergusur. Imbasnya, mereka menyerang manusia. Jika sudah begini, beberapa pihak yang merasa terancam akan membunuh mereka dengan cara dijerat atau diracun. Miris, iya miris setiap kali mendengar ada gajah yang mati.
Memasuki masa pemilu yang semakin dekat, akankah ada calon presiden nanti yang akan membahas upaya-upaya menjaga kelestarian satwa langka, termasuk gajah sumatera?
Jika memang nanti ada calon presiden yang akan membahasnya, tentu itu adalah gebrakan yang luar biasa dan patut diberi apresiasi.
Terlepas dari itu, penting kiranya bagi kita semua untuk memilih calon pemimpin yang menaruh keberpihakan kepada semua rakyatnya, termasuk juga pada satwa-satwa yang statusnya sudah terancam punah.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mungkinkah Calon Presiden Membahas Keselamatan Para Gajah Sumatra?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.