Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agustian Deny Ardiansyah
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Agustian Deny Ardiansyah adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Masihkah Ada Praktik “Katrol Nilai” di Kurikulum Merdeka?

Kompas.com, 24 Desember 2023, 10:17 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Suatu pagi, ketika tidak sedang mendapat tugas mengawasi tes sumatif, saya berbincang megenai penerapan "katrol-mengatrol" nilai dalam kurikulum merdeka.

Diskusi ini berangkat dari rasa penasaran, apakah praktik tersebut masih berlangsung atau tidak. Pasalnya, ketika masih menerapkan kurikulum 2013, sebagai guru kami begitu akrab dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

KKM ini digunakan untuk menilai ketercapaian siswa berdasarkan kompetensi dasar pelajaran yang harus dicapai. Selain itu KKM juga diartikan sebagai nilai kesepakatan dalam satuan pendidikan, disesuaikan dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, dan kondisi sekolah.

Maka dari itu KKM dapat bersifat majemuk. Artinya setiap mata pelajaran memiliki KKM sendiri atau bersifat tunggal dan ada juga KKM tunggal yang berarti semua mata pelajaran memiliki KKM yang sama.

Ketika ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM tersebut, misal 65, 70, atau 75, maka siswa tersebut harus melakukan pengujian ulang sampai nilainya mencapai KKM.

Akan tetapi, sering kali ketika sudah memasuki masa-masa guru harus memasukan nilai akhir siswa ke dalam rapor, masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Di sinilah guru kerap mengubah nilai siswa tersebut menjadi nilai sesuai KKM agar siswa dapat naik kelas.

Fenomena inilah yang biasa dikenal dengan sebutan guru "mengatrol nilai" siswa. Cara-cara guru mengatrol nilai siswa ini juga bermacam-macam, bisa dengan memberi tugas tambahan atau cara lainnya.

Masihkah Ada Praktik “Katrol Nilai” di Kurikulum Merdeka?

Pada dasarnya, kurikulum merdeka tidak lagi menggunakan istilah KKM, melainkan KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran). KKTP ditentukan melalui deskripsi kriteria, rubrik, dan interval nilai.

Meskipun tidak ada lagi KKM, KKTP masih mempertimbangkan nilai selama proses pembelajaran hingga ujian. Guru masih memiliki potensi untuk melakukan "katrol" nilai agar siswa memenuhi KKTP yang telah ditetapkan.

Meski demikian, pertanyaan muncul, mengapa "katrol" nilai harus tetap dilakukan meskipun kurikulum merdeka tidak menggunakan KKM?

Penjelasannya sederhana, pertama, siswa masih harus memenuhi KKTP yang telah ditetapkan. Jika nilai akhir siswa hanya 50, ditambah dengan nilai tes akhir, "katrol" nilai masih diperlukan agar siswa dapat memenuhi KKTP pada kriteria tertentu.

Kedua, adanya istilah "tidak ada siswa yang tidak naik kelas." Di era sekarang, nilai merah tidak boleh muncul di rapor siswa.

Maka dari itu, guru berusaha untuk menuntaskan nilai minimal siswa agar mereka bisa naik ke jenjang berikutnya, meskipun kualifikasinya masih diragukan.

Ketiga, faktor keberlanjutan pendidikan siswa ke jenjang berikutnya, seperti SMP atau SMA/SMK yang masih bergantung pada peringkat nilai rapor.

Keempat, kepentingan untuk menjaga nama baik sekolah. Dalam penentuan zonasi atau prestasi, nilai rapor memainkan peran penting karena setiap sekolah memiliki kuota sendiri.

Hal inilah yang membuat guru terkadang melakukan "katrol" nilai untuk menjaga nama baik sekolah dan mempertahankan prestise di era persaingan sekolah yang ketat.

Sejatinya, ketika seorang guru melakukan praktik "katrol nilai", di dalam hatinya akan terjadi pergolakan, berbagai perasaan akan bercampur aduk dan membuat guru dalam posisi yang serba salah.

Maka dari itu, tanpa evaluasi menyeluruh, terlepas dari kurikulum apapun yang diterapkan, tantangan ini mungkin tetap ada. Dan guru akan tetap diselimuti pertanyaan, "Apakah kita masih seperti yang dulu?"

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Masihkan Guru Mengatrol Nilai Siswa di Kurikulum Merdeka?"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau