Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Gigi bungsu adalah gigi geraham ketiga yang terletak di bagian paling belakang mulut. Biasanya baru tumbuh di usia dewasa, antara usia 17-25 tahun.
Dalam beberapa kasus, gigi bungsu dapat tumbuh normal sehingga cukup dengan menjaga kebersihan mulut dan gigi. Namun, ada juga pertumbuhan gigi bungsu yang mengharuskan seseorang untuk operasi jika sampai mengalami rasa sakit yang tak tertahankan.
Saya ingin membagikan pengalaman bagaimana sih rasanya operasi gigi bungsu dengan anestesi total.
Lepas 2 minggu pasca operasi gigi bungsu, gigi masih terasa ngilu-ngilu. Belum sepenuhnya normal seperti sedia kala. Hal itu normal pada kasus gigi bungsu sulit dan tindakan operasinya dilakukan dengan anestesi total (bius tidur).
Pada kasus saya, gigi bungsu termasuk pada kategori impaksi kelas C. Maksudnya adalah pada gigi molar ketiga (128) tidak tumbuh dan terbenam di dalam gusi.
Alhasil kondisi saya memerlukan tindakan pencabutan di ruang operasi. Tujuannya agar pasien tidak merasa kesakitan dan memudahkan tim dokter yang menangani.
7 Hari Pre-Odontektomi, Ini Persiapan yang Dilakukan
Setelah sebelumnya melakukan rangkaian pemeriksaan seperti rontgen panoramic, cek laboratorium, CT Scan, rontgen thorax, konsultasi dengan spesialis paru dan penyakit dalam.
Berikut adalah beberapa rangkaian yang saya jalani sebelum menjalani operasi gigi bungsu (impaksi) yang dikenal dengan odontektomi.
Lima hari sebelum tindakan, saya melakukan pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari pemeriksaan fungsi hati, ginjal, pembekuan, dan gula darah. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana fungsi organ dan sistem alirah darah yang ada di tubuh kita, apakah memungkinkan untuk dilakukan anestesi total atau tidak.
Tiga hari sebelum tindakan, pasien diminta untuk konsultasi dengan dokter spesialis anestesi. Di sini penting untuk menyebutkan riwayat penyakit, alergi yang dimiliki baik obat ataupun makanan, dan berbagai pertanyaan yang mungkin menghantui.
Saat berkunjung ke anestesi, saya mencerita keluhan penyakit lain seperti meniere disease (kelainan pada telinga dalam yang menyebabkan tinnitus (telinga berdenging) dan vertigo.
Di sana saya mendapatkan saran untuk disampaikan kepada perawat yang bertugas untuk meminta jenis anestesi hanya dengan suntik, tidak disungkup pada hidung. Tujuannya agar kepala tidak merasa tertekan karena adanya meniere disease yang dialami, lengkap pemeriksaan penunjang.
Sebagai pasien BPJS langkah selanjutnya adalah menunggu info dari Tim Case Manager dan bagian administrasi.
Saya pun dihubungi kembali oleh Tim Case Manager rumah sakit yang merawat H-2 tindakan. Sedangkan penjadwalan masuk rawat inap oleh admission center di H-1.
Puasa 6 Jam Sebelum Tindakan, Persiapan Masuk Rawat Inap
Operasi gigi bungsu tergolong operasi ringan. Oleh karena itu, saya hanya perlu 1 hari untuk menginap di rumah sakit. Masuk ruang rawat di hari yang sama dengan hari tindakan. Saat itu, saya jadwal tindakan saya dilakukan pada tanggal 13 Desember.
Masuk ruang rawat di jam 9 pagi, perawat akan memeriksa tanda-tanda vital pasien. Mulai dari tensi, cek suhu, dan sesi tanya jawab apakah memiliki alergi obat.
Selain itu, tes alergi pun dilakukan dengan menyuntikan antibiotik dikulit. Umumnya, jika alergi orang akan merasa gatal dan terdapat ruam. Jika tidak maka antibiotik tersebut dapat digunakan.
Waktu menunjukkan pukul 13.45 siang, ternyata tindakan lebih cepat dari yang dijadwalkan pukul 15.00.
Antibiotik pun diberikan sebelum saya diantarkan ke ruang operasi. Mengganti baju operasi dan menggunakan penutup rambut pun telah digunakan sebelum memasuki ruang tindakan.
Suasana Ruang Operasi hingga Rontgen Panoramic/CT Scan Penting Saat Tindakan!
Ruang operasi tidak semenakutkan itu. Dipenuhi dengan suara mesin-mesin yang membantu proses tindakan, suara percakapan perawat, dokter, dan tim yang bertindak menghilangkan segala ketakutan yang awalnya muncul.
Saat memasuki ruang operasi, saya melihat beberapa pasien lain yang akan masuk sesuai dengan ruang dan tindakannya. Baik dokter dan perawat yang bertugas semuanya kompak.
Bahkan, sebelum tindakan asisten profesor dokter spesialis bedah mulut yang merawat masih sempat menceritakan bagaimana pengalamannya mencabut 7 akar gigi.
Begitupun dengan seorang perawat yang masih sempat menceritakan pengalamannya operasi kelenjar getah bening.
Ketakutan-ketakutan yang dimiliki hilang seketika. Apalagi, tindakan kali ini dilakukan langsung oleh seorang profesor bedah mulut dan dibantu oleh seorang dokter spesialis bedah mulut.
Di tengah hiruk pikuk suasana ruang operasi, ada 1 benda yang tidak boleh tertinggal pada saat tindakan. Yup, benda tersebut adalah hasil foto rontgen panoramic/CT Scan.
Foto ini digunakan untuk membantu dokter yang melakukan tindakan untuk mengetahui posisi pasti di mana gigi bungsu terletak.
Sialnya, saat itu saya lupa membawa hasil rontgen panoramic. Untungnya, database tersimpan dengan baik dan bisa dicetak kembali.
Sakit Gigi Lebih Sakit daripada Patah Hati! Ini yang Saya Rasakan hingga H+14 Operasi
Selama 22 tahun ini, saya belum pernah merasakan sakit gigi. Bahkan ketika divonis impaksi pun, gigi saya tidak sakit. Justru yang sering mengalami sakit adalah kepala.
Masuk di ruang operasi dengan segala persiapan hingga sadar, saya dipindahkan ke ruang rawat sekitar pukul 19.00. Saat keluar ruang operasi di setengah sadar itu, langit sudah gelap.
Belum kuat sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius saya pun tidur kembali.
Di beberapa jam pasca operasi, saya terus diminta untuk mengigit kasa. Darah masih keluar dari gusi karena baru beberapa jam tindakan.
Entah jam berapa, saya tidak mengingat dengan pasti. Mungkin di sekitar jam 8 atau setengah 9 malam, dokter spesialis bedah mulut yang menjadi asisten dalam tindakan kali ini melakukan kunjungan kamar.
Namun, sekali lagi saya masih setengah sadar dan tidak mengingat penuh apa yang dikatakan. Saya hanya ingat yang dikatakan gigi saya sulit hingga masuk ke rongga sinus dan esok diminta datang ke poli.
Saya baru benar-benar sadar di pagi hari. Tidak ada larangan untuk makan dan minum di keesokan harinya. Namun, saya masih merasakan sakit dan memilih hanya minum susu hingga beberapa hari ke depan.
Di setengah 2 siang, saya datang ke poli untuk diperiksa secara langsung keadaan pasca operasi.
Profesor bedah mulut yang menangani menginfokan akan bengkak dalam beberapa hari namun hal itu normal.
Pada H+1 operasi belum disarankan untuk menyikat gigi. Namun, diganti dengan obat kumur yang diresepkan. Hingga H+3 pasca tindakan saya belum berani untuk makan nasi ataupun lauk yang keras. Lebih memilih untuk minum susu whey protein ataupun jus buah, sebab justru rasa sakit datang di beberapa hari sesudahnya.
H+7 tindakan saya kembali kontrol ke profesor bedah mulut yang menangani. Namun, hingga H+7 masih terasa bengkak, alhasil benang jahitnya belum dicabut. Saya disarankan untuk datang kembali minggu depan.
Hingga kini di H+10 tindakan, saya baru mulai untuk berani makan nasi dengan lauk yang masih lembut. Padahal sejatinya tidak ada pantangan dan dipersilahkan makan seperti biasa.
Poin pentingnya bukan efek samping pasca tindakan. Mungkin ini bisa jadi pesan untuk kamu yang masih menunda operasi gigi bungsu. Lebih baik disegerakan, sebab gigi bungsu yang bermasalah justru jadi sebab munculnya suatu penyakit seperti kista di rongga mulut hingga sinusitis.
Apalagi spesialis bedah mulut di Indonesia masih terbilang sedikit. Jika berobat dengan BPJS maka antreannya pun panjang. Meski begitu, saya merasa berterima kasih atas pelayanan yang baik dan sangat hati-hati
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Operasi Gigi Bungsu Ternyata Tak Semenakutkan Itu! Ini Hal yang Perlu Kamu Perhatikan Pasca Tindakan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.