Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Merza Gamal
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Merza Gamal adalah seorang yang berprofesi sebagai Konsultan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kompas.com, 25 April 2024, 08:30 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Bulan suci Ramadan telah beranjak pergi dan hanya meninggalkan jejaknya yang mendalam dan akhirnya membawa kita melalui masa pelatihan spiritual yang besar.

Setelah bulan Ramadan, datanglah bulan Syawal sebagai bulan bagi umat muslim untuk merenungkan pencapaian spiritual kita dan menetapkan langkah-langkah selanjutnya dalam perjalanan menuju Allah SWT.

Bulan Syawal juga menjadi bulan ketika umat muslim merayakan kemenangan Idulfitri setelah selama kurang lebih 30 hari menjalankan ibadah puasa menjaga hawa nafsu.

Meski begitu, kita tak boleh terlena dalam kesenangan perayaan semata. Justru, di bulan Syawal inilah saat yang tepat untuk kita (umat muslim) mempertahankan dan bahkan meningkatkan tingkat keimanan dan ketakwaan.

Sebagai bulan peningkatan atau boleh juga disebut continous improvement, Syawal menawarkan sejumlah tugas yang dapat kita lakukan untuk menjaga momentum spiritual yang telah kita capai selama bulan Ramadan.

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah meneruskan kebiasaan membaca Al Quran yang telah kita lakukan selama Ramadan. Bagi umat muslim, Al Quran adalah kitab suci sekaligus petunjuk dalam setiap aspek kehidupan.

Ketika kita terus membaca, memahami, serta mengimplementasikan apa yang terkandung dalam ayat-ayat-Nya, maka niscaya hal itu adalah cara yang efektif untuk memperdalam hubungan kita dengan Allah SWT.

Hal kedua yang bisa kita lakukan adalah mempertahankan amalan salat malam. Hal ini juga merupakan salah satu langkah penting dalam memperkuat ikatan spiritual kita. Salat di malam hari adalah waktu yang sangat istimewa, pasalnya kita dapat berkomunikasi langsung dengan Allah SWT, memohon ampunan-Nya, dan memohon petunjuk-Nya agar bisa menjalani kehidupan di dunia dengan lebih baik dan sesuai syariat.

Amalan ketiga yang bisa kita lakukan di bulan Syawal adalah puasa sunah selama enam hari. Puasa sunah di bulan Syawal adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun selalu melakukannya.

Pada satu riwayat, Rasullah SAW bersabda bahwasannya siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka akan mendapat pahala seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang tahun. (HR: Muslim)

Maka dari itu, menyegerakan menjalankan puasa sunah di bulan Syawal merupakan langkah bijak untuk memperpanjang manfaat spiritual dari bulan Ramadan.

Meski begitu, tantangan menjalankan ibadah puasa ini boleh dibilang cukup berat. Pasalnya, ketika melakukan puasa sunah ini, umumnya umat Islam masih dalam suasana perayaan Idulfitri.

Oleh karenanya, berikut adalah beberapa kiat untuk menjaga kesadaran spiritual dan tidak terlena dalam pesta perayaan Idulfitri.

Niatkan Puasa sunah Syawal: Tetapkan niat untuk berpuasa sunah Syawal sesegera mungkin setelah Idul Fitri. Dengan memiliki tekad yang kuat, Anda akan lebih mungkin menjaga konsistensi dalam berpuasa.

Bangun Kesadaran Spiritual: Ingatlah bahwa puasa adalah ibadah yang membantu kita mendekatkan diri kepada Allah. Jangan biarkan perayaan kemenangan Idul Fitri membuat Anda lupa akan pentingnya memperkuat ikatan spiritual dengan melakukan amalan yang dianjurkan.

Jaga Niat dan Motivasi: Ingatkan diri sendiri akan tujuan puasa sunah Syawal, yakni untuk mendapatkan pahala tambahan dan membersihkan diri dari dosa-dosa yang terjadi selama Ramadan.

Atur Prioritas: Tetapkan prioritas yang jelas antara perayaan Idul Fitri dan ibadah puasa. Pastikan bahwa Anda menyempatkan waktu untuk beribadah meskipun tengah berada dalam suasana perayaan.

Berkomunikasi dengan Keluarga: Diskusikan dengan keluarga Anda tentang pentingnya menjaga ibadah di tengah-tengah perayaan Idul Fitri. Dengan dukungan mereka, Anda akan lebih mudah untuk mempertahankan komitmen berpuasa.

Berpegang pada Rutinitas Ibadah: Teruskan rutinitas ibadah harian Anda seperti shalat, dzikir, dan tilawah Al-Quran, bahkan di tengah-tengah perayaan. Ini akan membantu Anda tetap terhubung dengan spiritualitas Anda.

Hindari Kelelahan dan Over-eating: Usahakan untuk mengatur pola makan selama perayaan Idul Fitri agar tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atau kekenyangan. Ini akan membantu Anda tetap bugar dan fokus pada ibadah.

Refleksi dan Tafakkur: Luangkan waktu untuk merenungkan makna Ramadan dan perayaan Idul Fitri serta bagaimana Anda dapat terus memperkuat hubungan spiritual Anda meskipun dalam suasana perayaan.

Dengan memperhatikan hal-hal tadi, kita dapat menjaga kesadaran spiritual dan mencegah diri agar tak terlena dan larut dalam suasana perayaan Idulfitri, sehingga dapat menikmati manfaat spiritual dari puasa sunah bulan Syawal.

Jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, pada saat kita mencapai performa terbaik setelah melalui sekian waktu menjalani training akbar (great training), maka kita akan melakukan perayaan kemenangan dengan pesta gembira.

Mengapa diibaratkan perusahaan? Sebab perumpamaan tentang perusahaan dan perayaan kemenangan yang diikuti dengan peningkatan berkelanjutan sangat relevan dalam konteks spiritualitas.

Perbandingan antara perusahaan dan perayaan kemenangan yang diikuti oleh peningkatan berkelanjutan memang sangat relevan dalam konteks spiritual.

Seperti halnya di dunia korporasi, di mana setelah mencapai kesuksesan dalam proyek besar, perusahaan harus terus menerapkan peningkatan berkelanjutan untuk menjaga keunggulan kompetitifnya, begitu pula kita setelah bulan Ramadan.

Melakukan puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal adalah metode yang sangat baik untuk melanjutkan peningkatan spiritual setelah Ramadan.

Selain mendapatkan pahala yang besar, puasa ini juga membantu kita untuk terus menjaga momentum kebaikan yang telah kita bangun selama bulan Ramadan. Ini adalah manifestasi dari "continuous improvement" dalam konteks spiritual kita.

Hal yang sering memberatkan kita untuk bersegera melaksanakan puasa sunah enam hari Syawal adalah banyaknya undangan open house, silaturahmi berbagai komunitas, halal bi halal, dan berbagai undangan jamuan makan lainnya.

Sebagian orang merasa tidak menghormati undangan-undangan tersebut jika kita berpuasa pada saat menghadiri undangan tersebut.

Jika kita simak dengan cermat hadis berikut, yakni: Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian diundang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!" (HR. Muslim). "Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari).

Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang pentingnya menghormati undangan dan menjalankan puasa sunah mengajarkan kita prinsip-prinsip esensial dalam Islam yang berkaitan dengan etika sosial dan ibadah. Ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan kita untuk menghormati tamu dan melaksanakan ibadah dengan kesadaran penuh.

Hadis ini menekankan pentingnya menghormati undangan. Rasulullah SAW mengatakan bahwa jika seseorang mendapat undangan, maka sebaiknya ia menghadirinya.

Hal ini menunjukkan pentingnya memelihara hubungan sosial dan silaturahmi antar umat Islam. Kehadiran kita di sebuah undangan adalah bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan membina suasana keakraban di kalangan umat Islam..

Akan tetapi, hadis tersebut juga menunjukkan adanya fleksibilitas dalam menjalankan ibadah puasa. Jika seseorang sedang berpuasa dan menghadiri sebuah undangan, ia dapat memilih untuk melanjutkan puasanya.

Namun, jika ia memutuskan untuk tidak berpuasa, ia diperbolehkan untuk makan. Hal ini menandakan bahwa dalam Islam, ibadah tidak seharusnya mengganggu keseimbangan sosial dan persaudaraan di antara umat.

Pandangan yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Fatawa Al-Kubra (5: 477) juga menggambarkan prinsip ini. Beliau menyatakan bahwa jika berpuasa saat diundang dan hal itu akan menyakiti hati tuan rumah, maka lebih baik untuk tidak berpuasa.

Tetapi, jika hal itu tidak menyakiti hati tuan rumah, maka melanjutkan puasa adalah pilihan yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, kebaikan dan kesantunan terhadap sesama selalu diutamakan.

Memang, mempertahankan momentum spiritual setelah bulan Ramadan merupakan tantangan tersendiri, namun dengan mengamalkan ibadah sunah seperti puasa enam hari di bulan Syawal, kita dapat terus menguatkan iman dan takwa serta memelihara semangat spiritual yang telah dibangun selama bulan Ramadan untuk menjadi Mukmin yang sejati sepanjang waktu.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tips Menyegerakan Puasa Sunnah Syawal agar Tak Terlena dalam Perayaan Idul Fitri"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau