Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
S Aji
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama S Aji adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kelas Menengah Bawah: Terkutuk di Kanan, Tersudutkan di Kiri

Kompas.com - 31/05/2024, 19:59 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Ada Apa dengan Kelas Menengah?

Pada tanggal 10 Mei 2020 silam, terjadi sebuah peristiwa di Jakarta yang dianggap sebagai manifestasi dari sikap kelas menengah yang unik.

Ketika itu, gerai pertama dari restoran cepat saji McD di Sarinah Thamrin akan ditutup setelah beroperasi sejak tanggal 14 Februari 1991. Penutupan gerai makanan cepat saji pertama di Indonesia ini menimbulkan "kerumunan kesedihan".

Para pengunjung yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di gerai tersebut merasakan kesedihan yang mendalam. Salah satu artikel online yang saya baca pada tahun 2020 dengan sangat bagus menggambarkan perasaan kehilangan tersebut.

Setelah berdiri selama 30 tahun di Indonesia, restoran ini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang. Setiap sudut dari restoran 24 jam ini menyimpan kenangan yang berharga.

Tidak hanya tentang makanan yang lezat dan suasana yang ramai, tetapi juga tentang cerita hidup, tempat berbagi keluh kesah, dan pertemuan bersama teman atau pasangan saat menghadapi kesulitan keuangan di malam minggu.

Pada hari penutupan, Kompas.com (11/05/2002) melaporkan bahwa orang-orang dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak, datang untuk sekadar mengenang kembali kenangan indah saat makan di restoran tersebut saat mereka masih kecil. Antrean bahkan meluas hingga ke luar restoran.

Saat itu, pandemi Covid-19 sedang melanda dan Jakarta sedang menjalani Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

Pada saat mayoritas pekerja berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, menghadapi pembatasan pergerakan dan bahkan pemecatan, kelompok menengah ke atas seolah-olah tidak terpengaruh oleh situasi sulit tersebut. Bahkan, mereka terlihat cuek, seperti dalam momen penutupan gerai McD di Sarinah.

Kelas Menengah dan Variasinya

Menurut World Bank (dalam Aspiring Indonesia--Expanding the Middle Class: 2019), Kelas Menengah adalah mereka yang menikmati keamanan ekonomi.

Artinya, mereka tidak perlu khawatir tentang kemiskinan moneter dan, sebagai hasilnya, mereka dapat mengalihkan pendapatan mereka untuk konsumsi yang lebih disukai daripada kebutuhan dasar. Kelas ini biasanya menghabiskan antara Rp1.200.000 hingga Rp6.000.000 per orang setiap bulannya.

Konsumsi yang lebih disukai adalah jenis konsumsi yang tidak mengganggu keuangan rumah tangga. Sebagai contoh, biaya untuk rekreasi atau bersantai di gerai McD setelah pulang kerja.

Ini juga berarti bahwa mereka tidak perlu khawatir tentang kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras, telur, daging, dan minyak goreng yang sering kali dibicarakan oleh pemerintah. Mereka tidak pernah dikejar oleh penagih koperasi setiap hari untuk membayar cicilan.

Meskipun mereka dapat bersatu dalam protes terhadap tindakan tukang ojek online yang melanggar aturan lalu lintas sambil mengabaikan tingginya jumlah mobil pribadi yang menyebabkan kemacetan di Jakarta, kelompok ini tidaklah malas atau hidup bergantung pada warisan. Dengan keaktifannya, terutama di media sosial, mereka juga menunjukkan empati terhadap penderitaan kelompok lain.

Namun, menjadi bagian dari kelas menengah tetap mengharuskan mereka untuk memiliki kemampuan tertentu untuk memenuhi standar tertentu. Mereka masih harus bekerja keras untuk memperoleh daya beli tertentu agar dapat mengakses layanan yang tidak selalu didukung oleh kebijakan pemerintah, seperti subsidi. Perbedaannya, mungkin, adalah bahwa mereka bukanlah proletariat melainkan kognitariat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau