Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Banyak yang berpendapat bahwa memberikan hadiah kepada guru adalah bentuk penghargaan. Akan tetapi, tidak sedikit itu bisa dianggap sebagai bentuk lain dari gratifikasi.
Pemberian kado dianggap sebagai cara orangtua untuk mengapresiasi peran penting guru dalam perkembangan anak-anak. Sebuah ungkapan terima kasih yang tulus dan tak terucap.
Sayangnya sering terjadi kekhawatiran ketika pembagian rapor justru orangtua yang merasa terbenani dengan kebiasaan untuk memberi guru hadiah. Cocok atau tidak hadiah itu diberikan?
Maka kini ada beberapa sekolah yang mengimbau untuk melarang keras segala bentuk hadiah.
Hal ini dilakukan demi menjaga integritas dan profesionalisme guru, serta mencegah adanya prasangka atau kecemburuan sosial.
Tidak dapat dipungkiri, apresiasi kepada guru tetaplah penting. Mereka adalah pilar pendidikan yang berperan besar dalam membentuk masa depan generasi.
Namun, cara orangtua menunjukkan apresiasi haruslah bijak dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk etika dan keadilan.
Sejatinya, lebih dari sekadar hadiah materi, dukungan dan apresiasi moral dari orangtua dan masyarakat adalah hal yang paling berharga bagi para guru.
Fokus pada esensi pendidikan, hindari apresiasi yang mungkin salah kaprah
Sebagai guru, sudah jauh-jauh hari unutk menginformasikan kepada orangtua agar tidak perlu repot-repot menyiapkan hadiah saat pembagian rapor.
Meski begitu, tetap saja ada orangtua yang dengan tekad kuat dan ikhlas berbagi kebahagiaan sebagai tanda terima kasih atas dedikasi guru dalam mendidik semua siswa.
Pada momen seperti itu titik dilematisnya: menolak hadiah dari orangtua yang tulus bisa terasa sangat tidak enak atau tidak pantas dan menimbulkan kekhawatiran akan menyinggung perasaan orangtua.
Kalaupun ingin menghentikan tradisi pemberian hadiah tidak akan mengurangi rasa terima kasih atau apresiasi kepada guru.
Justru dengan cara seperti itu dapat menghilangkan tekanan sosial di antara orangtua dan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan nyaman bagi semua pihak.
Maka, ini perlu dipertegas bahwa pemberian hadiah saat pembagian rapor bukanlah kewajiban.
Sebagai orangtua murid idak perlu takut, semua akan baik-baik saja. Apresiasi apapun itu tetap dirasakan dan dihargai, meskipun tanpa hadiah materi.
Panduan orangtua dalam mengapresiasi dan menjaga martabat guru
Memberikan sesuatu kepada guru seharusnya dilakukan dengan ikhlas dan tulus, tanpa sedikitpun rasa enggan atau berat hati. Jika ada perasaan ragu atau beban di hati orangtua, lebih baik tinggalkan niat tersebut.
Tidak perlu overthinking, khawatir bahwa tidak memberikan hadiah akan mempengaruhi nilai atau mengurangi perhatian dan kepedulian guru terhadap anak.
Sebab, itu sudah menjadi tugas mulia guru untuk mengajar dan mendidik siswa dengan sepenuh hati, terlepas dari ada atau tidaknya hadiah.
Jadi, orangtua tidak perlu khawatir bahwa tidak memberikan hadiah akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima anak-anak mereka. Guru tetap akan memberikan perhatian dan kepedulian yang sama, sesuai dengan tanggung jawab tupoksi.
Guru bukanlah pengemis yang mengharapkan hadiah dari orangtua murid. Mereka adalah sosok yang bekerja dengan dedikasi dan hati.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hadiah atau Hinaan? Dilema Pemberian Hadiah untuk Guru"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.