Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akbar Pitopang
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Akbar Pitopang adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Dilema Memberi Hadiah untuk Guru

Kompas.com - 29/06/2024, 05:08 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

 

 Banyak yang berpendapat bahwa memberikan hadiah kepada guru adalah bentuk penghargaan. Akan tetapi, tidak sedikit itu bisa dianggap sebagai bentuk lain dari gratifikasi.

Pemberian kado dianggap sebagai cara orangtua untuk mengapresiasi peran penting guru dalam perkembangan anak-anak. Sebuah ungkapan terima kasih yang tulus dan tak terucap.

Sayangnya sering terjadi kekhawatiran ketika pembagian rapor justru orangtua yang merasa terbenani dengan kebiasaan untuk memberi guru hadiah. Cocok atau tidak hadiah itu diberikan?

Maka kini ada beberapa sekolah yang mengimbau untuk melarang keras segala bentuk hadiah.

Hal ini dilakukan demi menjaga integritas dan profesionalisme guru, serta mencegah adanya prasangka atau kecemburuan sosial.

Tidak dapat dipungkiri, apresiasi kepada guru tetaplah penting. Mereka adalah pilar pendidikan yang berperan besar dalam membentuk masa depan generasi.

Namun, cara orangtua menunjukkan apresiasi haruslah bijak dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk etika dan keadilan.

Sejatinya, lebih dari sekadar hadiah materi, dukungan dan apresiasi moral dari orangtua dan masyarakat adalah hal yang paling berharga bagi para guru.

Fokus pada esensi pendidikan, hindari apresiasi yang mungkin salah kaprah

Sebagai guru, sudah jauh-jauh hari unutk menginformasikan kepada orangtua agar tidak perlu repot-repot menyiapkan hadiah saat pembagian rapor.

Meski begitu, tetap saja ada orangtua yang dengan tekad kuat dan ikhlas berbagi kebahagiaan sebagai tanda terima kasih atas dedikasi guru dalam mendidik semua siswa.

Pada momen seperti itu titik dilematisnya: menolak hadiah dari orangtua yang tulus bisa terasa sangat tidak enak atau tidak pantas dan menimbulkan kekhawatiran akan menyinggung perasaan orangtua.

Kalaupun ingin menghentikan tradisi pemberian hadiah tidak akan mengurangi rasa terima kasih atau apresiasi kepada guru.

Justru dengan cara seperti itu dapat menghilangkan tekanan sosial di antara orangtua dan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan nyaman bagi semua pihak.

Maka, ini perlu dipertegas bahwa pemberian hadiah saat pembagian rapor bukanlah kewajiban.

Sebagai orangtua murid idak perlu takut, semua akan baik-baik saja. Apresiasi apapun itu tetap dirasakan dan dihargai, meskipun tanpa hadiah materi.

Panduan orangtua dalam mengapresiasi dan menjaga martabat guru

Memberikan sesuatu kepada guru seharusnya dilakukan dengan ikhlas dan tulus, tanpa sedikitpun rasa enggan atau berat hati. Jika ada perasaan ragu atau beban di hati orangtua, lebih baik tinggalkan niat tersebut.

Tidak perlu overthinking, khawatir bahwa tidak memberikan hadiah akan mempengaruhi nilai atau mengurangi perhatian dan kepedulian guru terhadap anak.

Sebab, itu sudah menjadi tugas mulia guru untuk mengajar dan mendidik siswa dengan sepenuh hati, terlepas dari ada atau tidaknya hadiah.

Jadi, orangtua tidak perlu khawatir bahwa tidak memberikan hadiah akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima anak-anak mereka. Guru tetap akan memberikan perhatian dan kepedulian yang sama, sesuai dengan tanggung jawab tupoksi.

Guru bukanlah pengemis yang mengharapkan hadiah dari orangtua murid. Mereka adalah sosok yang bekerja dengan dedikasi dan hati.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Hadiah atau Hinaan? Dilema Pemberian Hadiah untuk Guru"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau