Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Minggu, 25 Agustus 2024 menjadi salah satu hari paling bersejarah dalam hidup saya. Pada hari itulah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke luar negeri.
Perjalanan perdana bersejarah ini adalah penerbangan panjang ke Seoul, Korea Selatan. Saya bersama 13 orang guru yang mengikuti Indonesia-Korea Teacher Exchange 2024 bertolak dari bandara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju bandara internasional Incheon, Seoul, Korea Selatan.
Di saat saya sedang asik menunggu koper dan tas rekan-rekan, tiba-tiba pengeras suara di bandara terdengar menyebutkan nama saya. Saya segera konfirmasi ke petugas. Ternyata benar. Itu nama saya yang dipanggil dari kamar check point bagasi.
Seorang petugas bandara mengantar saya ke ruangan tersebut. Kira-kira 100 meter jauhnya dari gate 6 ruang tunggu Korean Air.
Ternyata, koper saya terdeteksi menyimpan baterai lithium, yakni sebuah power bank. Ya, saya tergesa-gesa sehingga lupa memindahkan power bank tersebut dari koper ke dalam tas.
Ini pengalaman berharga penerbangan ke luar negeri. Tak boleh menaruh atau membawa power bank bersama barang bagasi.
Setelah mengeluarkan power bank tersebut, petugas bandara memberikannya pada saya untuk diletakkan saja dalam tas kecil yang saya bawa. Terima kaimsih banyak petugas bandara Cengkareng yang telah membantu saya.
Pesawat Korean Air berbadan lebar take off dari Cengkareng pada pukul 22.30 WIB. Durasi penerbangan yang tertera pada monitor kursi pesawat adalah 6 jam 31 menit.
Penerbangan malam dengan durasi jam yang ada, maka dipastikan kami tiba di Seoul pada pagi hari. Apalagi, waktu di Korea lebih cepat 2 jam dari WIB.
Ruang kabin Korean Air luas dan panjang karena tipe tipe pesawat air bus. Saya dan teman-teman duduk di kelas ekonomi. Tersedia selimut, sandal, sikat gigi, pasta gigi, headset dan sebotol air mineral untuk setiap penumpang.
Duduk hingga tujuh jam dalam pesawat tak terlalu membosankan. Kami mendapatkan makan malam khas Korea sekitar pukul 11 malam. Ada dua pilihan menu. Jujur saja, makanan Korea sangat asing rasanya. Belum berjodoh dengan lidah kami.
Selain itu, pada penerbangan ke Korea, saya akhirnya bisa mencicipi segelas wine putih dan wine merah. Beverage ini adalah teman makan malam. Tersedia pula pilihan jus dan air mineral.
Beberapa menit kemudian, para pramugari menawarkan pilihan kopi dan teh lagi. Keren deh.
Sekitar satu jam sebelum landing, kami kembali mendapatkan dua tawaran air mineral dan jus. Keduanya saya ambil. Sejar jus jeruknya.
Pukul 07:00 waktu Seoul, pesawat Korean Air landing dengan sempurna. Besarnya pesawat seperti tidak terasa saat mendarat. Kami turun secara perlahan sambil membalas sapaan para pramugari di setiap pintu keluar yang dilewati.