Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagi para penggemar animasi negeri Jiran yaitu serial kartun "Upin-Upin", pasti mengenal beberapa teman dari tokoh utama Upin dan Ipin.
Apakah para pembaca sekalian memperhatikan salah satu teman mereka ada yang cara bicaranya "gagu" atau lidahnya kelu, dia adalah "Ijat", salah satu tokoh dalam animasi tersebut yang sangat minim dialognya.
Mungkin banyak para penonton serial tersebut beranggapan bahwa Ijat adalah seorang yang tuna wicara atau bahasa lainnya "gagu", karena jika sedang berdialog dengan teman lainnya, dia sering menggunakan kode bahasa tubuh dan minim suara vokal.
Namun, pada episode lain, teman-temannya sempat kaget, ketika Ijat sempat bisa berkata beberapa kata.
Berdasarkan hal tersebut, Ijat bukanlah seorang tuna wicara dan juga bukan speech delay, tetapi ia mengidap gangguan kecemasan yang disebut Selective Mutism.
Selective mutism merupakan kondisi ketika seseorang mendadak tidak mampu berbicara pada situasi tertentu yang tak nyaman baginya.
Sebagai contoh di depan banyak orang atau dengan orang yang jarang ditemui. Kondisi ini secara umum berkaitan dengan gangguan kecemasan pada anak.
Selective mutism atau bisu selektif bisa terjadi pada siapa saja, namun hal tersebut paling sering dialami oleh anak pada usia balita, seperti hanya berlindung di balik tubuh orangtuanya jika bertemu orang lain atau menghindari keramaian, awalnya memang tampak normal saja, karena mungkin aspek dimana si anak memang punya sifat pemalu.
Namun gangguan kecemasan ini biasanya baru benar-benar pertama kali diketahui ketika anak mulai berinteraksi secara intens dengan orang-orang di luar keluarganya, seperti saat masuk taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar, jika kecemasan ini hanya berlangsung pada minggu awal saja mungkin itu hal yang normal, tetapi akan menjadi perhatian apabila berlangsung cukup lama.
Anak yang berkarakter seperti tokoh "Ijat" memang selalu ada pada setiap jenjang kelas awal, mereka tidak bisu, namun hanya cemas lidahnya kelu hendak berkata pada lingkungan yang banyak orang. Tentunya hal ini sangat menganggu pembelajarannya.
Secara umum Selective Mutism adalah kondisi di mana sang anak kesulitan berkata-kata secara konsisten dalam situasi atau waktu tertentu, meski anak memiliki kemampuan untuk berbicara dalam situasi lainnya, seperti di rumahnya sendiri
Ketidakmampuannya berbicara bukanlah aspek karena kurangnya pengetahuan, tetapi lebih kepada aspek psikologis sang anak, sehingga ia memilih berbicara hanya pada situasi dimana ia merasa nyaman saja.
Kondisi di mana seseorang dengan bisu selektif berada dalam situasi yang membuatnya sangat sulit berkata-kata, mereka mungkin akan berkomunikasi dengan cara berbisik, membuat tulisan atau membuat gerakan isyarat.
Dalam kasus anak-anak, kecemasan sosial ini dapat membuatnya bersembunyi atau melarikan diri, menggelayuti orangtua atau pengasuh, menangis, bahkan mengamuk. Biasanya hal ini terjadi apabila ada seseorang meminta mereka untuk berbicara.
Lalu bagaimanakah penanganan bagi anak-anak yang dirasa agak kesulitan dalam berkomunikasi ketika pembelajaran di sekolah, berikut beberapa hal yang kiranya yang dapat dilakukan jika sang anak mengalami gejala-gejala Selective Mutism.