Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Membiasakan Rumah Ramai
Pada banyak kasus, seorang anak yang sulit berbicara di sekolah adalah kondisi di rumahnya memang hanya ada orangtuanya saja, dan jarang bergaul dengan lingkungannya atau mungkin ia tinggal di tempat yang minim interaksi sosial.
Pada mulanya kebanyakan orangtua tidak menggubrisnya, namun baru merasakan kesulitan, ketika sang anak sudah mulai bersekolah, di mana ia sangat sulit melakukan komunikasi dengan guru serta teman-temannya.
Jika duduk perkaranya seperti ini, solusi yang diberikan cukup mudah, hanya perlu membuat kondisi rumah lebih ramai, seperti terkadang mengundang sanak keluarga ke rumah atau secara rutin pergi silaturahmi ke tempat kerabat atau tetangga.
Awalnya memang sulit bagi sang anak untuk beradaptasi, namun untuk kasus ini biasanya tidak berlangsung lama, intinya hanya pembiasaan interaksi saja.
Terapi Psikologi
Agak berbeda kasusnya jika sang anak ternyata memiliki ada kecenderungan spektrum autis atau speech delay. Maka dalam hal ini solusi terbaik adalah membawanya ke tempat terapi psikologi anak atau terapi wicara, karena ada banyak kasus jika ada kecenderungan spektrum autis
Terapis atau Psikolog anak tentunya akan mendiagnosis dan meng-assesment tentang apa saja yang menjadi sumber kecemasan sang anak, jika sudah mengetahui hal-hal yang membuatnya trauma, maka kita pun akan mengetahui perihal untuk mengurangi kecemasannya.
Memang ada beberapa kasus anak autis yang cenderung pendiam saat di kelas, namun di saat tertentu berbicara sendiri, namun ketika diajak berkomunikasi, dia tampak menghindar, walau sebenarnya dia paham maksudnya.
Pada kasus tokoh animasi "Ijat", dikisahkan dalam satu episode, dia menjadi Selective Mutism, dikarenakan trauma pasca kecelakaan jatuh dari sepeda. Dalam beberapa episode Ijat kadang suka tegang atau takut sehingga sulit berbicara ketika ditunjuk oleh gurunya ketika disuruh menjawab, bahkan dia bisa menjadi pingsan jika ada yang membuatnya trauma. Maka dari itu, dalam kasus ini perlu diketahui secara pasti penyebab utama kecemasannya.
Keterbukaan Orangtua
Kasus lainnya, penyebab utama Selective Mutism pada anak adalah kondisi keluarga yang "broken home" seperti ayah ibunya bercerai, penuh kekerasan atau penelantaran. Memang cukup sulit untuk kasus ini.
Biasanya sang anak tampak memojok, merenung serta sering melamun dan sulit sekali diajak berbicara. Jika sudah demikian, pihak sekolah berhak "memaksa" kepada orang tuanya untuk menjelaskan kondisi sebenarnya di rumah.
Tentunya hal ini perlu dibatasi pihak sekolah yang bisa mengetahui duduk perkaranya, untuk menghormati hak privasi orang tua, cukup Kepala Sekolah, Guru Wali Kelas dan Guru Bimbingan Konseling saja yang berhak mendalami kasus tersebut kepada pihak orangtua wali.
Maka jika pihak sekolah sudah mengetahui persis duduk permasalahannya, maka perlu dibangun komitmen bersama antara kedua belah pihak untuk menumbuhkan kemampuan berkomunikasi sang anak, sehingga akan mendukung pembelajarannya di sekolah.