Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Noer Ashari
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ekspektasi yang Membebani, Bisakah Kita Melepaskannya?

Kompas.com - 31/08/2024, 16:47 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

1. Tekanan Mental dan Emosional

Ketika ekspektasi yang kita miliki atau yang diberikan orang lain terlalu tinggi atau tidak realistis, kita bisa merasa sangat tertekan.

Misalnya, saat kita berusaha untuk selalu tampil sempurna atau memenuhi harapan semua orang, hal ini bisa membuat kita stres dan cemas.

Pikiran kita terus-menerus dipenuhi dengan "Harus bisa ini, harus bisa itu," dan kalau kita tidak berhasil mencapainya, kita jadi merasa gagal dan kelelahan secara emosional. Semua ini bisa menguras energi kita dan membuat kita merasa tidak pernah cukup baik.

2. Menghambat Pertumbuhan Pribadi

Ekspektasi yang berlebihan juga bisa membuat kita terjebak dalam kotak yang sempit.

Ketika kita terlalu fokus pada apa yang diharapkan orang lain atau ekspektasi diri yang terlalu tinggi, kita jadi tidak bebas untuk mengeksplorasi minat dan potensi kita sendiri. Kita jadi takut mencoba hal baru karena khawatir tidak memenuhi standar atau takut akan penilaian negatif.

Akibatnya, kita bisa kehilangan kesempatan untuk belajar dan tumbuh menjadi versi terbaik diri kita yang sebenarnya. Kita juga jadi tidak bebas mengekspresikan diri secara jujur dan autentik, karena selalu merasa harus sesuai dengan ekspektasi yang ada.

Jika Anda sudah terlanjur dalam berekspektasi yang begitu tinggi, setidaknya empat hal ini perlu Anda coba lakukan:

1. Mengenali dan Menerima

Langkah pertama untuk melepaskan diri dari ekspektasi adalah dengan mengenali mana ekspektasi yang sebenarnya tidak realistis atau tidak perlu.

Coba tanyakan kepada diri sendiri, "Apakah harapan ini benar-benar penting bagi saya, atau hanya karena orang lain mengharapkannya?" Dengan jujur pada diri sendiri, kita bisa lebih mudah menerima bahwa tidak semua ekspektasi harus dipenuhi.

Tidak apa-apa jika kita tidak selalu sempurna atau tidak selalu bisa memenuhi harapan orang lain. Menerima hal ini bisa membuat kita merasa lebih lega dan tenang.

2. Memprioritaskan Kebahagiaan Pribadi

Daripada terus-menerus mencoba memenuhi harapan orang lain, lebih baik fokus pada apa yang benar-benar membuat kita bahagia. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang sebenarnya saya inginkan? Apa yang membuat saya merasa puas dan senang?"

Ingat, hidup kita adalah milik kita sendiri, dan kebahagiaan kita adalah yang paling penting. Dengan memprioritaskan kebahagiaan pribadi, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tulus dan lebih sesuai dengan apa yang kita inginkan.

3. Praktik Self-Compassion

Coba deh mulai berlatih self-compassion atau menyayangi diri sendiri. Ini artinya, kita harus lebih lembut dan tidak terlalu keras pada diri sendiri. Akui bahwa kita semua punya kekurangan dan ketidaksempurnaan, dan itu sangat normal.

Daripada terus-menerus mengkritik diri sendiri karena tidak memenuhi ekspektasi, lebih baik beri diri sendiri izin untuk membuat kesalahan dan belajar dari situ. Dengan begitu, kita bisa lebih damai dan tidak mudah stres.

4. Menetapkan Batasan

Penting juga untuk menetapkan batasan yang sehat, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Artinya, kita harus tahu kapan harus berkata "tidak" atau kapan kita perlu mengambil waktu untuk diri sendiri.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau