Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Lebih dari satu bulan tidak mampir, ternyata ada pegawai baru di tempat makan tersebut.
Warung sederhana dengan panorama asri awalnya dikelola sendirian. Sang pemilik berbelanja bahan, memasak, melayani, hingga membersihkan tempat.
Berdiri di atas persil seluas sekitar 500meter persegi, warung dibangun dengan struktur bambu dan atap seng gelombang. Bidang tersebut dipayungi pohon-pohon besar, sehingga terasa adem. Bikin betah berlama-lama di warung.
Tanah bagian belakang yang dibatasi pagar bambu, hidup puluhan ekor ayam kampung di antara tanaman singkong dan lainnya.
Sebagian lantai di bawah atap dirapikan dengan adukan semen, sementara landasan lain yang beratapkan langit dibiarkan bertanah. Tempat duduk, berupa meja kursi panjang, menyebar di beberapa bagian.
Di etalase terlihat telur dadar, tahu, ikan pindang/cue, tumis teri, olahan sayur, dan gorengan. Minumannya terdiri dari kopi seduh dari saset, es jeruk peras, dan air mineral. Tidak ada yang istimewa dengan makanan dan minuman dijual.
Kekhasan yang membuatnya berbeda, tempat makan berada dalam suasana adem di tengah Kota Bogor yang gerah. Keunikan yang menjadi daya pikat bagi sebagian orang untuk berkunjung. Seruput kopi sambil menikmati suasana asri.
Maka tidak mengherankan, beberapa kali mampir saya menemukan sebagian besar pengunjung nongkrong. Ngopi lama-lama sembari makan gorengan. Satu dua tamu saja yang makan.
Begitu pengamatan saya sampai kunjungan terakhir lebih dari satu bulan lampau. Lebih banyak tamu yang pesan kopi dibanding yang makan berat.
Beberapa hari lalu saya mengunjungi warung sederhana. Tidak sekali, tetapi tiga hari berturut-turut. Biasalah, ngopi sambil cari inspirasi.
Tampak pegawai yang belum pernah terlihat sebelumnya. Seorang wanita yang sedang memasak dan bekerja pagi hingga pukul 1 siang. Tugasnya, mengolah makanan.
Asnawi, atau Mawi, pengelola warung ternyata telah mempekerjakan seorang karyawan. Artinya, ia mesti menyisihkan sebagian dari pendapatan warung untuk membiayai tenaga kerja tersebut.
Itu mengambil bagian lumayan. Menurut pengalaman dan keterangan berbagai sumber, biaya tenaga kerja mengambil porsi 20-35 persen dari penjualan.
Ada alasan-alasan cukup, sehingga perlu menggaji karyawan. Mempekerjakan pegawai adalah satu bagian penting dari perencanaan bisnis kuliner, selain konsep, pemilihan lokasi, penentuan menu dan harga, hingga promosi dan pemasaran.
Terdapat pertimbangan-pertimbangan yang memengaruhi perekrutan pegawai berikut jumlahnya dalam usaha kuliner.