Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja: Gigih, Berkualitas, dan Jangan Mudah Menyerah
Sepanjang perjalanan tadi aku melakukan kilas balik selama aku bekerja lebih kurang dua puluh dua tahun pernah nggak sih aku mengalami perundungan di tempat kerja?
Namun, ternyata aku pribadi sudah terbiasa mendapatkan perundungan sejak di bangku sekolah.
Dulu waktu sekolah aku kerap berpindah-pindah dikarenakan tugas Papa ku dan setiap awal sekolah entah mengapa ada saja alasan aku diasingkan, tidak ditemani.
Tentu saja aku melihat diriku "apa yang salah?" biasanya aku mendapatkan pemakluman "oh mereka tak menemaniku karena aku sok pintar" lalu aku menyesuaikan diri, pernah aku juga pura-pura nggak paham supaya aku bertanya ke orang yang ngetop di kelas.
Cara ini berhasil membuat aku dirangkul, diterima dan pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa lingkungan selalu tak siap menerima kita apapun kondisinya.
Satu hal yang aku yakinkan bahwa semuanya bisa diselesaikan selama kita mau mencari tahu penyebabnya, lakukan perubahan sikap dan tetap menjadi seseorang berkualitas.
Saat aku masuk ke dunia kerja ternyata apa yang aku rasakan saat bersekolah juga berulang dan mungkin karena aku sudah terbiasa maka aku selalu bisa mengatasinya.
Perundungan di tempat kerja adalah hal yang tidak jarang terjadi dan berbeda dengan perundungan di sekolah.
Di dunia kerja, bentuk-bentuk perundungan sering kali lebih halus, tapi tetap bisa merugikan mental dan produktivitas.
Penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari senioritas, kesenjangan sosial, hingga sikap rekan kerja yang merasa lebih pintar atau iri dengan pencapaian orang lain.
Sebagai seseorang yang pernah mengalami beberapa bentuk perundungan di tempat kerja, aku paham betul bahwa menyerah bukanlah solusi. Perundungan ini, meskipun menyakitkan, bisa dihadapi dengan cara yang lebih cerdas.
Mungkin yang aku ceritakan bisa jadi tampak sepele tapi percayalah pada saat aku menghadapinya, aku berjuang dengan sekuat tenaga so ku harap bisa memberi inspirasi bagi kalian yang sedang menghadapi situasi serupa.
Ketika Tidak Diajak Makan Hanya Karena Gaji Lebih Tinggi
Pada satu kesempatan aku di hire, tentu saja aku mematok gaji yang lebih baik dari sebelumnya.
Apesnya ternyata di perusahaan tersebut standar upah jauh dibawah perusahaan lain, sehingga keberadaanku sebagai karyawan baru dengan gaji yang jauh diatas rerata mereka menjadi penyebab aku tak ditemani.
Padahal ketika aku di hire tujuannya untuk membuat standar upah baru, it's mean akan membawa perubahan bagi mereka, namun siapa yang paham?
Ketika jam makan siang tiba, aku menyapa dan ingin makan bareng, dengan berbagai alasan mereka meninggalkanku.
Kebayang nggak sih sebagai karyawan baru trus dijauhin?Aku paham penyebabnya, kesenjangan gaji membuat mereka kurang menyukaiku. Meski demikian, aku memilih untuk tidak meladeni rasa canggung atau menjauh dari mereka.
Sebaliknya, aku tetap berusaha mendekat, berbicara dengan mereka, dan menunjukkan bahwa aku tetap rekan kerja yang bisa mereka andalkan.
Aku tahu, rasa iri ini adalah sumber permasalahannya. Aku juga yakin bahwa pada waktunya, situasi ini akan berubah.
Benar saja, ketika perusahaan memutuskan untuk menaikkan gaji mereka, sikap mereka berubah. Mereka mulai mengajak aku makan dan hubungan kami membaik.
Dari situ aku belajar bahwa bertahan dan terus menunjukkan kualitas diri, alih-alih menyerah atau mundur, bisa membuahkan hasil yang baik.
Aku Dibenci Atasan
Yaela Li masih ada cerita lagi? Haha dan jujur ya ges selama di delapan perusahaan maka akhirnya aku merasakan juga punya atasan yang membenci bawahan.
Namun sebagai orang beragama aku juga meyakini bahwa apapun baik buruk yang aku alami adalah atas izin Allah dan janji-NYA semua pasti dalam lingkup kemampuanku. Karena itu aku selalu punya sikap optimis, postive vibes ceunah!
Aku tahu, atasan tidak menyukaiku, dan dia berusaha mencari-cari alasan untuk memberikan Surat Peringatan (SP). Namun, alih-alih merasa putus asa, aku menerima SP itu dengan tenang.
Aku tahu, jika aku marah atau melawan, situasinya bisa semakin buruk. Jadi, aku memilih untuk tetap profesional dan bekerja sebaik mungkin. Lama-kelamaan, orang-orang di sekelilingku mulai melihat hasil kerjaku dan menilai aku secara objektif.
Atasanku pun, yang awalnya ingin "menghukum" aku, mulai melunak. Aku tetap bertahan, dan akhirnya, aku merasa jauh lebih baik karena bisa mengatasi situasi ini tanpa harus menyerah atau meladeni dengan emosi.
Tips Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja
Berdasarkan pengalaman ini, ada beberapa hal yang bisa aku sarankan bagi kalian yang mengalami perundungan di tempat kerja:
1. Tetap Tenang dan Profesional
Saat dihadapkan dengan situasi perundungan, emosi sering kali memicu reaksi yang membuat segalanya lebih buruk.
Cobalah tetap tenang dan tunjukkan bahwa kalian profesional, bahkan ketika orang lain mencoba memprovokasi jangan terpancing.
Sebab ada saja orang yang ingin mewakilkan dirinya dalam diri kita. Bila kualitas dirimu diakui maka yakinlah perusahaan akan membutuhkanmu!
2. Jangan Menjauh, Tetap Terbuka
Jika kalian merasa dikucilkan, jangan justru menarik diri. Tetap tunjukkan keterbukaan dan berusaha mendekat, karena ini bisa mengubah persepsi orang lain terhadap kalian.
Meski butuh energi tapi percayalah kegigihan selalu mengalahkan orang jahat. Meski aku tahu atasan membenciku, tak sekalipun aku menunjukkan pembalasan. Aku selalu memberikan hal terbaik.
3. Fokus Pada Kualitas Kerja
Pada akhirnya, yang akan bertahan di tempat kerja adalah mereka yang memiliki kualitas.
Perundungan bisa terjadi karena orang lain iri atau merasa terancam oleh kehadiran kalian. Tunjukkan bahwa kalian mampu memberikan kontribusi terbaik.
4. Jangan Takut Bertahan
Menyerah hanya akan memperkuat perundungan. Jika kalian mampu bertahan dan melewati masa sulit, orang lain akan melihat kalian dengan cara yang berbeda, dan hal ini bisa mengubah situasi.
5. Ingat, Semua Ini Sementara
Perundungan di tempat kerja, seperti masalah lainnya, tidak akan berlangsung selamanya. Akan ada titik di mana situasi membaik, terutama jika kalian bisa menghadapinya dengan bijak dan gigih.
Pada akhirnya, perundungan bukanlah alasan untuk menyerah. Dengan kegigihan, kualitas diri, dan sikap yang tepat, perundungan bisa dilawan tanpa harus terjebak dalam siklus yang merugikan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Perundungan di Tempat Kerja: Hadapi dengan Kualitas Bukan Emosi!"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.