Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tutut Setyorinie
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Ini Alasan Kompos Disebut sebagai "Emas Hitam"

Kompas.com - 29/10/2024, 18:27 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Hari minggu lalu saya kembali memanen kompos. Tidak seperti panenan sebelumnya yang diambil langsung dari ember komposter untuk diletakan di pot-pot tanaman.

Kini saya memakai saringan bambu untuk mengayak dan mendapatkan kompos yang lebih halus.

Hasilnya lumayan. Setelah diayak, kompos terlihat seperti butiran-butiran kecil. Halus dan mudah dibaur dengan media tanam lainnya.

Teksturnya agak lembap, namun tidak bisa juga dibilang basah. Yang terpenting, bau sampahnya sudah hilang dan warnanya menghitam.

Saya lantas teringat dengan sebutan lain kompos yakni "Black Gold" alias "Emas Hitam". Kira-kira apakah kompos memang cocok disebut demikian?

1. Hitam menandakan kompos yang sudah matang

Kompos adalah hasil penguraian bahan organik yang berupa sisa makanan, daun-daun kering, ranting, dan lainnya. Proses mengompos memanfaatkan hewan pengurai dan mikroba seperti bakteri, jamur, dan ragi untuk melakukan dekomposisi.

Di awal pengomposan, komposmu mungkin terlihat warna-warni karena kamu baru memasukkan bahan organik. Setelah tiga minggu, warna-warna tersebut perlahan memudar. 

Kemudian setelah dua-tiga bulan, kompos akan mulai menghitam. Saat itu berarti komposmu sudah matang dan siap digunakan.

Ya, warna hitam kompos menandakan hasil penguraian yang telah selesai sempurna.

Warna hitam di kompos juga menandakan nutrisi yang kaya. 

Kalian pasti pernah mendengar tanah humus, bukan? Tanah berwarna hitam yang dikenal paling subur untuk tumbuhan.

Struktur tanah humus mirip dengan kompos. Tanah humus terbentuk dari pelapukan daun, batang pohon, dan serangga. Bedanya jika tanah humus terbuat dari proses alami, kompos sengaja dibuat oleh manusia.

Nutrisi dan warna yang terkandung di kompos dan tanah humus juga hampir sama. Ya, sama-sama bagus untuk tanaman.

2. Kompos amat berharga bagi kesuburan tanah

Layaknya emas yang berharga, kompos juga sangat berharga bagi kesuburan tanah. 

Kompos terdiri dari material hijau yang kaya akan nitrogen dan material coklat yang kaya akan karbon. Unsur karbon dan nitrogen sangat dibutuhkan tanaman agar tumbuh subur. 

Kompos juga meningkatkan daya ikat air di tanah, sehingga tanah tetap gembur dan akar tanaman tumbuh sehat.

Untuk mencapai tahap berharga, emas terlebih dulu melewati proses panjang pengolahan. Begitu pun dengan kompos yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk jadi dan siap dipakai.

Kesabaran menjadi tantangan tersendiri bagi para pengompos, termasuk saya. Di tengah kesibukan sebagai pekerja, saya harus rutin mengaduk kompos.

Proses pengadukan sangat penting untuk memastikan mikroorganisme di kompos mendapat oksigen agar tetap hidup dan melakukan dekomposisi.

Meski begitu, hasil yang saya dapat pun cukup sepadan. Ya, saya mendapat kompos yang sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Terlebih bagi saya dan keluarga yang suka menanam, kompos bagaikan anugerah.

Jadi menurutmu, apakah istilah "emas hitam" sudah cocok untuk disematkan pada "kompos"?

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Kompos Sering Disebut "Emas Hitam"?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Tiba-tiba Emas Ramai Dibeli, Ada Apa Ini?

Kata Netizen
Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kembalinya Fitrah Guru Mengajar Setelah Ramadan

Kata Netizen
Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Titiek Puspa dan Karyanya Tak Lekang Waktu

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau