Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Kabar duka itu datang dari dunia hiburan: legenda musik Indonesia, Titiek Puspa meninggal dunia pada Kamis (10/04) dalam usia 87 tahun.
Titiek Puspa lebih dari sekedar penyanyi, tetapi beliau juga adalah pribadi yang menginspirasi. Proses mengenal Titiek Puspa, justru dari lagu-lagu yang diciptakan maupun dinyanyikannya.
Saat teknologi tidak secanggih sekarang, Saya tetap bisa menikmati suaranya melalui pita kaset yang populer saat itu dan juga melalui radio.
Lalu ketika keluarga kami sudah punya televisi sendiri, wajah beliau yang cantik pun bisa dilihat, meski dalam warna hitam putih.
Timbre suara Titiek Puspa sangat khas, berat, namun memberi kesan hangat dan ada sisi centilnya. Sekilas, kalau dinikmati tanpa melihat wajah, mirip suara penyanyi jazz favorit Saya, Ella Fitzgerald.
Lebih dari Sekadar Seniman
Terlahir dengan nama Sudarwati, kemudian berubah menjadi Kadarwati, dan akhirnya menggunakan nama Titiek Puspa hingga akhir hidupnya, beliau tidak sekedar seniman biasa, dia lebih dari itu!
Kehadiran Titiek Puspa di panggung seni tak hanya mewarnai, tetapi juga membentuk arah perkembangan seni musik dan hiburan tanah air.
Sebagai seorang perempuan dengan darah seni yang mengalir, dia menjadikan seni sebagai ruang perjuangan, suara, dan kekuatan menyampaikan pesan melalui setiap lirik yang dibuatnya.
Bergabung dengan kelompok Orkes Simfoni pada masa itu, beliau menjadi penyanyi tetap pada masa keemasan TVRI. Sosoknya mewakili harapan dan impian setiap perempuan saat itu: cantik, tetapi juga cerdas dan penuh pesan.
Genre musik Titik Puspa sangat beragam. Beliau adalah penyanyi lintas jaman dan juga lintas genre, dari lagu yang bergenre pop klasik, irama melayu, lagu anak-anak, balada hingga sentuhan jazz dan broadway pada beberapa karyanya, misalnya pada lagu Bimbi.
Sebagai seorang ibu dan seorang perempuan yang peka terhadap lingkungan sekitarnya, Titiek Puspa menuliskan fenomena yang dilihat di sekitarnya dan diubah dalam nada-nada yang musik yang indah.
Lihat saja lagunya yang tetap enak didengar, 'Kupu-kupu Malam'. Ada kisah sedih dari fakta yang didapatkan dalam kehidupan di sekitarnya. Atau lagu 'Bing" yang didedikasikan untuk sahabatnya yang telah pergi, Bing Slamet.
Setiap nada yang dimainkan, sarat makna, ada pesan kemanusiaan di dalamnya. Bukan untuk menghakimi, tapi untuk bisa melihat sisi lain kehidupan seseorang, dari perspektif yang berbeda.
Karya-karya yang dibuat, tidak berhenti di era itu saja, tenar sebentar lalu menghilang. Karya Titiek Puspa tetap hidup sepanjang masa. Penyanyi muda jaman sekarang banyak menyanyikan ulang lagu-lagunya dengan versi kekinian.