Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Memang faktanya, kurangnya fasilitas literasi menjadi salah satu faktor yang membuat mahasiswa masa kini tidak tertarik untuk membaca dan menulis.
Tidak diberi ruang nyaman untuk bisa membuat lingkaran bersama sesama agent of change lainnya. Saling bertukar pendapat, membahas isu masa kini, dan turut menyuarakan aspirasi lewat tulisan dari hasil diskusi bersama.
Meski begitu, tidak seharusnya menjadi sebuah alasan untuk tidak membudayakan kegiatan literasi di kalangan mahasiswa.
Mengingat ke depannya akan banyak sekali tugas-tugas yang mengharuskan mahasiswa memiliki keterampilan menulis. Seperti membuat laporan buku, laporan survey, laporan kunjungan, usulan penelitian, makalah, proporal bisnis, artikel ilmiah, artikel ilmiah populer, hingga tugas akhir seperti skripsi.
Kita lihat secara luas tingkat literasi di Indonesia. Dikutip dari rri.co.id, minat membaca buku di Indonesia dinilai masih sangat rendah.
UNESCO menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% . Persentase ini berarti, dari 1000 orang Indonesia, hanya ada 1 orang yang rajin membaca.
Persentase tersebut coba kita terapkan ke dunia pendidikan yang di isi oleh kaum akademisi. Misalnya saja di sebuah perguruan tinggi saja yang terdapat 4000 mahasiswa untuk seluruh angkatan dan program studi.
Artinya, ada 1000 mahasiswa dalam setiap angkatan. Di setiap angkatan, hanya ada 1 mahasiswa yang suka membaca.
Sebuah gambaran yang memprihatinkan. Mengingat mahasiswa tidak bisa lepas dari kegiatan literasi. Apalagi kini generasi Z banyak melakukan aktivitas kesehariannya secara digital. Membuat mahasiswa tidak hanya harus pintar literasi semata, tetapi juga melek literasi digital.
Kegiatan menulis tentu akan dibarengi dengan kegiatan membaca. Keduanya tidak bisa terpisahkan. Melatih keterampilan menulis pada mahasiswa sama dengan melatih keterampilan membacanya.
Membaca tidak hanya sekadar bisa membaca huruf per huruf, kata per kata. Bukan hanya sekadar mengenal tanda baca. Membaca satu teks sampai tuntas. Namun tentang membaca makna sebuah teks yang ada.
Mahasiswa harus bisa membaca teks secara keseluruhan sampai mampu mengartikan teks tersebut dan menyampaikan atau menuliskan ulang menggunakan kalimat sendiri. Itu poin pentingnya yang sampai saat ini sulit untuk diterapkan.
Kegiatan menulis, membuat mahasiswa tidak hanya sekadar membaca. Namun juga menganalisis sebuah teks. Termasuk menganalisis beberapa sumber yang dirasa sesuai dengan tulisan yang akan dibuat.
Mahasiswa menganalisis sumber mana saja yang sesuai, kutipan mana yang akan diambil, dan poin penting mana saja yang harus ditonjolkan. Sampai akhirnya mahasiswa mampu menyimpulkan pada tulisannya sendiri.
Kebiasaan melakukan tindakan mudah, seperti copy paste dari internet yang membuat mahasiswa tidak memiliki keterampilan literasi yang matang.