Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagas Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Bagas Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Auditor. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Butuh Berapa Lama Makanan Berbahan Tepung "Mengendap" di Perut?

Kompas.com - 23/02/2025, 18:40 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Mengapa Mitos Ini Beredar?

Mitos tentang tepung terigu yang tidak bisa dicerna mungkin berasal dari beberapa faktor berikut:

Persepsi terhadap Mi Instan: Banyak orang percaya bahwa mi instan sulit dicerna karena teksturnya yang kenyal dan aditif yang digunakan dalam proses produksinya.

Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa mi instan tetap dapat dicerna seperti makanan lain, meskipun mungkin memakan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan makanan alami.

Efek dari Konsumsi Berlebihan: Jika seseorang mengonsumsi makanan berbasis tepung dalam jumlah besar dan rendah serat, sistem pencernaan bisa bekerja lebih lambat, menyebabkan perasaan kembung atau sembelit.

Namun, ini bukan berarti makanan tersebut benar-benar mengendap di dalam tubuh.

Kurangnya Pemahaman tentang Pencernaan: Beberapa orang menganggap bahwa karena makanan seperti ayam goreng tepung terasa "berat" di perut, maka makanan tersebut tidak dicerna dengan baik. Padahal, tubuh tetap memprosesnya sesuai mekanisme alami. 

Fakta Ilmiah yang Membantah Mitos Tersebut

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa karbohidrat, termasuk tepung terigu, tidak bertahan lama dalam sistem pencernaan:

  • Sebuah studi dalam American Journal of Clinical Nutrition (2018) menunjukkan bahwa makanan berbasis karbohidrat umumnya dicerna dalam waktu kurang dari 24 jam, tergantung pada kandungan serat dan lemaknya.

  • Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Gastroenterology & Hepatology (2021), sistem pencernaan manusia sangat efisien dalam memproses makanan olahan termasuk mi instan dan roti, dengan waktu transit normal antara 24 hingga 48 jam.

  • Studi lain dari Journal of Food Science and Nutrition (2020) menjelaskan bahwa makanan dengan kadar gluten tinggi, seperti tepung terigu, tidak memperlambat pencernaan secara signifikan kecuali pada individu dengan gangguan pencernaan tertentu seperti penyakit celiac atau sensitivitas gluten non-celiac.

Kesimpulan

Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa tepung terigu dalam makanan seperti mi instan atau ayam goreng tepung dapat mengendap dalam pencernaan selama tiga hari.

Proses pencernaan yang normal akan mengolah dan menyerap nutrisi dari makanan berbasis tepung dalam waktu yang wajar, dengan sisa makanan dikeluarkan melalui feses dalam waktu kurang dari 48 jam.

Agar sistem pencernaan tetap sehat, penting untuk menjaga pola makan yang seimbang, mengonsumsi cukup serat, minum air yang cukup, dan tetap aktif secara fisik.

Jadi, dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tubuh bekerja, kita bisa lebih bijak dalam memilah informasi dan tidak mudah percaya pada mitos yang tidak berdasar.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Makanan Berbahan Tepung Menetap di Perut Selama 3 Hari?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau