Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pelabuhan Perikanan Muara Angke yang dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan perikanan yang vital di Jakarta.
Pasalnya, pelabuhan tersebut merupakan berlabuhnya berbagai kapal nelayan yang beroperasi di perairan Indonesia.
Pada Jumat, 21 Februari 2025, saya bersama keponakan berkesempatan mengunjungi pelabuhan tersebut.
Kami tiba di lokasi sekitar pukul 16.27 WIB dan langsung disambut oleh aroma khas laut yang kuat.
Aroma ini, meskipun tajam, mencerminkan kehidupan sehari-hari para nelayan yang bergantung pada hasil laut untuk mata pencaharian mereka.
Saat melangkah menyusuri jembatan beton yang membentang di atas air, pandangan kami dipenuhi dengan aktivitas para nelayan yang sibuk dengan berbagai tugas mereka.
Salah satu pemandangan yang menarik perhatian kami adalah sebuah kapal motor cumi yang tengah berusaha sandar di jembatan.
Beberapa anak buah kapal (ABK) tampak bekerja keras, menarik tali kapal yang terikat di jembatan untuk mendekatkan kapal ke dermaga.
Proses sandar ini memerlukan koordinasi dan keterampilan tinggi, mengingat ukuran kapal dan arus laut yang dapat memengaruhi pergerakan.
Di atas jembatan, lalu lalang kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil pribadi menambah semarak suasana.
Menariknya, kendaraan-kendaraan ini bukan milik wisatawan, melainkan milik para ABK yang datang ke pelabuhan untuk memeriksa kondisi kapal mereka.
Kehadiran kendaraan pribadi ini menunjukkan betapa pentingnya pelabuhan ini sebagai pusat aktivitas ekonomi dan sosial bagi komunitas nelayan setempat.
Kami memutuskan untuk memarkir sepeda motor di ujung jembatan. Sebab dari posisi ini, kami mendapatkan pandangan yang lebih luas dan jelas terhadap deretan kapal yang berlabuh.
Kapal-kapal tersebut umumnya berukuran antara 30 hingga 50 Gross Tonnage (GT), menunjukkan kapasitas dan kemampuan mereka untuk berlayar jauh dan membawa hasil tangkapan dalam jumlah signifikan.
Meskipun sore itu tidak ada aktivitas bongkar muat ikan atau cumi, tumpukan keranjang kosong yang berjajar di sepanjang jembatan menjadi saksi bisu dari kesibukan yang biasanya terjadi di sini.