Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika ada yang bisa diidentikan dari Jogja, barangkali, banyaknya soto-soto yang sudah buka dan orang banyak yang sarapan di sana.
Belum lengkap rasanya berkunjung ke Jogja tanpa menikmati soto ayam untuk mengawali hari.
Satu hal yang menjadi prinsip saya ketika menyambangi Jogja, jika memesan hotel untuk bermalam, pesanlah kamar tanpa include sarapan.
Ya, untuk apa sarapan di hotel ketika di luar sana kuliner Jogja terlalu menggoda, terutama soto ayamnya.
Maka pagi itu, dengan berbekal rindu yang telah menggumpal, saya bergegas menuju kawasan Jalan Sudirman Yogyakarta. Tak jauh dari toko buku Gramedia, di situlah nyempil warung sempit yang sepagi itu telah ramai dikerumuni oleh orang-orang.
Soto ayam Pak Dalbe, termasuk dedengkotnya persotoan di Jogja. Menilik lokasinya, berada di tepian jalan protokol pusat kota Jogja, hanya selemparan batu dari Tugu Jogja, dan tak bisa dikatakan jauh dari kawasan kampus UGM.
Pagi itu, yang berdesakan di tengah sempitnya warung soto Pak Dalbe kemungkinan besar adalah para karyawan yang hendak berangkat kerja, menilik dari penampilannya. Tentu bukan pilihan yang salah untuk menjadikan soto ayam sebagai asupan agar kuat menghadapi kenyataan di dunia kerja.
Sebaiknya, jangan sekali-kali memesan soto terpisah dari nasi putihnya ketika berada di warung lejen seperti ini. Nggak masuk blas itu, dan hanya menandakan bahwa Anda pelancong yang ragu-ragu untuk menikmati soto secara paripurna, meresap sampai ke butiran nasinya.
Tampilan soto ayam Pak Dalbe jelas tak bisa saya gambarkan dengan sempurna. Tapi izinkan saya setidaknya mencoba menuliskan gambarannya semampu saya.
Seporsi soto ayam dan nasinya, tercampur dengan indahnya hampir memenuhi mangkuk. Ketika dibawa penjualnya menuju meja saya, tampak kepulan asap dari kuah soto yang masih panas.
Formasi andalan dari soto ini adalah bihun, taoge, irisan seledri, kol, serta suwiran ayam kampung dilengkapi dengan taburan bawang goreng. Sejenak akan membuat siapapun tertegun menatapnya, dan saya yakin dalam seporsi soto ayam itu ada potongan rindu yang tak terlihat tapi bisa dirasakan.
Selama bertahun-tahun mencicipi aneka ragam soto, khususnya soto di area Jogja, Semarang, Boyolali, Klaten, dan Solo, saya berkesimpulan bahwa warung soto yang ramai dan enak pasti memiliki pendamping berupa tempe goreng atau mendoan yang nikmat pula.
Tak terkecuali di soto ayam Pak Dalbe ini, ada lauk pendamping berupa mendoan dan sate irisan daging dan kulit ayam yang memang sangat pas untuk berkolaborasi dengan seporsi soto ayam.
Minumnya? Rekomendasi saya tentu teh panas manis yang terasa sepet dan wangi khas sajian teh warungan yang sulit diduplikasi di rumah sendiri.
Usai menyantap nasi soto dan teman-temannya, seolah ada rasa enggan beranjak dari tempat duduk. Rasa-rasanya tak rela momen tersebut telah berlalu, meski perut kenyang, lidah ini seolah masih ingin mencecap kuah soto yang segar dan gurih itu.