Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika dunia pendidikan telah mengenal mindful learning, maka sektor konsumsi pun menghadirkan mindful eating. Dari kata mindful dapat diartikan dengan sadar dan sepenuh hati.
Mindful eating adalah sebuah metode atau teknik mengonsumsi makanan dan minuman secara sadar dan sepenuh hati. Seseorang yang menerapkan mindful eating dapat mengubah pola makannya menjadi lebih sehat dan bermanfaat.
Melalui mindful eating, kita tak perlu makan dalam porsi besar, over portion, makn cepat cepat dan sepuasnya seperti mukbang. Mindful eating lebih menekankan kita tahu apa yang kita makan, bagaimana warnanya, rasanya, aromanya dan manfaatnya. Kita pun sadar berapa takaran porsi yang akan dimakan.
Di masa bulan suci Ramadan ini, mindful eating sangat sesui untuk diterapkan. Dengan berpuasa, kita belajar mengontrol hawa nafsu, termasuk nafsu makan. Maka praktik baik berpuasa yang baik salah satunya dengan mindful eating.
Tak perlu memikirkan senikmat apa takjil harian atau selegit apa menu-menu berbuka dan sahur setiap hari. Perut yang mulai dibiasakan kosong sepanjang satu hari, wajib menerima perlakuan pelan-pelan dan bertahap saat menikmati menu makanan pada saat berbuka atau sahur.
Umat Muslim tentunya sudah paham benar bagaimana menjalankan pola makan yang seyogyanya saat berpuasa.
Mindful eating sangat berperan dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain membantu perbaikan pola makan, kebiasaan makan, memilah makanan yang baik dan tidak sehat, menciptakan pengalaman menikmati makanan yang lebih memuaskan, melatih diri untuk mengonsumsi makanan yang bernutrisi, dan tentu saja menurunkan berat badan/menguruskan badan.
Namanya mindful eating, maka kita pun sadar sepenuhnya saat akan menikmati sajian menu makanan. Dalam penerapan mindful eating kita perlu memperhatikan aroma, tekstur, rasa, dan bahkan bunyi dari makanan saat dikunyah di mulut. Sayuran segar yang masuk di mulut akan terasa suaranya saat dikunyah.
Ketika berada dalam mindful eating, hindari gerak cecpat menyantap makanan. Perasaan saat makan harus tenang, menikmati situasi.
Jika terdapat beberapa macam makanan, maka sebaiknya nikmati satu per satu terlebih dulu. Rasakan semua keunikan menu. Mencampurkan beberapa lauk, sayur dengan nasi sekaligus pada suapan pertama cenderung menghindarkan kita dari mindful eating.
Suapan pertama tak boleh terburu-buru, perlu dinikmati, dirasakan tektur makanannya di mulut dan sensasinya di lidah.
Satu lagi, judgment negatif terkait makanan sejak awal dengan mengatakan tidak enak, misalnya, perlu dihindari. Pola pikir ini akan membuat tubuh kita secara tidak langsung menolak manfaat dari makanan yang masuk ke perut.
Pada masa bulan Ramadan ini pula, mindful eating yang diterapkan tentunya bisa berkontribusi positif untuk intervensi perubahan iklim. Dengan minfdul eating, upaya memboroskan makanan akan diminimalisir. Bagaimanapun juga, pola memasak dan makan makanan yang tidak terkontrol akan menimbulkan sampah makanan berupa sisa makanan yang tak terkonsumsi baik pada saat sahur maupun berbuka.
Ketika saya melihat aksi humanis beberapa personil TNI dari Koramil Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja yang membagikan kotak makan berisi takjil dan makanan untuk berbuka puasa, saya sangat mendukungnya.
Ini bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi ada pesan di setiap isi kotak takjil tersebut, yakni tidak menyisakan makanan tersebut karena telah ditakar sesuai dengan kebutuhan makan orang dewasa.
Persoalannya kemudian adalah wadah yang digunakan. Di sini, pesan untuk membuang sampah pada tempatnya tetap mengikuti setiap pesan saat takjil gratis dibagikan kepada setiap warga yang melintas.
Menerapkan mindful eating saat makan sudah pasti tidak akan menyisakan makanan di piring kita, terkecuali tulang dan kulit buah.
Ada kontrol sepenuh hati yang membuat makanan terkonsumsi maksimal dan tubuh kita pun menerimanya dengan penuh kesadaran dan sepenuh hati.
Meskipun saya non Muslim, tetapi masalah berpuasa bukan hal baru. Orang Kristen pun berpuasa di masa pra Paskah.
Sedangkan di sisi lain, keluarga besar saya sangat heterogen. Kakek dan nenek Muslim, demikian pula dengan beberapa tante juga Muslim. Di pihak istri pun kondisi yang sama berlaku. Sehingga pengetahuan tentang tradisi Muslim banyak saya pahami.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mindful Eating dan Potensi Intervensi Perubahan Iklim di Bulan Ramadan"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya