Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rania Wahyono
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Rania Wahyono adalah seorang yang berprofesi sebagai Wiraswasta. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kompas.com, 31 Maret 2025, 14:23 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sulitnya mengatakan "tidak" pada ajakan orang lain ternyata tak selamanya baik. Dampaknya, kita bisa merepotkan ke depannya.

Padahal, dalam hati kamu tahu ini bakal merepotkan, melelahkan, atau bahkan merugikan dirimu sendiri. Sayangnya yang keluar di mulut: "Oke deh, aku coba?"

Kalau ini sering terjadi, bisa jadi kamu bukan termasuk orang yang asertif atau belum memiliki keterampilan asertivitas.

Jika kamu termasuk orang yang sulit menolak dan lebih memilih menyenangkan orang lain ketimbang menjaga batasan untuk dirimu sendiri.

Apa Itu Asertivitas?

Asertivitas adalah kemampuan untuk menyatakan dan mengekspresikan pendapat, perasaan dan batasan diri dengan jelas tanpa bersikap kasar atau merasa bersalah dan tetap menghormati perasaan orang lain.

Menurut pakar komunikasi, Tessa Huffman, Ph.D., orang yang asertif memiliki keterampilan untuk berani mengajukan permintaan, berani menyatakan keberatan, berani menolak tanpa merasa bersalah dan berani mengungkapkan pendapat dan perasaan, baik positif maupun negatif.

Kamu bisa menolak dengan sopan dan menjelaskan kenapa kamu menolak. Bersikap sopan dan menghormati lawan bicara ini sangat penting. Kalau kamu bilang "tidak" tapi ternyata sampai menyakiti orang lain dan perkataanmu kasar artinya itu bukan asertif. Tapi agresif dan itu bukan sesuatu hal yang baik.

Salah satu hambatan dan kendala terbesar untuk menjadi asertif adalah ketika kamu merasa nggak enakan. Dan menjadi orang yang nggak enakan, tidak bisa dipungkiri biasanya akan susah berkata "tidak". Semua permintaan maunya di iyain, bahkan sampai energi, emosi dan waktumu sendiri terkuras untuk kepentingan orang lain sedangkan kepentinganmu sendiri jadi terabaikan.

Orang yang asertif tahu kapan harus berkata "iya" dan kapan harus berkata "tidak" dan mereka melakukannya dengan percaya diri. Mereka sadar akan konsekuensi dari apa yang disampaikan dan berani menetapkan batasan yang tegas bagi dirinya sendiri

Kenapa Harus Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Sering mengiyakan semua hal bisa berdampak buruk, baik secara fisik maupun mental. Berikut beberapa alasan kenapa kamu harus mulai berani menolak dan bilang "tidak".

1. Memegang Kendali atas Hidupmu Sendiri

Saat bisa mengatakan "tidak", kamu menunjukkan bahwa kamulah yang menentukan hidupmu. Bukan orang lain, bukan situasi. Perasaan memegang kendali ini bisa memberikan perasaan berdaya dan perasaan mampu pada dirimu.

Misalnya kata-kata"Saya tidak bisa makan gorengan" dengan "Saya tidak makan gorengan". Bisa jadi kelihatannya sama tapi bisa memberikan efek yang berbeda.

"Tidak bisa" pada kalimat pertama seperti menekankan ada faktor dari luar yang menyebabkan kamu nggak bisa makan gorengan, mungkin dilarang dokter, karena lagi diet dan lain-lain.

Tapi kata "tidak" pada kalimat kedua menekankan bahwa itu batasan yang kamu buat sendiri. Kamu memang tidak makan gorengan bukan karena alasan eksternal yang membatasi pilihanmu, tapi karena kamu sendiri yang membuat keputusan tersebut. Itulah yang membuatmu merasa jadi lebih berdaya.

2. Agar Tidak Diremehkan atau Dimanfaatkan Orang Lain

Orang yang selalu berkata "iya" cenderung lebih mudah dimanfaatkan, terutama oleh mereka yang dominan. Orang-orang dengan karakter dominan ini bisa mencium ketidakmampuanmu berkata "tidak" sebagai sebuah sinyal kelemahan dan akan semakin mendorongmu untuk terus menuruti keinginan mereka. Mereka akan terus menekan dan memanfaatkanmu karena tahu kamu sulit menolak.

Kalau kamu terus bersikap seperti itu, lama-lama kamu bisa jadi pelampiasan bagi orang-orang yang suka mendominasi. Dengan berani menolak, kamu menetapkan batasan agar tidak dimanfaatkan.

3. Menjaga Kesehatan Mental

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang asertif cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Kenapa? Karena ketika kamu bisa menolak sesuatu yang melelahkan atau merugikan, kamu mengurangi stres. Sebaliknya, kalau kamu terus-menerus memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain atau terus memenuhi harapan orang lain, lama-lama kamu bisa merasa tertekan, capek, bahkan burnout.

Bagaimana Cara Belajar Mengatakan “Tidak”?

Menurut Sarri Gilman dalam TEDx Talks "Good Boundaries Free You", ketika dihadapkan pada permintaan seseorang, sebenarnya kamu hanya punya dua pilihan, Yes or No. Ada beberapa cara untuk berlatih mengatakan "tidak" yang bisa membantumu lebih asertif.

1. Dengarkan Suara Hatimu

Sebelum menjawab, tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya benar-benar ingin melakukan ini?" Jika hatimu langsung berkata “tidak”, maka percayalah pada intuisi itu karena merupakan tanda bahwa kamu perlu menetapkan batasan.

Misalnya, teman mengajak nongkrong di hari kerja. Kamu tahu bahwa ini akan membuatmu kelelahan esok harinya. Jika hati kecilmu sudah menolak, maka tegaskan saja, "Maaf ya, saya lagi butuh istirahat."

2. Jangan Takut dengan Reaksi Orang Lain.

Sering kali, kamu merasa tidak enak menolak karena takut membuat orang lain kecewa. Padahal kenyataannya, semua orang punya kehidupannya sendiri-sendiri dan prioritas masing-masing. Tidak semua permintaan harus selalu diterima.

Bila kamu terbiasa menerima dan bilang "iya", mungkin orang-orang di sekitarmu akan terkejut saat pertama kali kamu menolak dan bilang "tidak". Tapi seiring waktu, mereka akan mulai memahami bahwa kamu juga memiliki batasan.

Jika mereka benar-benar teman atau kolega yang baik, mereka akan menghormati keputusanmu. Jangan takut bahwa menolak akan merusak hubungan. Justru batasan yang jelas bisa membuat hubungan lebih sehat.

3. Utamakan Self-Care

Self-care di sini bukan hanya soal makan makanan sehat atau rutin olahraga, tapi termasuk menjaga dirimu sendiri dari stres. Mengatakan "tidak" bukan hanya soal menolak permintaan orang lain, tapi juga soal tentang menjaga emosional, kesehatan mental dan menjaga keseimbangan hidupmu.

Jika kamu terus berkata "iya" demi menyenangkan orang lain, lama-lama kamu akan kehilangan waktu untuk dirimu sendiri. Kesempatanmu untuk mendapatkan kesenangan dari hal-hal yang kamu sukai jadi berkurang karena selalu mengikuti orang lain bukan mengikuti keinginanmu sendiri.

4. Mulai dari Hal-Hal Kecil

Jika selama ini kamu menjadi orang yang sangat baik, berusaha menyenangkan semua orang (people pleasure) selalu menjadi Yes Man. Hal tersebut menjadi lebih sulit lagi bagimu untuk menolak dalam situasi besar seperti kepada bos, pacar, pasangan dan keluarga. Jadi cobalah mulai dari hal-hal kecil.

Pilih situasi umum yang enggak terlalu signifikan untuk belajar bilang "tidak". Contohnya, saat Kasir di Minimarket menawarkan produk diskon, alih-alih bilang "Nggak dulu" atau "Nanti deh Mbak." Coba kamu jawab dengan lebih lugas "Nggak Mbak, sorry terima kasih" 

Atau ketika ada sales yang menawarkan produk, jangan bilang "Nanti saya pikirkan," coba langsung katakan, "Maaf, saya tidak tertarik. Terima kasih." Lama-kelamaan kemampuanmu untuk berkata “tidak” akan meningkat, dan rasa bersalah setelahnya pun akan berkurang

Mulailah dari hal-hal yang kecil, perlahan-lahan kamu akan lebih nyaman mengatakan "tidak" tanpa merasa bersalah dan rasa nggak enakan yang muncul akan semakin berkurang.

*****

Berani berkata "tidak" bukan berarti menjadi orang yang kasar atau egois. Sebaliknya, ini tentang menghargai diri sendiri dan bagian dari menjaga kesejahteraan dirimu sendiri.

Kamu tidak bisa menghindari fakta bahwa akan selalu ada orang yang ingin memanfaatkan kebaikanmu dan selalu ada orang yang hanya peduli terhadap dirinya sendiri. Mereka akan selalu mencari celah untuk memanfaatkan dirimu.

Jika kamu terus mengiyakan semua permintaan, bisa jadi kamu akan kehilangan waktu untuk hal-hal yang sebenarnya penting bagi dirimu sendiri dan berisiko kehilangan energi serta kebahagiaanmu. 

Jadi mulai sekarang, berlatihlah mengatakan "tidak" untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan prioritasmu dengan percaya diri. Hidup akan lebih sehat, lebih seimbang, dan lebih bahagia.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Saatnya Berani Bilang "Tidak""

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau