Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Junjung Widagdo
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Junjung Widagdo adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba

Kompas.com, 27 Mei 2025, 22:33 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Logam mulia menjadi pelindung nilai kekayaan kami, sedangkan investasi saham adalah harapan untuk mendapatkan “cuan” yang bisa menopang saat masa pensiun tiba.

Kami juga harus berjuang menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran. Harga barang terus melonjak, biaya pendidikan anak yang semakin membubung, sementara pemasukan kami tetap, hanya dari gaji.

Bukan karena malas atau enggan mencari penghasilan tambahan, tapi waktu seperti tak berpihak. Dari pagi hingga petang kami bekerja, kapan lagi bisa mencari tambahan? 

Maka, bagi kami, nyicil investasi secara konsisten adalah pilihan terbaik. Tidak memberatkan tapi memberi harapan masa depan.

Harapan kami sederhana, sedikit demi sedikit menabung logam mulia dan investasi saham dari sisa gaji, menjadi bekal yang cukup kuat untuk menyambut masa pensiun.

Kisah nyata dari Mamang Cireng dan Mbah Solar, tetangga kami yang harus bertahan dalam kondisi sulit di masa pensiun, menjadi pelajaran berharga.

Bahwa pensiun itu pasti. Dan kita harus mempersiapkannya sejak sekarang, walau masa itu terasa jauh di depan mata.

Jangan Hutang

Ini bukan sekadar gosip, tapi fakta yang terjadi. Kedua sosok yang saya kenal, Mamang Cireng dan Mbah Solar, mengalami kesulitan ekonomi karena gaji pensiun mereka masih terpotong cicilan pinjaman hingga saat ini.

Karena itu, saya selalu mengingatkan istri, “Sudahlah, mari kita hidup sesuai kemampuan. Jangan sampai pasak lebih besar daripada tiang.” Jangan sampai gaji yang kita terima habis hanya untuk membayar cicilan utang.

Apalagi jika kebiasaan itu terbawa sampai masa pensiun. Ketika gaji sudah tak lagi utuh seratus persen, mau dipotong lagi hanya demi memuaskan keinginan-keinginan yang tak ada habisnya dan belum tentu perlu?

Saya dan istri berusaha mencicil keberanian, bukan untuk berutang, tapi untuk melatih mental agar tidak mudah tergoda mengambil pinjaman di mana pun, dalam situasi apa pun.

Berutang memang bukan kesalahan jika dalam kondisi darurat, tapi kami sedang membiasakan diri agar tidak ketergantungan, tidak menjadi tuman berutang untuk segala keinginan yang datang silih berganti tanpa henti.

Kita semua tahu, kebiasaan akan membentuk karakter. Dan karakter yang sudah tertanam dalam hati itu sulit diubah.

Maka dengan sepenuh hati dan seluruh tenaga, kami bertekad menghindari berutang. Agar kelak, saat masa pensiun tiba, kami tidak tergoda mengajukan pinjaman demi memenuhi keinginan-keinginan kecil yang sesungguhnya tidak begitu penting.

Sebab, justru keinginan-keinginan kecil itulah yang tanpa sadar dapat menggerus kekayaan, bahkan merampas kebahagiaan di masa tua dan masa pensiun.

Pendidikan Sebagai Investasi

Saya masih sering teringat pesan orang tua kami dulu. Mereka tidak mewariskan harta benda melimpah, tetapi dengan segala tenaga dan pengorbanan, mereka berusaha keras agar kami bisa menuntaskan pendidikan sampai perguruan tinggi.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau