Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Tipsnya, bikin daftar belanja dan patuhi itu supaya nggak gampang tergoda beli hal-hal yang nggak ada di list. Dan jangan gampang FOMO gara-gara promo.
Kalau memang barangnya penting dan udah masuk list baru manfaatin diskon itu. Terakhir jangan mudah termakan angka diskon.
Kadang harga aslinya sudah dinaikin dulu sebelum di diskon. Jadi kelihatannya kayak diskon gede padahal nggak beda jauh sama harga normalnya.
3. DIY yang Nggak Worth It
DIY alias Do It Yourself itu kelihatannya memang keren dan hemat. Tapi nggak semua hal harus kita bikin sendiri. Misalkan mau bikin meja sendiri, kita pikir jauh lebih murah tinggal beli bahan bakunya aja.
Pas mulai bikin, baru sadar harus beli papan kayu yang bagus, harus punya alat-alat seperti gergaji,paku, lem kayu, amplas dan cat.
Belum lagi waktu yang kita habiskan buat ngerjain, apalagi kalau belum ahli. Waktunya lama dan kalau nggak rapi hasilnya bisa jauh dari ekspektasi. Dan setelah dihitung-hitung ternyata lebih murah beli meja yang sudah jadi daripada bikin sendiri.
Intinya hitung dulu semua biaya sebelum kita melakukan project DIY. Jangan hanya melihat harga bahan mentahnya tapi pikirikan juga soal alat-alat, waktu dan risiko kegagalan. Kalau harus trial and error berkali-kali ya mending beli yang sudah jadi.
Lalu fokus DIY untuk hal yang mudah, hemat dan bisa dipakai berulang kali. Misalnya bikin sabun cuci piring sendiri dari bahan alami. Ini mungkin bisa lebih hemat kalau kita udah tahu resep yang pas dan gampang dibuat.
4. Buru-buru Ganti Barang dengan Dalih Efisiensi
Ini kebiasaan yang sering terjadi di era digital sekarang. Upgrade barang alias gampang kepengin ganti yang baru dengan alasan efisiensi. Padahal barang lama masih berfungsi dengan baik. Misalnya HP agak lemot dan baterai boros, langsung kepikiran beli baru.
Padahal cuma butuh sedikit perbaikan, mungkin cukup ganti baterai atau upgrade sedikit. Sayang banget kan kalau barang masih bisa diperbaiki tapi keburu dibuang. Ini juga sering terjadi pada barang elektronik lainnya.
Prinsipnya, perbaiki dulu kalau masih bisa. Jangan gampang tergoda upgrade cuman karena ada model yang baru. Ingat produk elektronik itu selalu berkembang cepat dan kalau kita terus mengejar yang terbaru, bakalan bikin dompet jebol.
Yang kedua lakukan perawatan secara rutin, kadang barang cepat rusak bukan karena kualitasnya jelek tapi karena kitanya sendiri nggak ngerawat dengan baik. Intinya barang itu dipakai sampai benar-benar nggak bisa dipakai lagi.
5. Borong Barang Banyak Tapi Tidak Kepakai Akhirnya Mubazir
Diskon "beli banyak lebih murah" sering bikin kita kalap dan kelihatan kayak keputusan finansial yang cerdas. Tapi kalau akhirnya basi, expired, atau mubazir? Ya sama aja boros. Contohnya beli pelembab wajah sampai tiga botol karena diskon. Padahal skincare punya masa pakai setelah dibuka. Dan kalau terlalu lama disimpan efektivitasnya bakal berkurang.
Jadi gimana cara frugal yang benar? Pertama beli banyak hanya kalau yakin bakal terpakai, jangan asal borong cuman karena murah tapi hitung dulu seberapa cepat barang itu bakal habis dipakai.
Ini untuk menjaga agar barang yang dibeli selalu fresh dan nggak mubazir. Khususnya buat bahan makanan atau produk perawatan yang ada tanggal kadaluarsanya. Jadi beli dalam jumlah besar itu memang bisa hemat tapi kalau tidak terkontrol malah justru bikin boros.
6. Ngirit Makan Sampai Kesehatan Terganggu
Berhemat dalam hal makan itu sah-sah aja. Tapi kalau sampai mengorbankan kesehatan kita, ya harus siap-siap keluar uang lebih banyak untuk biaya pengobatan. Maunya hemat tapi akhirnya malah bikin boros dalam jangka panjang.