
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagaimana jika program Makan Bergizi Gratis di sekolah-sekolah tak hanya bergizi, tetapi juga mencerminkan cita rasa dan kearifan lokal daerahnya?
Kalau di Toraja, sejumlah olahan tradisional yang kaya gizi dan mudah diolah bisa menjadi inspirasi untuk menghadirkan menu yang sehat sekaligus mencintai hasil bumi sendiri.
Program MBG yang tengah dijalankan pemerintah merupakan langkah penting dalam memperbaiki asupan gizi anak-anak sekolah.
Namun di lapangan, sering muncul kendala klasik: menu yang monoton, cita rasa yang membosankan, hingga persoalan bahan baku.
Oleh karena itu, sudah saatnya program ini mulai melirik kekayaan pangan lokal yang melimpah di setiap daerah, termasuk Toraja.
Belajar dari Jeju, Menerapkan di Toraja
Dalam beberapa program makan bergizi di luar negeri, seperti yang pernah diterapkan di Pulau Jeju, Korea Selatan, bahan makanan untuk satu wilayah ditentukan berdasarkan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan warga setempat.
Sistem ini bukan hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal.
Pendekatan serupa, Toraja sesungguhnya memiliki potensi besar untuk mendukung program MBG lewat beragam olahan tradisional yang kaya rasa dan bernutrisi tinggi. Berikut empat di antaranya:
1. Kombinasi Sayur Tu’tuk dan Protein Lokal
Sayur Tu’tuk atau daun singkong tumbuk adalah salah satu hidangan khas Toraja yang sederhana tapi kaya gizi.
Daun singkong ditumbuk halus, dimasak dengan kelapa, dan dapat dipadukan dengan lauk seperti ikan mas (Pantollo’ Bale Karappe) atau ayam (Pa’piong Manuk versi sederhana).
Selain mudah didapat, daun singkong mengandung serat, vitamin, dan mineral penting.
Tambahan protein dari ikan atau ayam, menu ini bisa menjadi pilihan ideal untuk makan siang para siswa—lezat, bergizi, dan akrab di lidah masyarakat Toraja.
2. Pa’piong Ayam atau Ikan (Versi Praktis)
Biasanya, Pa’piong dimasak dalam bambu menggunakan rempah khas Toraja seperti bawang merah, jahe, kunyit, dan serai.
Namun, untuk kebutuhan MBG dalam jumlah besar, hidangan ini bisa diolah lebih praktis dalam panci besar tanpa kehilangan cita rasanya.
Campuran ayam atau ikan dengan sayuran lokal seperti daun mayana atau tunas pisang muda (burak) menjadikan menu ini kaya protein sekaligus serat.
Apalagu dengan aroma rempah yang khas, anak-anak pun tak akan bosan menikmati lauk bergizi ini sebagai pengganti olahan ayam kecap yang sering disajikan.
3. Kapurung, Sajian Hangat Kaya Gizi
Meski berasal dari Palopo dan Luwu, Kapurung juga sangat digemari masyarakat Toraja. Makanan ini terbuat dari sagu yang diolah menjadi bola-bola kecil, disajikan dengan kuah kuning berisi sayuran seperti kacang panjang dan kangkung, serta potongan ikan atau ayam.
Untuk daerah yang sulit mendapatkan sagu, singkong bisa menjadi alternatif karbohidratnya.
Kuah gurihnya bukan hanya menghangatkan, tapi juga mengandung karbohidrat, serat, dan protein lengkap—paduan sempurna untuk menu makan siang bergizi anak sekolah.
4. Tu’tuk Utan dengan Nasi
Hidangan ini hampir selalu hadir di meja makan masyarakat Toraja. Daun singkong tumbuk dicampur kelapa parut dan sedikit lauk seperti ikan teri atau ayam cincang.
Disajikan bersama nasi hangat, Tu’tuk Utan menjadi sumber serat, vitamin, dan protein ringan yang mudah diterima semua kalangan, termasuk anak-anak.
Dengan bahan baku yang mudah diperoleh dan biaya yang terjangkau, hidangan ini cocok diolah dalam skala besar untuk program MBG tanpa mengurangi nilai gizinya.
Menambahkan Cita Rasa Tradisi
Selain empat menu utama, program makan bergizi juga bisa diselingi dengan penganan khas Toraja seperti piong barra, pokon, ranggina, atau baje’.
Kudapan lokal ini bisa menjadi camilan sehat yang memperkaya pengalaman makan anak-anak sambil mengenalkan mereka pada kekayaan kuliner daerah.
Pentingnya Gizi Seimbang dan Pangan Lokal
Agar program MBG berhasil, keseimbangan gizi tetap menjadi kunci utama. Pangan lokal Toraja memiliki potensi memenuhi unsur tersebut:
Selain menyehatkan, penggunaan bahan pangan lokal juga memperkuat ketahanan pangan daerah, mengurangi ketergantungan bahan impor, dan memberikan manfaat ekonomi bagi petani serta pelaku usaha kecil di sekitar sekolah.
Dari Dapur Lokal untuk Masa Depan Anak Bangsa
Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya tentang mengenyangkan perut, tetapi juga membangun kebiasaan makan sehat sejak dini.
Toraja telah memberi contoh bahwa kearifan lokal bisa menjadi solusi nyata: bahan yang tersedia, proses yang sederhana, cita rasa yang kaya, dan nilai gizi yang seimbang.
Dengan memadukan semangat inovasi dan kekayaan kuliner tradisional, program MBG bisa menjadi jembatan antara dapur lokal dan masa depan generasi yang lebih sehat dan cerdas.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pangan Lokal Toraja untuk MBG yang Tepat Guna"
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang