Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jujun Junaedi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Jujun Junaedi adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan

Kompas.com - 30/10/2025, 23:36 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Hari itu, Rabu (22/20/2025), menjadi puncak dari penantian panjang para petani yang tergabung dalam Kelompok Mekar Mukti di RW 13, Desa Talagasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

Petani dipenuhi dengan euforia dan rasa syukur, panen padi yang hasilnya jauh melampaui ekspektasi. 

Sepanjang sawah bukanlah panen biasa, melainkan tumpukan gabah yang menjadi bukti nyata keberhasilan kerja keras dan strategi cerdas para petani lokal.

Di bawah terik matahari Kadungora yang hangat, deru aktivitas terdengar bersahutan. Suara sabit yang beradu dengan batang padi, tawa petani yang tak pernah lelah, dan aroma jerami yang khas seolah menjadi harmoni alam yang menandai datangnya musim panen.

Di tengah kesibukan itu, para anggota Kelompok Tani Mekar Mukti tampak begitu kompak. Bahu membahu, mereka mengangkut padi yang menguning penuh isi ke tempat penampungan.

Salah satu di antara mereka, Endang (55), berdiri dengan senyum lega. Wajahnya memancarkan rasa syukur yang tak bisa disembunyikan. Ia adalah sosok yang mencerminkan semangat petani Talagasari: sederhana, tapi pantang menyerah.

“Kalau bukan kita yang merawat lahan ini, siapa lagi?” katanya singkat, sembari menyeka keringat.

Lahan di Desa Talagasari memang dikenal subur. Tapi bagi para petani, kesuburan saja tidak cukup. Mereka percaya bahwa keberhasilan sejati datang dari ketelatenan, disiplin, dan kerja sama. Dalam kelompok ini, setiap petani memiliki peran.

Mereka memantau kelembapan tanah, mengantisipasi serangan hama, hingga mengatur pemberian nutrisi agar pertumbuhan padi maksimal.

“Setiap batang padi kami perlakukan seperti keluarga,” ujar Endang sambil tersenyum. Kalimat sederhana itu menjelaskan segalanya — bahwa di balik setiap bulir beras yang kita nikmati, ada dedikasi tanpa henti yang tumbuh dari tanah dan tangan-tangan yang sabar.

Tak berhenti di kebiasaan lama, para petani Mekar Mukti juga terus belajar. Mereka menggabungkan kearifan lokal dengan teknik modern yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Inilah yang membuat hasil panen mereka kali ini berbeda dari sebelumnya.

Angka yang Bicara: Panen yang Mencetak Rekor Baru

Ketika tumpukan gabah mulai membentuk bukit kecil di tepi pematang, tibalah saatnya menghitung hasil. Dan angka yang muncul sungguh luar biasa: rata-rata 8 kuintal gabah dari setiap 100 tumbak lahan.

Angka itu bukan sekadar statistik. Di mata para petani, itu adalah simbol keberhasilan dari kerja keras berbulan-bulan. Sebagai perbandingan, rata-rata hasil panen di wilayah sekitar Kadungora biasanya masih di bawah capaian tersebut.

Gabah yang mereka hasilkan pun memiliki kualitas unggul — bulir padat, berisi, dan berwarna cerah. Tak heran jika hasil panen ini diterima dengan baik oleh pemerintah melalui sistem pembelian resmi. Tidak ada penolakan, tidak ada potongan harga. Semua berjalan mulus.

“Rasanya seperti mimpi,” kata salah satu anggota kelompok. “Kerja keras kami benar-benar berbuah manis.”

Bagi Kelompok Mekar Mukti, ini bukan hanya tentang banyaknya gabah yang terkumpul, tapi juga tentang pembuktian bahwa metode yang mereka jalankan memang berhasil. Bahwa petani bisa maju tanpa harus meninggalkan akar tradisi mereka.

Dampak yang Nyata: Dari Sawah ke Kehidupan Keluarga

Panen raya kali ini membawa perubahan besar di Talagasari. Dengan hasil melimpah, pendapatan keluarga petani pun meningkat signifikan.

Banyak dari mereka kini bisa memperbaiki rumah, menabung untuk pendidikan anak, atau sekadar bernapas lebih lega menghadapi kebutuhan sehari-hari.

Lebih dari itu, keberhasilan ini juga menumbuhkan rasa percaya diri. Para petani kini tahu bahwa kerja sama dan kedisiplinan bisa menjadi kekuatan besar untuk mewujudkan kesejahteraan.

Pemerintah daerah pun memberikan perhatian lebih. Hasil panen Mekar Mukti menjadi contoh bagi kelompok tani lain di Kecamatan Kadungora.

Tak sedikit yang datang belajar, menanyakan cara pengelolaan lahan dan strategi perawatan tanaman mereka.

Bagi Endang dan rekan-rekannya, semua ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang. Mereka sudah menyiapkan rencana untuk musim tanam berikutnya — memperbaiki sistem irigasi, meningkatkan efisiensi pupuk, dan terus belajar agar hasilnya semakin baik.

“Panen ini bukan hanya rezeki, tapi juga amanah,” kata Endang. “Kami ingin lahan ini terus memberi kehidupan bagi anak cucu kami nanti.”

Panen Raya yang Jadi Teladan

Panen padi di RW 13, Desa Talagasari, bukan sekadar peristiwa musiman. Ia adalah bukti nyata bahwa ketekunan, inovasi, dan kebersamaan bisa mengubah wajah pertanian desa.

Dengan hasil rata-rata 8 kuintal per 100 tumbak, Kelompok Mekar Mukti membuktikan bahwa kerja keras yang dijalankan bersama mampu menghasilkan sesuatu yang luar biasa — tidak hanya untuk perut, tapi juga untuk harapan.

Talagasari kini bukan sekadar desa penghasil padi, melainkan contoh hidup bahwa pertanian yang dikelola dengan hati akan selalu berbuah manis.

Dari tanah yang sama, tumbuh keyakinan baru: bahwa masa depan petani Indonesia bisa secerah bulir padi yang menguning di bawah sinar matahari Kadungora.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bukan Sekadar Panen Raya: Ini Hasil Maksimalisasi Lahan oleh Petani Kreatif Kadungora"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Embung Jakarta untuk Banjir dan Ketahanan Pangan
Kata Netizen
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Ikan Asap Masak Santan, Lezat dan Tak Pernah Membosankan
Kata Netizen
Menerangi 'Shadow Economy', Jalan Menuju Inklusi?
Menerangi "Shadow Economy", Jalan Menuju Inklusi?
Kata Netizen
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Bukit Idaman, Oase Tenang di Dataran Tinggi Gisting
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau