Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
agus hendrawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama agus hendrawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat

Kompas.com, 16 Desember 2025, 16:49 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Namun justru di situlah keistimewaannya. Ia jujur pada proses, tanpa ambisi untuk tampil cantik atau awet. Ada hubungan personal antara pembuat, penjual, dan pembeli.

Kami saling mengenal, berbincang singkat, bahkan menanyakan bagaimana hasil peraman hari itu. Peuyeum bukan sekadar makanan, melainkan pengalaman sosial yang hangat.

Kontras terasa ketika melihat peuyeum masa kini tergantung rapi di pusat oleh-oleh. Tampilannya seragam, kering, dan tahan disimpan berminggu-minggu.

Dari sudut pandang bisnis, tentu ini sebuah keberhasilan. Namun dari sisi rasa dan pengalaman, ada sesuatu yang hilang. Teksturnya lebih padat, manisnya lebih kuat namun datar, dan aromanya tak lagi menyapa dari kejauhan. Sensasi hangat dan “hidup” yang dulu saya kenal perlahan memudar.

Saya tidak hendak merendahkan pelaku industri oleh-oleh. Mereka bergerak sesuai kebutuhan zaman. Wisatawan membutuhkan produk yang praktis dan tahan lama. Toko memerlukan stok yang stabil.

Distribusi menuntut efisiensi. Semua itu masuk akal. Namun, di balik logika tersebut, ada satu pertanyaan yang terus mengusik: ke mana peuyeum masa lalu pergi?

Jawabannya mungkin terletak pada perubahan ritme hidup kita. Pedagang pikulan kian jarang ditemui.

Belanja berpindah ke toko-toko permanen. Proses peraman disesuaikan agar hasilnya lebih kering dan stabil. Nah, yang paling terasa, waktu—yang dulu menjadi bagian dari proses memasak—kini menjadi barang langka.

Saya masih ingat membantu ibu menyiapkan singkong, mengukusnya, menaburkan ragi, lalu menunggunya bersama.

Ada kesabaran dan kebersamaan dalam proses itu. Kini, saya pun harus mengakui bahwa kesibukan membuat saya tak lagi melakukan hal-hal sederhana semacam itu.

Jika saya yang tumbuh dengan peuyeum saja mulai menjauh, apalagi generasi yang tidak pernah memiliki pengalaman serupa.

Di titik itulah saya menyadari bahwa yang hilang bukan semata rasa, melainkan gaya hidup yang melahirkan rasa tersebut.

Kerinduan saya pada peuyeum masa lalu sejatinya adalah kerinduan pada keaslian—pada sesuatu yang tidak dipoles berlebihan, tidak direkayasa demi pasar, dan tidak semata dikemas demi estetika.

Saya tidak berharap waktu berputar kembali. Perubahan adalah keniscayaan. Namun, ada harapan sederhana yang ingin saya titipkan: jangan biarkan tradisi rasa hilang hanya karena kita terlalu sibuk untuk merawatnya.

Pangan lokal akan tetap hidup bukan hanya karena resep atau bahan bakunya, melainkan karena ada orang-orang yang mau menjaga cerita, ingatan, dan cara pembuatannya.

Lewat tulisan ini, saya ingin mengingatkan diri sendiri bahwa ada rasa yang tak boleh hilang. Rasa yang mengingatkan kita pada asal-usul. Rasa yang membuat kita pulang—jika bukan secara fisik, setidaknya lewat ingatan.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ke Mana "Peuyeum" Masa Lalu?"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau