
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bagaimana jika perubahan hidup tidak dimulai dari target besar, melainkan dari upaya sederhana menjaga diri—jam demi jam—setiap hari?
Di awal tahun 2025, saya menetapkan satu niat sederhana: belajar hidup lebih baik setiap hari. Bukan untuk menyalip siapa pun, bukan pula demi terlihat unggul. Saya hanya ingin menjadi versi diri yang sedikit lebih baik dibandingkan hari kemarin.
Kita sering mendengar nasihat bahwa hidup bukan tentang berkompetisi dengan orang lain, melainkan dengan diri sendiri.
Kalimat tersebut terdengar sederhana, tetapi penerapannya kerap menantang. Namun saya percaya, perubahan kecil yang dijaga konsisten jauh lebih bermakna daripada ambisi besar yang cepat melelahkan.
Seperti kebanyakan orang, saya pun pernah menuliskan resolusi tahunan yang tampak rapi dan menjanjikan.
Targetnya besar, semangatnya menggebu. Tetapi seiring waktu, saya menyadari bahwa tujuan besar hanya bisa dicapai jika langkah-langkah kecilnya benar-benar dirawat.
Saya teringat satu kalimat dari sebuah pelatihan: jika terasa berat menjaga diri selama setahun, turunkan targetnya menjadi sebulan. Jika sebulan masih sulit, cukup seminggu. Dan bila seminggu pun terasa berat, jagalah diri hari demi hari.
Nyatanya, menjaga diri selama 24 jam penuh pun tidak selalu mudah. Dari sanalah saya belajar menyederhanakan lagi: menjaga hidup dari jam ke jam.
Belajar Menghargai Satu Jam
Setiap jam saya anggap berharga. Dalam satu jam itu, saya berusaha tidak ceroboh, menahan diri dari hal-hal yang merugikan, menjaga lisan, mengelola emosi, dan tetap produktif sebisanya.
Prinsip ini saya jalani sepanjang tahun—termasuk dengan membangun rutinitas kecil sebelum tidur dan saat bangun pagi, sebagai penanda bahwa hari dimulai dan diakhiri dengan kesadaran.
Apakah semua berjalan mulus? Tentu tidak.
Ada hari-hari ketika niat melemah, konsistensi goyah, dan alasan terasa begitu mudah ditemukan.
Pengelolaan keuangan yang belum rapi, kebiasaan belanja impulsif, waktu yang terbuang tanpa arah, hingga emosi yang sesekali meledak—semua masih terjadi.
Namun yang berbeda, kini kesadaran itu lebih cepat datang, menarik saya kembali ke niat awal: memperbaiki hidup, jam demi jam.