Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Rencana pengajuan impor KRL bekas Jepang tengah dilakukan pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Adapun tujuannya lantaran ada 10 rangkaian KRL di tahun 2023 dan 19 KRL di tahun 2024 yang akan dikonservasi.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo menyebutkan kemampuan PT KCI membeli kereta baru sangat terbatas dan hanya dipatok 10 persen akibat adanya Public Service Obligation (PSO).
Meski begitu, rencana impor KRL bekas Jepang menuai penolakan dari sejumlah pihak, salah satunya legislator di DPR RI. Mereka meminta pihak KCI memprioritaskan produk kereta buatan dalam negeri yang diproduksi oleh PT INKA.
Idealnya pengadaan gerbong tentunya tidak harus impor, apa lagi kereta bekas dari Jepang. Namun kalau harus menunggu gerbong dari PT INKA, ternyata ada beberapa gerbong lama yang harus dipensiunkan dan akibatnya PT KAI harus mengurangi gerbong yang beroperasi sekaligus mengurangi frekuensi perjalanan. Akibatnya pun sudah bisa diramalkan, yaitu penumpukan penumpang terutama pada jam sibuk di pagi hingga malam hari saat jam pulang kerja.
Lantas jikalau ditanya, manakah gerbong KRL yang membuat penumpang nyaman, KRL bekas Jepang atau kereta baru buatan PT INKA?
Jawabannya tentu akan sangat personal dan kembali ke pengalaman serta pendapat setiap pengguna.
Namun bagi saya pribadi yang kebetulan pernah menggunakan kedua jenis gerbong tersebut ketika naik KRL, sebenarnya gerbong kereta bekas Jepang memiliki kesan lebih robust dan kokoh. Sedangkan, gerbong kereta buatan PT INKA tampak lebih modern dan ringan. Tentunya ini adalah kesan sejenak melalui visual saja.
Bagi saya yang juga punya pengalaman naik kereta Jepang di negara asalnya dan bahkan di negeri lain sepeti Myanmar yang menggunakan gerbong kereta bekas Jepang, sebenarnya kereta tersebut tetap layak digunakan asalkan dilengkapi dengan fitur-fitur yang lebih modern dan canggih.
Misalnya di Jabodetabek, sebagian besar gerbong KRL baik yang bekas Jepang maupun buatan PT INKA sudah dilengkapi dengan AC yang lumayan dingin, walaupun sebagian masih ada yang hanya pakai kipas angin. Hanya saja, sebagian besar gerbong masih kekurangan monitor info baik di dalam maupun di luar gerbong. Salah satunya adalah info mengenai stasiun tujuan akhir dan stasiun yang dilewati.
Bagi yang biasa naik KRL tentu tahu bedanya. Misalnya saja kalau kita naik dari Bekasi atau Cikarang, maka sebagian besar gerbong akan menuju ke Kampung Bandang maupun Angke. Namun sebenarnya ada dua rute yang dilewati, yaitu Manggarai atau Senen.
Sementara di stasiun, walau suatu peron biasanya ditujukan untuk tujuan tertentu, ternyata bisa saja dilewati kereta dengan tujuan yang lain.
Contoh, peron 7 di Stasiun Bekasi biasanya dialokasikan untuk kereta tujuan Kampung Bandan via Senen, sementara Peron 4 bisa untuk Kampung Bandan via Manggarai atau kadang via Senen. Sementara peron 5 untuk yang dari Cikarang menuju Kampung Bandan Via Manggarai.
Nah sementara di gerbong kereta bagian luar, biasanya monitor info tertulis stasiun akhir yaitu Kampung Bandan atau Angke, tetapi jarang yang dilengkapi dengan via Manggarai atau Senin.
Seandainya semua monitor info diberi keterangan, tentu akan memperkecil kemungkinan penumpang salah naik kereta. Walaupun tentu saja di dalam gerbong biasanya ada pengumuman yang disampaikan masinis mengenai tujuan akhir dan rute yang akan dilewati, tetapi terkadang ada juga masinis yang terlewat menyampaikannya.
Beberapa kali, saya pernah naik kereta ke stasiun Manggarai tetapi baru tahu salah naik ketika kereta sudah belok menuju Pondok Jati di stasiun Jatinegara.