Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ina Purmini
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menilik Penyebab Rendahnya Resapan APBD

Kompas.com - 26/08/2023, 10:12 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sejatinya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah anggaran milik publik yang mesti digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.

Di samping itu, dampak atas penggunaan dana tersebut juga dapat dirasakan langsung atau tidak langsung oleh masyarakat.

Beberapa kepentingan masyarakat yang sejatinya harus didanai APBD adalah kebutuhan mendasar, seperti pendidikan, kesehatan, penyediaan pangan, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan perekonomian masyarakat yang dapat dilakukan melalui pembangunan di berbagai sektor, misalnya pariwisata, pertanian, perindustrian, serta perdagangan dan lain sebagainya.

Seluruh upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk mengurangi angka kemiskinan, untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Dalam mengukur tingkat keberhasilan pembangunan, biasanya digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dengan nilai 0-100. Semakin tinggi nilai IPM, semakin besar pula tingkat keberhasilan pembangunan. IPM diukur dari 3 hal, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat.

Artinya, secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan yang dilakukan bertujuan agar setiap orang menjadi pintar, sehat, dan punya cukup uang. Itulah yang disebut sebagai sejahtera.

Meski begitu, IPM hanyalah salah satu dari banyak lainnya indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan. Sebagai catatan, angka rata-rata IPM nasional tahun 2022 adalah sebesar 72,91 dari skala 100.

Tercapainya angka IPM yang tinggi tentu sangat dipengaruhi oleh realisasi APBD. Serapan APBD yang rendah berarti belanja atau uang yang dikeluarkan Pemda untuk mendanai program dan kegiatan juga rendah.

Akibatnya perputaran uang di masyarakat juga rendah dan kurang berdampak secara signifikan dalam perputaran perekonomian sehingga tidak dirasakan multiplier effect.

Penyebab Serapan APBD Rendah

Maka dari itu, penting untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran APBD. Akan tetapi untuk mendorong percepatan tersebut, perlu diidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan serapan APBD rendah.

Terkait hal itu, ada beberapa faktor yang bisa diidentifikasi sebagai penyebab serapan APBD rendah, antara lain sebagai berikut.

  • Terlambatnya penetapan Perda tentang APBD

Semestinya penetapan Perda soal APBD dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember di tahun sebelumnya. Artinya untuk APBD tahun 2023, misalnya, maka APBD harus sudah disahkan paling lambat tanggal 31 Desember 2022. Dengan demikian, mulai tanggal 1 Januari 2023 Pemda sudah memiliki dana untuk digunakan dalam keperluan belanja program atau kegiatan.

Akan tetapi, faktanya di lapangan banyak daerah yang terlambat dalam menetapkan Perda tentang APBD dan melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh keterlambatan penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran.

Selain itu, keterlambatan tadi bisa juga disebabkan oleh alotnya pembahasan anggaran di DPRD, sehingga persetujuan DPRD terlambat yang akan mengakibatkan terlambatnya penetapan APBD.

Dampak keterlambatan ini di beberapa daerah bisa menyebabkan gaji dan tunjangan pegawai tidak bisa dibayarkan. Oleh karenanya, hal ini sangat berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat dan uang yang beredar di masyarakat.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau