Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sekolah bukan hanya tempat belajar; ia merupakan lembaga pendidikan yang membentuk karakter dan kemampuan anak-anak, berperan sentral dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, tingkah laku, dan tata krama, hingga karakter kepribadian.
Sebagai pilar pendidikan, sekolah memiliki tanggung jawab besar sebagai pemegang estafet kehidupan berbangsa di masa depan. Kepercayaan ini tidak hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat yang mempercayakan anak-anak mereka untuk menerima pendidikan yang diharapkan di lembaga ini.
Namun, setiap sekolah memiliki tantangan tersendiri dalam mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan orangtua dan masyarakat. Pada dasarnya, keberhasilan sekolah dalam memberikan layanan pendidikan yang baik akan mencerminkan sejauh mana sekolah tersebut dihormati dan dipercayai.
Pada kasus tertentu, beberapa sekolah menghadapi dilema ketika kepercayaan orangtua terhadap mutu pendidikan yang diberikan oleh sekolah tersebut menurun dan akibatnya mereka memilih sekolah lain yang dianggap lebih dapat menjamin kualitas layanan pendidikan.
Pada pertengahan tahun 2019, saya dihadapkan pada tantangan serupa ketika saya mulai bertugas di SD Negeri 1 Embung Kandong yang terletak di Desa Embung Kandong, Lombok Timur. Pengalaman awal saya di sekolah ini membawa saya melibatkan diri dalam mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh lembaga ini.
Salah satu permasalahan yang paling nyata pada hari pertama saya mengajar di sana adalah kondisi lingkungan sekolah yang tampak tidak terawat. Halaman sekolah menjadi tempat pembuangan sampah, bukan hanya dari warga sekolah, tetapi juga dari masyarakat sekitar dan pedagang keliling. Kondisi ini menciptakan citra kurang baik tentang sekolah di mata masyarakat.
Disiplin siswa juga menjadi sorotan utama. Tingginya tingkat ketidakhadiran siswa dan kurangnya efektivitas proses pembelajaran menciptakan suasana kacau. Waktu belajar dan istirahat seringkali tidak terkelola dengan baik, menyebabkan jadwal pembelajaran menjadi tidak terlaksana secara optimal.
Dalam menghadapi tantangan ini, saya menyadari bahwa diperlukan strategi yang tepat agar kepercayaan masyarakat terhadap sekolah dapat pulih. Beberapa langkah strategis yang diambil antara lain:
Penegakan disiplin sekolah menjadi langkah pertama yang fundamental. Ini melibatkan perubahan perilaku terkait dengan kehadiran siswa tepat waktu, pengaturan waktu belajar sesuai jadwal, penggunaan seragam, dan pelaksanaan upacara bendera secara rutin. Dengan penegakan disiplin, sekolah berusaha membangun citra positif di mata orangtua dan masyarakat.
Sekolah tidak hanya menawarkan kegiatan pembelajaran di kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti pembentukan sanggar seni, siswa dapat mengekspresikan minat mereka. Kegiatan ini menciptakan kehidupan sekolah yang lebih dinamis dan menarik bagi siswa dan masyarakat sekitar.
Jalinan hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat dan orangtua menjadi kunci penting. Melalui rapat-rapat rutin dan kegiatan seremonial yang melibatkan masyarakat, sekolah menciptakan komunikasi yang intensif. Hal ini tidak hanya sebagai media sosialisasi program, tetapi juga untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan orangtua dalam kehidupan sekolah.
Lingkungan sekolah yang bersih dan teratur menciptakan indikator positif terhadap manajemen sekolah. Upaya penataan sederhana, seperti mengubah area pembuangan sampah menjadi taman sekolah, memberikan dampak positif terhadap motivasi siswa hadir ke sekolah. Lingkungan yang nyaman juga menjadi faktor penentu kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
Melalui langkah-langkah tersebut, sekolah secara bertahap berhasil membangun kembali kepercayaan masyarakat. Perubahan dalam penegakan disiplin, kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, komunikasi intensif dengan masyarakat, dan penataan lingkungan sekolah memberikan dampak positif. Meskipun peningkatan jumlah siswa baru tidak signifikan karena keterbatasan populasi di desa kecil tersebut, tanggapan positif masyarakat sekitar mengenai citra sekolah menjadi indikator penting.
Transformasi ini menunjukkan bahwa melalui perubahan internal dan komitmen terhadap peningkatan kualitas, sekolah dapat memperbaiki citra dan membangun kembali kepercayaan masyarakat.
Dengan langkah-langkah yang tepat, sekolah dapat menjadi pusat pendidikan yang diandalkan dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan anak-anak sebagai pemimpin masa depan. Dengan menjaga momentum perubahan ini, sekolah berharap dapat terus memperkuat posisinya sebagai lembaga pendidikan yang dihormati dan dipercayai oleh masyarakat serta orangtua.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Upaya Sederhana Membangun Kepercayaan Masyarakat terhadap Sekolah"