Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bulan Ramadan hampir sampai di garis akhir. Banyak yang sudah kita jalani dan pelajari selama Ramadan ini seperti lebih memerhatikan sampah dapur sendiri.
Meski jadwal makan saat puasa berkurang, yang biasa tiga kali menjadi dua kali, tetapi konsumsi makanannya meningkat. Tanpa sadar bulan fasting (puasa) malah menjadi feasting atau berpesta.
Saat berbuka puasa aneka menu tersedia, terlebih bagi yang gemar war takjil. Sementara kita memiliki kemampuan makan terbatas. Akibatnya banyak makanan yang tidak termakan. Kondisi ini memicu peningkatan produksi limbah makanan.
Dari kebiasaan tersebut, Indonesia pun dinobatkan penghasil limbah pangan terbanyak se-Asia Tenggara oleh United Nations Environment Programme (UNEP). Ini dirilis melalui laporan Food Waste Index Report 2024.
Sampah menjadi masalah kita semua sebagai warga Indonesia. Kita punya kewajiban menyelesaikan masalah sampah makanan yang sumbernya dari dapur. Minimal berusaha meminimalisir produksi sampah harian.
Berikut cara sederhana yang bisa kita lakukan agar rumah minim sampah terutama sampah makanan.
1. Belanja secukupnya
Bulan Ramadan identik dengan berburu takjil atau belanja. Banyak makanan ringan dijajakan di sepanjang jalan. Kita sampai bingung mau beli apa. Oleh karena kebingungan tak sadar banyak yang dibeli.
Ini pernah mungkin juga sering saya lakukan. Tiba di rumah makanan tersebut tidak termakan, mubazir kan. Cara menyiasatinya, saya membuat kesepakatan dengan anak-anak soal jenis dan jumlah takjil.
Misalnya menu wajib takjil adalah bakwan sayur buatan sendiri. Saya akan membuat adonan satu mangkuk kecil, cukup 4 orang.
Kami punya kesempatan membeli satu jenis makanan saja. Begitu juga dengan buah-buahan. Jika sudah punya pepaya tidak perlu membeli melon, apel, pisang atau lainnya.
2. Membawa tas sendiri
Tak jarang ketika kita belanja baik ke pasar, mall, berburu takjil pulangnya ting printil tenteng kantong kresek.
Kresek ini apalagi yang terkena minyak, kotoran tidak bisa dipakai kembali. Tak ada jalan keluar lagi selain dibuang ke tempat sampah.
Sayangnya sampah kresek tidak bisa terurai dan itu akan memenuhi tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Cara meminimalisir sampah kresek kita bisa membawa tas kain atau tas plastik (di Jawa ada tas khusus undangan) saat belanja.
Kalau kita lupa membawa tas, bisa meminta kasir packing belanjaan memakai kerdus atau beli tas kain di kasir mall, itu pun jika belanjanya di mall.
Kardus bisa digunakan sebagai matrial coklat dalam pembuatan kompos. Jadi tidak perlu dibakar atau buang ke TPA.