Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ratu Elizabeth II, Piala Dunia 1966, dan Arsenal"
Tak berselang lama setelah kabar duka meninggalnya Ratu Elizabeth II berembus, muncul beragam reaksi. Semuanya dalam nada duka yang satu dan sama. Merambah ke mana-mana. Termasuk ke bidang olahraga.
Dunia olahraga pun ikut merasakan kesedihan ditinggal pelindung dari 80 asosiasi dari beragam cabang olahraga itu.
Terbukti dari dua pertandingan yang sedang dilakoni klub-klub Inggris pada Kamis (8/9/2022) tengah malam hingga Jumat dini hari WIB yang langsung menunjukkan belasungkawa.
Di laga Arsenal vs Zurich, aksi mengheningkan cipta dilaksanakan sebelum peluit pertandingan babak kedua dibunyikan.
Begitu juga Manchester United saat menjamu Real Sociedad di Old Trafford. Tidak ada musik sebelum pertandingan. Papan iklan berubah jadi hitam. Para pemain, juga pelatih Erik ten Hag tak lupa mengenakan ban hitam di lengan sebagai bentuk belasungkawa.
Seperti kita tahu, penguasa terlama di Inggris ini menghembuskan napas terakhir pada Kamis (8/9/2022) pukul 12.32 siang waktu setempat, di usia 96 tahun.
Penguasa tujuh dekade itu pergi dengan tenang di tempat bersejarah dan penuh kenangan, Balmoral, Skotlandia.
Ratu yang naik takhta pada 1952 itu sudah merasakan dan melewati berbagai periode kehidupan.
Melansir bbc.com, mendiang ratu telah melewati berbagai peristiwa penting di Inggris, antara lain transisi dari kekaisaran ke persemakmuran, akhir perang dingin, hingga masuk dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Di bawah kendalinya, sudah ada 15 perdana menteri yang membantunya. Mulai dari Winston Churchill, hingga Mary Elizabeth Truss yang baru terpilih 6 September lalu.
Selain ditopang oleh gaya hidup yang sangat sehat dan penuh perhitungan, mendiang Ratu Elizabeth II ternyata sudah jatuh cinta dengan sepak bola sejak kecil.
Melansir marca.com, Robert Jobson, seorang ahli rumah tangga kerajaan Inggris, mengatakan bahwa ratu kecil selalu berperan sebagai penjaga gawang ketika berada di Skotlandia.
Ia bahkan memainkan tugas itu di sebagian besar pertandingan sepak bola keluarga di Balmoral.
Seiring berjalannya waktu, keterkaitannya dengan sepak bola semakin terasa. Pada hari penobatannya tahun 1953 pun bertepatan dengan final Piala FA.
Kehadirannya mendorong orang-orang di Inggris Raya berlomba-lomba memiliki televisi agar tak kehilangan momen ketika sang ratu berada di pinggir lapangan hingga menyerahkan trofi kepada sang pemenang.
Ratu hampir selalu berada di Wembley, puncaknya terjadi saat Piala Dunia 1966. Inggris yang diperkuat duo Bobby yakni Bobby Charlton dan Bobby Moore berhasil melaju ke final, menyingkirkan Portugal dengan skor 2-1.
Menghadapi timnas Jerman di partai final, timnas Inggris tidak hanya sukses memberi perlawanan, tapi berhasil menjadi juara dunia setelah menang dengan skor 4-2.
Kegembiraan sang ratu pecah bersama rakyat Inggris. Istimewanya lagi, Elizabeth II langsung menyerahkan trofi Jules Rimet kepada sang kapten, Bobby Moore disaksikan jutaan pasang mata.
Momen itu begitu berkesan. Kenangan yang jelas tidak bisa dilupakan, baik oleh rakyat Inggris, maupun Moore.
Moore masih selalu ingat. Kapten legendaris itu akan menertawakan diri sendiri ketika membayangkan momen istimewa itu. Betapa ia seperti tak layak menerima trofi itu langsung dari sang ratu yang mengenakan sarung tangan putih nan bersih.
"Aku melihat tanganku... Dan itu kotor!" (Bobby More)
Selama hidupnya, Ratu Elizabeth II seperti tak mau ketinggalan mengikuti perkembangan dunia sepak bola.
Ia menjadi bagian dari sejumlah peristiwa besar, mulai dari Liga Champions, Piala FA, Olimpiade, hingga Piala Dunia.
Banyak rekaman dan dokumentasi yang kini diputar kembali, mengenang saat-saat sang ratu di berbagai kesempatan itu.
Selain timnas Inggris, salah seorang yang menjadi bagian dari keluarga kerajaan pernah membocorkan bahwa Ratu Elizabeth II adalah penggemar West Ham. Itu terjadi pada periode 1960-an ketika Bobby Moore menjadi bagian dari klub itu.
Kabar ini kemudian tenggelam ketika kemudian Cesc Fabregas mengatakan "Ratu adalah pendukung Arsenal yang luar biasa."
Fabregas mengatakan hal itu saat Arsenal diterima di Istana Buckingham usai memenangkan Piala FA tahun 2007. Sang Ratu pun tak lupa memuji armada Arsene Wenger kala itu.
Perhatian ini kian terasa memiliki arti tersendiri saat Wenger berhasil mengantar The Gunners ke tangga juara Liga Inggris.
Dengan tim yang dijuluki "Invicibles" mereka diundang secara khusus dalam sebuah resepsi resmi bersama Pangeran Charles.
Patut diakui, tidak semua tim Inggris mendapat perhatian khusus seperti itu. Tak heran bila Arsenal kemudian menunjukkan simpati ketika penggemar istimewa mereka itu berpulang.
Namun, pada dasarnya, kepergian sang ratu yang juga penggemar berat olahraga berkuda adalah kehilangan bagi banyak orang.
Putranya yang kemudian naik takhta menjadi Raja Charles III, mengakui kepergian ibunda tercinta sebagai "saat kesedihan luar biasa."
Sesungguhnya, tidak hanya dia dan keluarganya yang merasa kehilangan. Kepergian Ratu Elizabeth II juga begitu terasa di seluruh dunia.
May God save the queen!