Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter Andri Psikiater
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Dokter Andri Psikiater adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mungkinkah Seorang Pasien Sembuh dari Depresi?

Kompas.com - 30/12/2022, 10:20 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Mungkinkah Sembuh dari Depresi?

Beberapa taun lalu saya ingat ada sebuah definisi remisi atau kesembuhan dalam terapi depresi adalah saat kondisi 70-80% gejala membaik.

Kondisi itu berarti Sang Pasien mungkin saja mengalami gejala sisa sekitar 20% dan hal tersebut sebenarnya dulu dianggap wajar.

Akan tetapi, di masa sekarang kondisi tersebut tidak lagi dianggap bagian dari remisi/kesembuhan. Kondisi 20-30% membaik itu masih dianggap sebagai kondisi partial response atau merespons pengobatan sebagian.

Pada saat ini, remisi atau kesembuhan diartikan sebagai kondisi dengan tanpa gejala sama sekali.

Namun sayangnya banyak sekali hal yang dikaitkan dengan pencapaian kesembuhan tersebut salah satunya adalah hambatan dalam mencapai kesembuhan itu sendiri.

Prof. George Papakostas dari USA dalam sebuah simposium "Optimising outcomes in major depressive disorder (MDD): managing patients who are not fully responsive to initial antidepressant treatment" mengatakan bahwa ada sebuah penelitian yang mengungkapkan ada sepertiga pasien depresi yang menjalani pengobatan antidepresan yang tidak pernah mencapai fase kesembuhan ini.

Jumlah tersebut bisa dikatakan sangat besar (sekitar 30% lebih), mengingat depresi masih merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan gangguan pada fungsi keseharian seorang individu.

Gangguan depresi yang juga mengalami gejala gangguan jiwa yang lain dianggap menghambat proses tercapainya remisi atau kesembuhan itu sendiri.

Ketika sedang praktik, saya sering menjumpai pasien depresi yang juga mengalami gejala kecemasan, obsesif kompusif, dan juga gangguan makan.

Pasien dengan komorbid medis seperti gangguan jantung dan endokrin juga dianggap lebih sulit mencapai kesembuhan dari pasien yang tidak mengalami komorbid medis.

Terkait kegagalan dalam terapi depresi itu sendiri disebabkan oleh beberapa faktor. Terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan kegagalan terapi depresi, yakni komorbid dengan gangguan jiwa dan gangguan medis lainnya, diagnosis yang tidak tepat, serta penggunaan obat yang tidak tepat atau tidak optimal.

Diagnosis dan Terapi Tepat Awal Harapan Sembuh dari Depresi

Prof. Roger McIntyre, seorang peneliti depresi, meyakini walaupun kemungkinan kegagalan dalam terapi depresi cukup besar, namun masih ada ruang untuk meningkatkan strategi terapi yang lebih signifikan untuk mencapai perbaikan pasien depresi yang telah menjalani pengobatan dengan obat antidepresan inisial sebelumnya.

Selain itu ia juga mengatakan bahwa pengobatan depresi menggunakan antidepresan SSRI dan SNRI selama ini banyak menghasilkan hal yang tidak memuaskan dari sisi perubahan gejala.

Sekitar 50% pasien pengobatan depresi masih memiliki gejala dan berada pada fase partial response.

Pengobatan antidepresan pada pasien depresi perlu memperhatikan beberapa hal, seperti perbaikan gejala depresi, cocok atau tidaknya obat bagi pasien (tolerabilitas), perbaikan fungsi pasien, serta bagaimana kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Beberapa penelitian dan percobaan di klinis mengatakan pasien-pasien yang tidak mengalami perbaikan signifikan dengan pengobatan awal SSRI atau SNRI memperlihatkan perbaikan bermakna dengan penggunaan antidepresan multimodal seperti Vortioxetine.

Sebagai salah satu pembicara di simposium yang sama, Prof. Roger juga memaparkan perbandingan hasil penelitian terakhir randomised double blind terhadap keampuhan dari Vortioxetine versus Desvenlafaxine (antidepresan SNRI golongan terakhir yang dianggap lebih baik daripada pendahulunya).

Dari penelitian itu, hasil yang didapat menunjukkan bahwa Vortioxetine lebih unggul untuk mencapai remisi atau kesembuhan penuh tanpa gejala dibandingkan Desvenlafaxine.

Selain itu diketahui juga bahwa pasien yang mendapatkan Vortioxetine mencapai fungsi kehidupan yang lebih baik secara pribadi dan sosial.

Pasien juga lebih menyukai efek penggunaan obat Vortioxetine daripada Desvenlafaxine yang biasanya berkaitan dengan karakteristik efek samping obat dan kecocokan dengan pasien.

Harapan Memengaruhi Kesembuhan Depresi

Salah satu yang menarik sebagai diskusi dari presentasi di seminar ini adalah pembicara mengingatkan pentingnya memiliki HARAPAN dalam proses terapi.

Salah satu penelitian yang sengaja membandingkan obat kosong (plasebo) dengan plasebo pada gangguan depresi dewasa memberikan hasil bahwa salah satu plasebo lebih baik dalam menangani gejala daripada yang lainnya.

Harapan dan konfirmasi diri pasien sendiri terkait keinginan menjadi lebih baik adalah kekuatan yang sangat besar dalam membantu proses penyembuhan. Inilah salah satu yang menurut saya sangat penting dalam proses penyembuhan hampir semua gangguan jiwa.

Semoga laporan singkat ini bermanfaat.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mungkinkah Mencapai Kesembuhan pada Pasien Depresi?"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Mencecap Masa Lalu lewat Es Krim di Kedai Jadul
Kata Netizen
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kini CFD Cibinong Tanpa Penjual Jajanan, Ada yang Berbeda?
Kata Netizen
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Jalan-jalan ke Pasar Buku Legendaris Kwitang, Jakarta
Kata Netizen
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Dunia Global Mesti Waspada Ancaman Penyakit Flu Burung
Kata Netizen
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Melihat Sekolah di Korea Selatan Mengurangi Sampah Makanan
Kata Netizen
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Mencari Batas antara Teguran dan Kekerasan di Sekolah
Kata Netizen
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Cara Petani Desa Talagasari Memaksimalkan Lahan
Kata Netizen
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Sikap Guru pada Murid yang Sering Disalahartikan
Kata Netizen
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Adakah Cara biar Adil Memberi Nafkah ke Orangtua?
Kata Netizen
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Peran Komunitas Jaga Pariwisata di Pulau Merak Besar
Kata Netizen
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau