Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Saeful Ihsan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Saeful Ihsan adalah seorang yang berprofesi sebagai Wiraswasta. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Salahkah Menjauhkan Anak dari Gadget agar Tidak Kecanduan?

Kompas.com - 06/05/2023, 15:59 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Sedang anak-anak yang mengalami keterasingan, jika mereka tidak tumbuh sebagai anak-anak kurang pengalaman, mereka akan menjadi terkucilkan di pergaulannya, serta menyimpan suatu kegelisahan psikologis yang suatu saat bisa mencari jalan pelampiasannya tersendiri.

Namun memberikan anak gadget tidak dapat dipisahkan dari risikonya sendiri. Anak memang berpotensi terganggu secara fisik (utamanya mata), atau secara psikis (emosi jadi cenderung labil). Kedua hal ini barangkali tidak melekat secara penuh, tetapi pengaruhnya tetap ada.

Kalau paradigma ini diterima (yaitu gadget adalah bagian dari kehidupan manusia kini), maka pola asuh atau proses pendidikan dilakukan orangtua harus lebih meningkat dari biasanya. Maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Memelihara kedekatan anak dengan orangtua

Andy F. Noya di satu waktu dalam acaranya "Kick Andy" pernah mengungkapkan pengalamannya dalam memperbaiki mental anak, utamanya soal percaya diri dan juga penyebab kedekatan anak dengan orangtua, yakni melalui pelukan.

Pelukan orangtua ke anak (Andy mengkhususkan anak laki-laki, tetapi sesungguhnya setiap anak berhak dipeluk oleh orangtuanya), dapat membuat anak percaya diri dan akhirnya dengan mudah mengejar prestasinya.

Membangun kedekatan bukan berarti memanjakan anak. Membangun kedekatan itu tidak lain memberi kesadaran bahwa antara anak dengan orangtua adalah dua subjek yang masing-masing punya pikiran dan perasaan.Saling berkomunikasi dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi. Saling terbuka dan mengungkapkan kebutuhan satu sama lain.

Tidak seperti kebanyakan orangtua yang menganggap dirinya adalah subjek sumber kebenaran, dan anak adalah objek tempat orangtua mewujudkan keinginannya.

Pada taraf ini, anak dikehendaki layaknya robot yang bergerak sesuai program yang sudah disetel di otaknya.

2. Membiasakan saling terbuka soal apapun, termasuk penggunaan gadget

Jika kedekatan itu sudah terbangun, di mana komunikasi antara anak dan orangtua berjalan secara terbuka, hal itu menjadi modal kepercayaan orangtua terhadap anak yang mereka berikan gadget.

Anak harus dibiasakan memberitahu apa-apa saja yang mereka mainkan di gadget mereka, mengajari mereka bertanggung jawab dengan meminta menceritakan apa saja yang mereka perbuat dengan gadget itu. Sembari menunjukkan apa-apa saja yang mesti mereka hindari atau skip jika lewat di beranda media sosial mereka.

Namun kejujuran mengenai penggunaan gadget ini hanya akan terwujud hanya jika kedekatan itu sudah terbangun, dan dalam suasana komunikasi yang menyenangkan. Tidak dalam suasana marah-marah, atau ancaman kepada anak jika mereka mangkir dari kejujurannya.

3. Membuat kesepakatan dengan anak mengenai waktu-waktu penggunaan gadget

Melibatkan anak dalam suatu perjanjian kesepakatan bukan hanya demi mengajarkan mereka untuk berkomitmen, tetapi dengan perjanjian itu anak bisa merasa bahwa diri mereka dianggap berhak membuat keputusan.

Dengan kata lain, dengan mereka dijadikan satu pihak dalam suatu perjanjian, mereka akan merasa diperhatikan dan dihargai, di mana perhatian adalah kebutuhan utama anak terhadap orangtuanya.

Membangun kesepakatan mengenai waktu penggunaan gadget dengan anak juga merupakan cara orangtua dalam mengajarkan anak untuk disiplin, serta pandai dalam memanajemen waktu.

4. Mengawasi anak dalam menggunakan gadget

Rentannya kerusakan mental anak karena gadget merupakan akibat dari lengahnya orangtua dalam melakukan pengawasan.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

'Selain Donatur Dilarang Mengatur', untuk Siapa Pernyataan Ini?

"Selain Donatur Dilarang Mengatur", untuk Siapa Pernyataan Ini?

Kata Netizen
Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang 'Tidak'?

Kenapa Mesti Belajar Menolak dan Bilang "Tidak"?

Kata Netizen
'Fatherless' bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

"Fatherless" bagi Anak Laki-laki dan Perempuan

Kata Netizen
Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Mudik Backpacker, Jejak Karbon, dan Cerita Perjalanan

Kata Netizen
Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Antara RTB dan Kualitas Hidup Warga Jakarta?

Kata Netizen
Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Apa yang Membuat Hidup Sederhana Jadi Pilihan?

Kata Netizen
Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Pembelajaran dari Ramadan, Minim Sampah dari Dapur

Kata Netizen
Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Bagaimana Premanisme Bisa Hidup di Tengah Kehidupan?

Kata Netizen
Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kasus Konstipasi Meningkat Selama Puasa, Ini Solusinya!

Kata Netizen
Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Zakat di Sekolah, Apa dan Bagaimana Caranya?

Kata Netizen
Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kesiapan Tana Toraja Sambut Arus Mudik Lebaran

Kata Netizen
Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Ada Halte Semu bagi Pasien Demensia di Jerman

Kata Netizen
Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Memberi Parsel Lebaran, Lebih dari Sekadar Berbagi

Kata Netizen
Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Melihat Kota Depok Sebelum dan Setelah Lebaran

Kata Netizen
'Mindful Eating' di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

"Mindful Eating" di Bulan Ramadan dan Potensi Perubahan Iklim

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau