Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dalam mengarungi hubugan rumah tangga sebagai pasangan suami-istri, tak jarang akan menghadapi hal-hal yang tak diinginkan dan tak sesuai harapan.
Mahligai rumah tangga yang awalnya terlihat indah bisa menjadi hambar, bahkan mungkin menakutkan.
Ketika pasangan suami-istri tak bisa lagi mempertahankan hubungan mereka, meski telah lebih dulu meminta bantuan ahli, pilihan terakhir yang ada adalah bercerai.
Terkait perceraian dan perpisahan ini memang tidak akan pernah mudah untuk dilakukan, terlebih bila pasangan suami-istri ini sudah memiliki anak.
Jika terjadi perceraian, anak-anak mereka lah yang sebenarnya paling menderita. Meski demikian, memang tidak bijaksana membiarkan anak berada dalam situasi yang tidak mengenakkan akibat ketidakharmonisan hubungan kedua orangtuanya.
Berdasarkan pengalaman yang saya dapat dari orang-orang terdekat, perceraian orangtua bisa menjadi luka yang mendalam bagi anak.
Sebagai pihak yang dewasa, orangtua mestinya bisa lebih bijaksana mencari jalan keluar yang tidak memperburuk keadaan, khususnya bagi kesehatan jiwa dan mental anak-anak.
Terkait perceraian orangtua ini, suami saya sendiri pernah mengalaminya. Saat ia berusia kurang dari 10 tahun, orangtuanya bercerai.
Ia bercerita saat itu bukanlah situasi yang mudah untuk dilalui. Setelah perceraian itu, ibunya menjadi ibu tunggal dan memutuskan tidak menikah lagi. Sementara ayahnya memutuskan untuk menikah lagi beberapa tahun kemudian.
Ketika orangtuanya bercerai, ia tinggal bersama ibu kandungnya yang juga ibu pekerja. Tinggal bersama ibu membuat suami saya waktu itu merindukan sosok ayah. Ditambah lagi kota tempat ia bersama ibunya tinggal berbeda dengan ayahnya.
Seiring berjalannya waktu, kerika suami saya mulai beranjak dewasa ia baru berani mengunjungi ayahnya pada akhir minggu, Ketika mengunjungi rumah ayahnya, ibu tirinya juga sangat menerima kehadiran suami saya. Hubungan mereka terjalin begitu harmonis.
Beruntung, saya juga bisa mengenal sosok ibu sambung suami saya ini yang ternyata sangat penuh kasih dan menyayangi anak tiri layaknya anak kandungnya sendiri.
Apa penyebab perceraian?
Sampai saat ini, suami saya tidak pernah membicarakan penyebab orangtuanya bercerai. Baginya, hal itu adalah urusan kedua orangtuanya.
Menurut saya, keputusan untuk tidak melibatkan anak dalam masalah perceraian memang keputusan yang tepat.
Hal yang paling penting adalah kedua orangtua suami saya masih berkomitmen tetap menjadi sosok orangtua baginya dan tidak mengubah sedikitpun rasa kasih dan sayangnya.
Lantas, bagaimana caranya tetap menjaga hubungan orangtua yang telah bercerai tetap terjalin dengan baik dengan anak?
Berikut ini beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dan dilakukan.
Ketika orangtua bercerai, tentu akan memberikan pengaruh besar pada anak. Terutama bagi kondisi mental dan jiwa mereka.
Maka dari itu, kedua orangtua harus terbuka dan memberikan penjelasan sesederhana mungkin pada anak tentang perceraian mereka.
Keterbukaan ini menjadi penting karena bisa membantu anak untuk menerima keadaan, mengelola perasaannya, dan juga menciptakan rasa aman.
Perceraian pasti akan mengakibatkan berpisahnya kedua orangtua. Akan tetapi, satu hal yang penting, meski sudah bercerai kedua orangtua harus tetap menjadi sosok orangtua yang mengasihi dan mendukung anak-anaknya.
Termasuk juga ketika ada acara sekolah anak atau kegiatan anak lainnya yang mengharuskan orangtua untuk hadir menyaksikan. Sebagai anak, ia memiliki hak atas kehadiran orangtuanya di setiap momen penting dalam hidup mereka.
Jangan sampai setelah bercerai, orangtua juga secara bersamaan memutus hubungan dengan anak-anaknya. Jika hal ini terjadi maka yang akan menderita adalah anak-anaknya.
Pada saat orangtua sudah bercerai, biasanya anak akan tinggal dengan salah satu orangtuanya. Di Jerman, umumnya ketika ada anak dengan usia di bawah 18 tahun yang orangtuanya bercerai, ia akan tinggal dengan ibunya.
Meskipun tinggal di salah satu pihak orangtua, hak asuh anak biasanya tetap dimiliki bersama. Secara hukum, kedua orangtua tetap memiliki tanggung jawab bersama atas anak mereka. Perbedaannya hanya orangtua tinggal terpisah.
Sebab anak tidak bisa bertemu setiap hari dengan ayah, bicarakan dengan baik kapan pertemuan akan dilakukan secara teratur. Ini juga terkait kapan salah satu pihak orangtua mengajak anak-anak pergi liburan.
Tepati janji bertemu dan acara liburan dengan anak. Kekecewaan anak-anak dapat menimbulkan prasangka bahwa orangtua tidak lagi menyayangi dan memperhatikan mereka.
Meski sudah bercerai, kewajiban orangtua untuk memenuhi segala kebutuhan anak tidak berubah. Seorang ayah tetap harus memberi nafkah dan tunjangan kepada anak-anaknya, meskipun sudah tidak tinggal bersama anak.
Di Jerman, segala urusan pembayaran tunjangan untuk anak ini diatur secara hukum dan wajib untuk dipenuhi. Tunjangan anak ini wajib dipenuhi oleh seorang ayah sampai anaknya menyelesaikan pendidikan terakhirnya.
Akan tetapi jumlah tunjangan anak ini berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh seberapa besar penghasilan sang ayah.
Berdasarkan aturan tahun 2023 (Finanztip.de), jumlah tunjangan per anak tiap bulannya dapat dirincikan seperti berikut ini.
Permasalahan yang terjadi di antara orangtua terkadang begitu rumit, Bahkan tak jarang mereka memerlukan bantuan profesional untuk mencarikan jalan keluar atas kesulitan yang mereka hadapi.
Meski begitu, terkadang jalan terakhir seperti perpisahan/perceraian memang tak bisa dihindari. Dari perselisihan yang berujung pada perceraian itu pasti ada luka yang tertinggal di dalam benak masing-masing yang tak mudah untuk disembuhkan.
Rasa kesal tak jarang akan muncul ketika melihat mantan pasangan di kemudian hari. Namun, sebagai orangtua tetap usahakan jangan pernah berselisih di depan anak atau bercerita pada anak tentang keburukan pasangan masing-masing.
Pada suatu masa, mungkin salah satu orangtua atau keduanya memiliki pasangan baru. Situasi yang sangat dimengerti jika timbul perasaan iri dan cemburu. Masing-masing pihak harus besar hati menerima hal baru. Kesampingkan ego dan lebih fokus akan kebaikan anak-anak dan hubungan bersama.
Jadi, meski keputusan terakhir untuk berpisah yang diambil oleh orangtua, tetap memprioritaskan hubungan baik dengan anak adalah hal yang sangat penting.
Jangan sampai anak jadi terbengkalai dan tak lagi mendapat perhatian kedua orangtuanya karena hubungan antara orangtua dan anak jadi hancur akibat perceraian.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "5 Hal Penting untuk Bersama Membesarkan Anak Setelah Bercerai"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.