Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Iwan Berri Prima
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Iwan Berri Prima adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Waspada Antraks: Jangan Konsumsi Hewan yang Sakit

Kompas.com - 11/07/2023, 19:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Permasalahan penyakit yang melanda hewan di Indonesia tampaknya belum ada tanda-tanda akan segera usai. Setelah sempat ada kabar kasus rabies yang ditemukan di NTT, belum lama ini kembali ditemukan penyakit antraks di Gunung Kidul.

Bahkan sebelumnya kasus Flu Burung Clade Baru, PMK, ASD, LSD, dan PPPR juga sempat merebak di beberapa wilayah di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan adanya tiga korban masyarakat yang meninggal usai dinyatakan terpapat antraks. Kejadian ini terjadi di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Penyebab meninggalnya ketiga warga Gunung Kidul tersebut menurut Kemenkes karena terindikasi positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi atau tertular dari hewan yang tidak sehat atau mati karena sakit.

Sebelumnya, pada tahun 2019 kasus pertama antraks juga pernah ditemukan di wilayah Gunung Kidul, tepatnya di Dusun Grogol IV, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Kemudian, kasus antraks dilaporkan merebak juga di Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang Kecamatan Ponjong.

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti saat itu menyatakan, sejak Desember 2019, ada 21 sapi dan 15 kambing yang diketahui mati mendadak diduga karena antraks.

Selain itu, sebanyak 15 ekor hewan ternak di Kabupaten Gunungkidul juga dilaporkan mati karena positif penyakit antraks. Kematian belasan ternak ini terjadi sejak 14 Desember 2021 sampai 28 Januari 2022.

Memang penyakit antraks ini kerap menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia (Zoonosis).

Mengenal Penyakit Antraks

Perlu digarisbawahi bahwa penyakit antraks yang termasuk dalam golongan zoonosis dan sangat menular ini disebabkan oleh akteri Bacillus anthracis, bukan virus sebagaimana banyak ditulis di berbagai media.

Bakteri ini bersifat gram positif, berbentuk batang, tidak bergerak dan membentuk spora. Bentuk vegetatifnya dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan segera menjadi spora apabila berada di luar tubuh dan terpapar dengan udara luar. Spora inilah yang akan menyebar dengan cepat, salah satunya melalui air hujan.

Apabila hewan memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora tadi, maka hewan tersebut dapat langsung terinfeksi penyakit antraks. Bahkan penyakit dapat timbul ketika spora tersebut mengenai bagian tubuh dengan luka terbuka.

Selain itu, hewan yang telah menderita antraks juga dapat menulari hewan lainnya melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya. Cairan ini juga dapat mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber munculnya kembali wabah antraks di masa mendatang.

Spora antraks dapat bertahan di tanah hingga puluhan sampai ratusan tahun lamanya. Spora ini hanya bisa mati oleh pemanasan pada temperatur 100 derajat celclius selama 20 menit atau pemanasan kering pada temperatur 140 derajat celcius selama 30 menit.

Pencegahan Antraks

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit antraks semakin meluas adalah dengan pengetatan/pembatasan lalu lintas hewan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Dampak Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Sektor Industri

Kata Netizen
Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Paradoks Panen Raya, Harga Beras Kenapa Masih Tinggi?

Kata Netizen
Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Pentingnya Pengendalian Peredaran Uang di Indonesia

Kata Netizen
Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Keutamaan Menyegerakan Puasa Sunah Syawal bagi Umat Muslim

Kata Netizen
Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Menilik Pengaruh Amicus Curiae Megawati dalam Sengketa Pilpres 2024

Kata Netizen
Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Melihat Efisiensi Jika Kurikulum Merdeka Diterapkan

Kata Netizen
Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat di Hari ke-7 Idulfitri

Kata Netizen
Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Meminimalisir Terjadinya Tindak Kriminal Jelang Lebaran

Kata Netizen
Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Ini Rasanya Bermalam di Hotel Kapsul

Kata Netizen
Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kapan Ajarkan Si Kecil Belajar Bikin Kue Lebaran?

Kata Netizen
Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Alasan Magang ke Luar Negeri Bukan Sekadar Cari Pengalaman

Kata Netizen
Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Pengalaman Mengisi Kultum di Masjid Selepas Subuh dan Tarawih

Kata Netizen
Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Mencari Solusi dan Alternatif Lain dari Kenaikan PPN 12 Persen

Kata Netizen
Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Tahap-tahap Mencari Keuntungan Ekonomi dari Sampah

Kata Netizen
Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Cerita Pelajar SMP Jadi Relawan Banjir Bandang di Kabupaten Kudus

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com